on the verge of the death

7.2K 566 26
                                    

Hampir dua puluh empat jam, Gustavo berada didalam ruang ICU, mengamati terus bed side monitor yang menampilkan frekuensi detak jantung Alison. Selang oksigen dan beberapa alat medis menempel pada tubuh mungil itu. Alison belum juga memberikan tanda bahwa ia akan sadar. Gustavo yang sedari tadi tidak tenang, hanya bisa duduk dan berdiri berkali-kali— kemudian mengitari Alison yang terkulai lemah di ranjang khusus itu. Beberapa perawat dan dokter tengah hilir mudik didalam ruangan itu, namun semua mengatakan bahwa belum ada perkembangan yang signifikan— Gustavo kembali di minta untuk tetap sabar menunggu, dan terus berdo'a.

Di balik badannya yang kokoh, sifat kepemimpinan yang tegas, kewibawannya, kekayaannya, kehormatan atas dirinya— saat ini, semua tak berpengaruh. Gustavo tidak bisa merubah keadaan, tidak bisa menyadarkan Alison dengan uang yang ia miliki, tidak bisa memutar kembali waktu, ia tidak bisa berbuat apa-apa, hanya menunggu kepastian dari sang pemilik takdir.

Tangannya menyentuh pelipis Alison, merabanya dengan rasa sedih yang teramat dalam. Seumur hidupnya— ia tak pernah percaya dengan namanya jatuh cinta pada pertama bertemu, namun gadis ini bisa membuatnya merasakan jatuh cinta yang teramat indah dan juga menyakitkan. Kini Gustavo mengingat kembali kenangannya bersama Alison— gadis yang menerobos masuk kedalam gedungnya dengan nafas yang terengah-engah, kemudian tiba-tiba hadir pada saat seminarnya— dan semua kenangan akan gadis itu terus berputar di pikirannya. Gustavo tengah merasakan titik terbawah dalam hidupnya— untuk kedua kali nya, ia tidak bisa berbuat apa-apa, pertama saat Ibu nya menancapkan pisau tajam pada dirinya sendiri— dan kini terjadi lagi didalam hidupnya, ia tidak bisa menolong Alison yang sedang koma.

Kesedihan itu ia rasakan begitu mendalam, satu kecupan dengan bibir yang begetar ia berikan pada Alison— dan tumpahlah semua air matanya, Gustavo meraung mendaratkan wajahnya pada kening gadis itu— menangis pada tubuh yang terbujur lemah, menangis pada wajah yang selalu ia rindukan, menangis di tengah kerinduan semua tingkah lugu gadis ini. Air matanya terus mengalir, mengusap lembut rambut gadis itu, menatapi mata Alison dan berharap akan segera terbuka, bibir nya yang bergetar tak kuasa menahan kekhawatiran yang mendalam.

"Alison ... wake up, sayang. Please, open your eyes ...." Gustavo berbisik lirih ditelinga Alison. "Kau harus berjuang, kau gadis yang kuat— buka mata mu untuk ku." Ia mengehela nafasnya yang tertahan.

"Alison ... aku berjanji, kalau kau sadar dan kembali pulih, semua yang kau inginkan, akan ku penuhi ... kau ingin punya bayi? Kau mau berapa banyak? Dua? Tiga? Ah ... tidak, itu terlalu sedikit, bagaimana kalau delapan? Angka delapan itu bagus, angka yang sinergi. Angka keberuntungan ku."

Gustavo mendekatkan telinga nya pada bibir Alison, dan terkekeh dalam tangisannya, "apa? Kau mau sebelas? Aku sanggup ... tapi apa kau sanggup melahirkan sebanyak itu?"

Dan ia mendekatkan lagi telinganya, seolah mendapatkan jawaban dari Alison, "apa? Kau sanggup? Luar biasa ... baiklah, kita akan punya anak sebanyak yang kau mau."

Tanpa Gustavo sadari, sepasang mata tengah memperhatikannya dari belakang, air mata nya pun mengalir— ketika melihat tingkah sang pemimpin Black Tower terlihat begitu frustasi. Ellen mendekat, dan mengusap lembut bahu bidang itu.

"Tenangkan dirimu." Gustavo tertoleh ketika melihat Ellen kini berada disampingnya. Ia hanya tersenyum dan kembali menatap Alison.

"Kau sudah makan?" tanya Ellen.

"Nanti saja."

"Aku membawakanmu makan siang."

"Taruh saja di meja."

Ellen mengangguk dan menaruh makanan yang ia bawa. Wanita itu tak sanggup berada berlama-lama didalam ruang perawatan Alison, derap langkah cepat dan air mata yang ia hapus, ia berjalan keluar. Ellen menemui Xander yang menunggu didepan pintu ruang perawatan Alison, dan memberikan perintah khusus untuknya. "Katakan dengan semua direksi— bahwa Mr. G tidak mau ditemui untuk sementara waktu." Xander mengangguk dan berjalan mengikuti Ellen.

THE ORDER Donde viven las historias. Descúbrelo ahora