24. Ancaman

11.5K 1.3K 48
                                    

BERHENTI, ATAU KAU DALAM BAHAYA!

• • •

"Jika sampai sang siswa mengulangi kesalahannya lagi, mau tidak mau ia harus bersedia disidang oleh para petinggi asrama sebelum pada akhirnya akan dikeluarkan dari asrama."

Tiba-tiba saja suara Madam Loly terngiang begitu mengerikan di telinga Adnan. Membuat pikirannya semakin kacau dalam kebekuan.

Orang itu berjalan semakin dekat, dan semakin dekat. Namun ketika Adnan mempertegas kembali penglihatannya, sepertinya dia mengenali sosok itu.

"Itu Kudanil?" tanya Adnan meyakinkan dirinya sendiri, sambil memberanikan diri untuk mengambil langkah. Ternyata itu benar, Daniel. Mungkin karena tadi Adnan terlalu sibuk dengan pikirannya, ia jadi tidak menyadari ketidakadaan Daniel di kamar. "Lo dari mana?"

"Gue dari rooftop abis ngerokok. Lo sendiri mau ke mana?" Daniel bertanya balik.

"Oh, gue mau ke Nasya. Gue takut dia dikasarin bokapnya lagi."

"Beneran cari mati lo. Dia gak apa-apa, mending lo ke balik kamar aja sebelum ketahuan Madam Loly. Lo harus inget isi dari surat perjanjian yang udah lo tandatanganin," oceh Daniel.

Cowok itu membalikkan tubuh Adnan. Namun Adnan menolak dengan membebaskan bahunya dari rangkulan Daniel. "Lo tau dari mana dia gak apa-apa?"

"Nebak aja." Daniel menyahut cuek.

"Lo kalau mau ke kamar, ke kamar aja," tegas Adnan yang kemudian langsung melanjutkan langkahnya menuju pintu tangga darurat. Meninggalkan Daniel yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat punggung Adnan yang semakin menjauh.

"Dasar kepala batu!" gumam Daniel sebelum akhirnya ia kembali ke kamarnya.

🍐

Tok tok tok

Di dalam kamarnya, Nasya tersentak ketika mendengar ada yang mengetuk pintunya.

Tok tok tok

Mendengar pintu kamarnya terketuk lagi, perasaan takut dalam dirinya kini kian menjalar menyelimuti dirinya. Nasya diam di tempat. Sengaja tidak ingin membukakan pintu untuk seseorang di luar sana. Nasya takut kalau dia buka, ternyata itu papanya. Nasya belum siap untuk dipukuli lagi.

Tok tok tok

Karena pintu itu terus terketuk, perlahan-lahan Nasya berjalan mendekati pintu. Tidak, Nasya tidak akan langsung membuka pintunya. Dia ingin melihat dulu siapa seseorang di balik sana melalui lubang intip yang terpasang di pintu kamarnya. Apakah itu benar papanya atau bukan. Tapi kalau jam segini, biasanya papanya. Namun perasaan takutnya mendadak berganti menjadi perasaan yang membingungkan ketika ia mengetahui kalau ternyata seseorang yang mengetuk pintunya itu bukan papanya. Melainkan Adnan.

Sebelum membuka pintu, Nasya menarik napasnya sejenak, lalu mengembuskannya secara perlahan. Gadis itu berusaha untuk mengatur debar jantungnya yang tahu-tahu saja tidak keruan itu. Setelah semuanya mulai teratur, barulah ia membuka pintu kamarnya yang langsung menampakkan sosok Adnan.

"Kenapa buka pintunya lama banget? Gue pikir lo kenapa-napa, tau gak." Melihat Nasya yang akhirnya membuka pintu, Adnan langsung mengekspresikan kecemasannya detik itu juga.

"Aku kira kamu Papa,"

"Papa lo tadi ke sini?"

Nasya menggeleng.

"Bagus, deh."

"Kamu ngapain ke sini malam-malam?"

"Gue khawatir sama lo," ucap Adnan langsung pada poinnya. "Gue ke sini mau mastiin kalau lo baik-baik aja."

Emerald Eyes 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang