Return 38

11.1K 648 24
                                    



Happy Reading...

♡♡♡♡

Jo yang seakan baru tersadar pun segera membanting setir ke arah kiri namun mobil itu justru hilang kendali. Jo berusaha mengendalikan mobil itu dengan menginjak rem sekuat tenaga namun terlambat ketika mobil mulai menepi dan ada sebuah pohon besar di sana. Jo pun hanya bisa menutup matanya seolah pasrah dan ....

BRAAKK!

Mobil itu pun menabrak pohon tersebut hingga membuat bagian depan mobil hancur dan memunculkan kepulan asap dari sana.

Jeremy mengerang kesakitan di bagian kepalanya. Beruntung dirinya menggunakan sabuk pengaman sehingga membuat benturan di area kepalanya tidak terlalu keras.

Merasa tidak mendengar suara apa pun dari Jo. Jeremy pun menoleh dan menemukan Jo yang masih terdiam dengan kepala yang tertelungkup di setir mobil, dan sangat terlihat jelas ada sedikit darah yang keluar di dahi sahabatnya. Jeremy yang khawatir pun menyentuh bahu Jo dan sedikit menekan-nekannya.

"Jo! kau baik-baik saja?" tanyanya.

Tidak ada jawaban apa pun yang membuat Jeremy semakin mengguncang bahu Jo lebih keras lagi sambil memanggil nama Jo berkali-kali.

"Jo—"

"Diam bodoh! Kau membuat kepalaku semakin sakit," gerutu Jo masih setia dengan posisinya. Dirinya sedang menenangkan degup jantungnya sendiri pasca kecelakaan kecil yang baru saja terjadi karena kecerobohannya.

Mendengar Jo yang menggerutu membuat Jeremy ingin sekali mengumpat saat itu juga. Astaga! apa sahabatnya itu tidak tahu kalau dirinya begitu khawatir. Jeremy tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika Jo tidak sempat menginjak rem mobil. Mungkin dirinya dan Jo sudah tidak bernyawa saat ini.

"Berengsek sialan! Dasar gila!" umpatnya sambil melepas sabuk pengaman dan keluar mobil. Jeremy lalu memeriksa bagian depan mobil yang penyok tak berbentuk membuatnya meringis sendiri. Sayang sekali padahal ini mobil mahal.

Tidak lama kemudian Jo pun ikut keluar memperhatikan ke sekitar, dan ternyata lokasi mobilnya saat ini dekat dengan sebuah tebing yang di bawahnya terdapat sungai berbatu terdengar dari deras alirannya yang membuatnya menghela nafas.

"Padahal akan sangat menyenangkan jika mobil ini terjun ke bawah. Sayang sekali," gumam Jo dengan nada kecewanya.

Jeremy yang mendengar itu pun tercengang tak percaya. Hingga membuatnya tak tahan untuk tidak memukul kepala sahabatnya sedikit keras. Laki-laki ini benar-benar! Dirinya baru saja bersyukur karena masih diberi keselamatan tapi Jo malah seenaknya berkata seperti itu dengan entengnya.

"Kau sakit Jo!" ujarnya sambil menggeleng tak percaya.

Jo menoleh dan menatap Jeremy datar. "Benarkah? Apa aku harus memeriksakan diri?" tanyanya.

"Iya! Kau perlu memeriksakan diri ke dokter. Dokter jiwa lebih tepatnya! Aku rasa kau sudah mulai gila!" desis Jeremy sarkastis.

Jo mengepalkan kedua tangannya mendengar itu, sebelum akhirnya sebuah senyuman miris muncul di bibirnya dan ia pun menjawab, "Aku rasa kau benar. Maka dari itu, aku mohon ... tolong bantu aku untuk menemukannya sebelum aku benar-benar gila. Aika ... aku mohon temukan dia," pinta Jo dengan nada putus asanya.

Jeremy tertegun mendengar ucapan Jo. Apalagi ketika melihat tatapan Jo yang syarat akan permohonan di sana yang membuat Jeremy trenyuh dan merasa bersalah. "Jo, Aku—"

"Sudahlah. Aku akan pergi, kau pulanglah sendiri," ujar Jo sambil mengambil beberapa barang di dalam mobilnya dan berlalu dari sana yang membuat Jeremy terbelalak tak percaya.

Return (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang