15. Tuduhan

15.8K 1.8K 353
                                    

Madam punya bukti apa sampai nuduh kami melakukan itu?

• • •

"Sekarang kalian ceritakan sejujur-jujurnya pada saya, apa yang terjadi semalam?" Madam Loly bertanya penuh penekanan. Wanita itu duduk tegap menghadap lima anak didiknya yang berdiri di hadapan mejanya. Seperti biasa, ia tidak lupa untuk memasang wajah tegasnya ketika sedang menginterogasi. Niatnya untuk membuat anak-anak itu takut, tetapi kelihatannya mereka tidak merasa takut sama sekali. Kelima-limanya nampak santai, menikmati hawa sejuk yang hanya ada di ruang kesiswaan.

Melihat teman-temannya tidak memiliki keahlian dalam bertutur kata yang baik, akhirnya Ethan memutuskan untuk menjawab, "Jadi gini, semalam itu saya habis anterin Yudan ke toilet. Soalnya toilet di kamar kami airnya kering. Terus pas mau balik ke kamar, saya sama Yudan ketemu Adnan di lorong. Tadinya Adnan juga mau ke toilet, tapi gak jadi. Akhirnya kami bertiga ke kamar. Belum juga kami bertiga sampai di kamar, tahu-tahu ada si Lukas lari ketakutan."

"Ketakutan kenapa kamu, Lukas?" potong Madam Loly. Sesaat bola matanya membelok ke arah Lukas.

"Saya takut Madam, ditinggal sendirian di kamar. Jadi saya cari mereka,"

Pandangan Madam Loly beralih pada Daniel. "Memangnya Daniel ke mana? Kalian kan satu kamar berlima."

"Saya dari UKA, Madam. Abis ambil obat diare. Bayangin aja, air di toilet kamar kami mati pas saya lagi kena diare," sungut Daniel seakan memohon belas kasihan Madam Loly.

"Kami ketemu secara gak sengaja, Madam." Terakhir Yudan menambahkan.

"Jadi ini semua tidak direncanakan?" tanya Madam Loly pada kelima-limanya.

"Nggak, Madam." Dengan begitu cuek, Adnan akhirnya bersuara.

Seketika Madam Loly bangkit dari posisi duduknya. Berdiri lebih dekat di depan mereka. "Kalian tahu, kalau tadi di meja Bu Hanny ada bangkai kucing?"

Melihat lima di antara mereka saling melempar pandang, membuat Madam Loly semakin curiga saja pada mereka. "Jadi, di kolong meja Bu Hanny ada bangkai kucing yang di perutnya terdapat tusukan pisau. Jangan-jangan itu perbuatan kalian semalam?" Madam Loly menatap lima pasang mata di hadapannya itu satu per satu.

"Madam punya bukti apa sampai nuduh kami melakukan itu?" tanya Adnan tiba-tiba.

Madam Loly mengangguk-nganggukkan kepalanya. Benar, dirinya tidak memiliki bukti apa pun sekarang. Tapi ia akan mencoba untuk membuktikan. Karena ia yakin, kalau pelakunya pasti mereka. Atau paling tidak salah satu di antara mereka.

Selepas membuang napasnya kasar, Madam Loly bicara lagi, "Yasudah, apapun alasan kalian, saya harus tetap menghukum kalian. Karena keluyuran di waktu tengah malam adalah hal yang paling dilarang di asrama ini."

"Ck," Ethan berdecak. "kali ini kami disuruh bersih-bersih apalagi, Madam?"

"Tenang, kalian gak akan saya suruh bersih-bersih apapun." Madam Loly tersenyum hangat. Lalu sejenak kakinya yang berbalut heels tinggi itu, berjalan mengambil salah satu buku yang tebalnya sekitar lima ratus halaman dari rak bukunya. "Saya hanya akan menyuruh kalian mengerjakan seluruh soal yang ada dalam buku ini," katanya seraya mengambil tangan kanan Adnan, kemudian meletakkan buku tebal itu dengan kasar tepat di atas telapak tangan yang terbuka menengadah ke atas. "Dikumpul minggu depan."

🍐

"Papa tidak mau tahu, kali ini kamu harus ikut Papa menemui mama-mu!" Thomas berkata dengan nada suara setengah membentak pada anak gadisnya, Nasya.

Emerald Eyes 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang