18. Sebagian yang sempat hilang

16.7K 1.8K 61
                                    

Hadirnya Nasya seakan seperti benar-benar menggenapkan segala keganjilan dalam diri Adnan.

• • •

"Hey! Jangan lari!" Pak Surapto mengacungkan pentungannya mengarah pada Adnan sambil menyeret langkahnya untuk mengejar dua remaja itu.

Adnan dan Nasya sudah mempercepat sedikit larinya sebelum Pak Surapto mengambil jarak lebih dekat. Sebenarnya Adnan bisa saja berlari lebih cepat dari ini, tapi sepertinya tidak dengan Nasya. Adnan tidak yakin gadis itu mampu mengimbangi larinya. Jadi Adnan pikir biar saja dia yang berusaha untuk mengimbangi Nasya.

Sambil terus berlari menggenggam erat jari-jemari Nasya, jauh di dalam hatinya Adnan khawatir sekali. Khawatir, apakah yang dia lakukan ini baik untuk Nasya? Tidak akan membahayakan Nasya? Sejujurnya Adnan sungguh mencemaskan Nasya. Karena mau bagaimanapun juga, kehidupan gadis itu jauh berbeda dengan hidupnya yang keras. Hidupnya yang sejak kecil tidak pernah mengenal sosok ayahnya. Hidupnya yang sejak tiga tahun terakhir sudah ditinggal 'pergi' oleh bundanya. Hidupnya yang biasanya hanya dipenuhi dengan kelahi juga keonaran belaka. Itu semua terlalu jelas untuk membuktikan perbedaan hidupnya yang jauh berbanding terbalik dengan kehidupan Nasya. Terus terang saja, Adnan sangat meragukan tindakannya sekarang.

Tapi ketika dia melihat kembali ke arah gadis itu, sedikit keraguannya lenyap. Ia lihat Nasya berlari dengan senyum yang menampakkan deretan giginya. Nasya berlari seperti burung yang sedang terbang bebas karena baru saja terlepas dari sangkarnya. Baru kali ini Adnan melihat Nasya tersenyum seceria itu. Tentunya hal itu membuat Adnan tidak lagi menyesali tindakannya. Toh, pikirnya, Nasya tidak akan ada dalam bahaya selama berada bersamanya. Adnan berjanji akan melindungi gadis itu. Adnan siap menghabisi siapa saja yang berani-berani mencoba menyakiti Nasya di hadapannya.

Setelah nekat berlari menerobos keramaian pasar swalayan, akhirnya mereka berdua bisa juga membuat Pak Surapto kehilangan jejak. Memgetahui sosok Pak Surapto tidak lagi berada di belakangnya, Adnan memutuskan untuk berhenti sejenak, membuat Nasya otomatis ikut berhenti. Mereka sibuk mengatur napas masing-masing, sampai tidak sengaja pandangan mereka beradu beberapa saat. Entah mengapa mata emerald Nasya selalu saja berhasil mengunci pandangan Adnan sampai dia tidak bisa mengalihkannya sedetik pun.

"Hahaha," Tiba-tiba Nasya tertawa. Tawa Nasya membuat Adnan juga ikut tertawa. Meskipun dalam dirinya masih belum percaya dengan apa yang dia lihat sekarang. Adnan masih belum percaya kalau Nasya sedang tertawa sekarang. Ini pertama kalinya dia melihat gadis itu tertawa. Tawa Nasya yang indah membuat Adnan kian terpesona melihatnya. Ini seperti mimpi bagi Adnan, lantaran terlalu indah jika memang benar terjadi nyata. Namun tiba-tiba Adnan berhenti tertawa, saat tidak sengaja matanya kembali menangkap sosok Pak Surapto sedang celingak-celinguk di antara orang-orang yang tengah beraktivitas jual-beli tersebut.

Sebetulnya ini hari bebas. Sebagai siswa sah Lawden Hall, Adnan bebas ke mana saja yang ia mau. Tapi yang jadi masalah adalah Nasya yang ikut bersama dengannya. Pak Lawden sudah mewantu-wanti pada seluruh pekerja di asrama, jangan pernah biarkan anaknya ke mana-mana. Apalagi sampai keluar asrama. Itu adalah hal yang paling dilarang.

Sebelum Pak Surapto menyadari keberadaannya dengan Nasya, buru-buru Adnan menarik tangan Nasya untuk ikut bersamanya lagi bersembunyi di balik sebuah dinding besar yang kokoh. Dengan cepat tangannya meraih bahu belakang Nasya, sampai tubuh gadis itu berputar menjadi menghadapnya dengan jarak yang begitu dekat. Sehingga kalau dari jauh orang-orang akan menyangka mereka sedang berpelukan.

Padahal sebenarnya tidak. Adnan pun tidak ada maksud apa-apa untuk melakukan ini. Dia hanya tidak ingin Nasya akan merasa kembali berada di penjara setelah baru beberapa menit dia terlepas. Setelah baru beberapa menit dia bisa tersenyum dan tertawa lebar. Adnan tidak ingin itu semua terjadi hanya sebentar. Malah kalau boleh, Adnan inginnya membawa Nasya kabur saja dari asrama milik papanya itu. Adnan ingin melihat Nasya bahagia seterusnya. Tidak cuma hari ini.

Emerald Eyes 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang