Aku berjalan dengan santai menuju kelasku. Tidak memedulikan Rista yang sedari tadi memohon-mohon minta maaf padaku karena telah meninggalkanku begitu saja.
Teman kalau sudah jatuh cinta ya begini, nih. Lupa sama teman sendiri. Biarin aja dia sama Kak Rey aja sana. Ke kelas bareng, sana! Aku tidak peduli. Dan nggak usah ingat-ingat kalau kamu masih punya teman!"Sha, serius tadi tuh aku nggak ada niat untuk ninggalin kamu," bujuk Rista.
Aku hanya diam sambil berjalan ke depan. Mengabaikannya.
Tiba-tiba saja Rista langsung menarik tanganku dengan keras dan berhenti. Sebenarnya aku cukup terkejut, tapi berusaha tidak peduli dan kembali menatapnya dengan tenang.
"Sha, sebenarnya tadi itu aku sama Kak Rey disuruh duluan sama Kak Elwynn," katanya dengan jujur.
Eum ... aku akui, aku cukup tertarik dengan penjelasannya yang satu ini. Jadi aku hanya diam saja mendengarkan.
"Kak Elwynn nyuruh aku duluan sama Kak Rey karena katanya dia mau ngomong sesuatu sama kamu berdua. Jadi terpaksa aku duluan," jelas Rista.
"Emangnya Kak Elwynn tidak memberitahumu?" tanya Rista.
Monster Bermuka Dingin itu hanya memberitahu kalau kamu duluan dengan Kak Rey. Tapi, memangnya apa yang ingin dia omongin denganku? Padahal tadi dia hanya bertanya aku mengingat sesuatu tidak.
Apa mungkin harusnya tadi aku jawab saja kalau aku sudah ingat, ya? Mungkin dia akan memberitahuku.
Aku menggeleng pelan. Tidak, Monster Bermuka Dingin tidak sebodoh itu. Dia pasti akan tahu kalau aku berbohong padanya. Itu tidak baik untuk hubunganku dengannya. Tunggu!
Kenapa aku harus peduli itu?
Kenapa rasanya aku seperti harus memedulikan itu?
"AWAS!" teriak seseorang dengan sangat kencang.
Aku yang belum mengerti apa pun hanya bisa berdiri diam saja, seperti seorang anak yang kebingungan melihat gunung meletus di depan matanya.
Tiba-tiba terasa ada seseorang yang menarikku ke belakang dengan kencang. Itu membuatku terhindar dari kejadian yang sangat mengenaskan jika aku tidak ditarik oleh seseorang.
Intinya orang tadi benar-benar aneh. Maksudku, untuk apa dia memakai sapu terbang di lorong yang tidak luas begini? Apalagi dengan kecepatan setinggi itu.
Aku yakin, sekali menabrak orang, itu pasti akan terlihat seperti sebuah kecelakaan salah satu kendaraan dengan pejalan kaki yang lewat.
"Ya, kau berutang satu nyawa lagi padaku," kata seseorang di belakangku.
Aku segera menoleh ke arahnya. Dia ... bukankah dia orang yang mengedipkan matanya padaku kemarin? Dan apa katanya? Berutang satu nyawa lagi? Apa aku benar pernah bertemu orang ini?
"Kau tidak mengingatku?" tanyanya.
Dia benar-benar mengenalku. Tapi, kenapa aku tidak mengenalnya? Apa ingatanku ke riset?
Terpaksa aku menggelengkan kepalaku pelan karena memang tidak mengingatnya. Apa ingatanku tersegel juga? Katanya di tubuhku terdapat banyak segel, kan? Bisa jadi ingatanku juga tersegel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ventiones Academy [REVISI]
FantasyAku hanya seorang gadis berumur tiga belas tahun yang biasa saja. Aku ini sama seperti yang lain. Jadi tidak ada yang istimewa dari diriku. Sampai .... "Selamat, Anda diterima di Ventiones Academy." Aku tak pernah mendengar ada academy semacam it...