[Chapter 3]

443 58 0
                                    


Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Kini, ketiga anak itu sudah dewasa. Mereka semakin jarang menemui satu sama lain. Hubungan lebih dari teman pun dijalani dengan baik.

Perasaan Hanabi kepada Hayabusa, semakin lama semakin besar. Hanabi yang dulu tidak memahami perasaan cinta, kini benar-benar paham akan hal itu. Namun, selama ini rasa khawatir Hanabi juga bertambah besar. Dia benar-benar tak ingin melawan Hayabusa. Hubungan mereka bisa hancur.

Hayabusa: : "Hey! Hanabi!" Teriakan Hayabusa membubarkan lamunan Hanabi.

Hayabusa: "Apa kita tetap berlatih? Kau kenapa melamun, sakit?" tanya Hayabusa sambil meletakan tangannya di dahi Hanabi.

Hanabi: "A--A--AKU TIDAK APA!" teriak Hanabi malu sambil menutup muka dengan kedua tangannya.

Hayabusa: "Wah, kenapa wajahmu merah?" tanya Hayabusa sambil melepas tangan Hanabi dari mukanya.

Hanabi: "Uwaaah! Terlalu dekat!"

Hayabusa: "Heh, karena itu, toh. Kau kenapa, sih?" tanya Hayabusa sambil menepuk kepala Hanabi dan mengacak-acak rambutnya.

Hanabi: "Berhenti! Kita mulai saja latihannya." Hanabi cemberut.

[ ~~~ ]

Hanabi: "Hah...Hah...Hah... Hari ini rasanya sangat panjang!"

Hayabusa: "Lap keringatmu, nanti kau bau!"

Pak! Hanabi menepuk punggung Hayabusa.

Hanabi: "Kumohon berhentilah bicara."

Hayabusa: "Hahaha, menggodamu itu salah satu hobiku, kau tahu itu, kan?" Hayabusa berdiri dari duduknya.

Hanabi menendang kaki Hayabusa.

Hayabusa: "Ugh. Baik,baik kau menang." Hayabusa tertawa kecil.

Kagura: "Hayabusa! Waktunya festival!" teriak Kagura dari kejauhan.

Hayabusa: "Baik!"

Grep! tangan Hanabi menggapai tangan Hayabusa.

Hanabi: "Latihan kita belum selesai, kau mau meninggalkanku?" tanya Hanabi. Dadanya terasa sakit, seperti ditusuk ratusan jarum-jarum kecil.

Hayabusa: "Maaf, kita latihan lagi besok," jawab Hayabusa sambil menarik tangannya.

Hanabi terdiam sebentar.

Hanabi: "Kau menyukainya?"

Hayabusa bungkam, enggan menjawab.

Hayabusa: "Hanabi--"

Hanabi: "Akuilah!"

Hayabusa: "I--Iya, tapi--"

Hanabi: "Apa selama ini kau hanya memanfaatkan aku untuk mendekati Kagura?" tanya Hanabi lagi, kali ini dengan menundukkan wajahnya. Ia sudah tidak terlalu polos untuk mengerti hal ini, karena setiap harinya, ia habiskan untuk mengamati gerak-gerik Hayabusa.

Hayabusa: "Itu dulu! Sekarang, kau adalah teman terdekatku! Kumohon jangan marah padaku atau Kagura," jelas Hayabusa. Matanya berubah sayu.

Hanabi: "Kenapa aku harus marah? Cepat nyatakan perasaanmu di festival! Aku medukungmu!" Kata Hanabi berusaha tegar menahan tangis.

Hayabusa: "Hanabi matamu berkaca--"

Hanabi cepat-capat menunduk dan mengepak barang-barangnya.

Hanabi: "Sam--paikan, hiks, salamku pada Ka--Kagura," kata Hanabi terbata-bata.

Hayabusa: "Tunggu! Kau menangis? Hanabi, lihat aku!" Hayabusa berusaha membalikan badan Hanabi.

Hanabi benar benar tidak ingin Hayabusa melihatnya kali ini, ia menebas tangan Hayabusa dan berlari pulang.

Memalukan! Padahal tadi aku sudah bilang mendukungnya, kenapa sekarang aku malah menangis seperti ini? Air mataku tidak mau berhenti keluar, mataku perih, kakiku lemas aku sudah tidak mampu berlari lagi.

Hanabi terjatuh.

Hayabusa: "Hanabi!!!"

Deg deg deg deg

Hanabi: "Oh tidak."

Hanabi berusaha berdiri, namun tenaganya habis, ia jatuh dalam posisi duduk di tanah. Tangisannya tak kunjung berhenti. Hayabusa merasakan betapa sakitnya hati Hanabi saat itu, ia memeluk Hanabi.

Hayabusa: "Shhh... Menangislah sepuasmu."

Kagura rupanya ikut mengejar Hanabi. Saat melihat Hanabi berpelukan dengan Hayabusa, Kagura juga merasa ingin memeluk kedua temannya itu, namun tak ia lakukan. Ia hanya duduk di sebelah Hanabi sambil mengusap lembut kepala Hanabi.

Kesedihan Hanabi saat itu benar benar terasa di hati kedua temannya.

~Kirara

When Two Lonely Hearts Meet [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang