28. Mengungkapkannya

12.2K 1.4K 49
                                    

NANTI, please play lagu di atas ketika kalian baca scene Nasya-Adnan di part ini. Please, gue mohon:')

Apa sebegitu asingnya gue buat lo, sampai lo menyembunyikan semuanya dari gue?

• • •

"Kakak ngapain?"

Deg.

Jantungnya kini sunggu terasa seperti terjun bebas dari atas rooftop ke lantai dasar, saat tahu-tahu saja salah seorang adik kelasnya menyadari tindakannya. Gedung C ini memang khusus untuk anak-anak asrama tingkat SMP, seragamnya berbeda dengan Yudan yang sudah menginjak SMA. Jadi wajar saja kalau anak SMP itu bertanya apa yang sedang Yudan lakukan.

"Anu, gue lagi..." Pandangan Yudan mengedar ke mana-mana mencari ide. Namun ide malah ia temukan tepat di depan matanya. "lagi benerin engsel pintu, nih. Kayaknya udah kendor. Mau gue kencengin lagi, sebelum copot pintunya," dalihnya sembari berpura menggerak-gerakkan engsel yang sebenarnya tidak rusak itu.

Bagusnya raut wajah Yudan yang benar-benar meyakinkan berhasil membuat anak itu percaya dan kemudian berlalu masuk ke kelasnya. Menyisakan Yudan yang mengembuskan napas selega-leganya.

🍐

Lukas berjalan mengendap-ngendap seperti maling. Sebenarnya, di antara teman-teman sekamarnya yang lain, Lukas-lah yang paling enak. Lantaran jam-jam segini, sekitar pukul 6.30 pagi sampai pukul lima sore nanti, gedung B merupakan gedung yang paling sepi. Jam segitu, sebagian guru-guru biasanya sudah bersiap untuk mengajar dan stand by di kelas masing-masing. Sementara sebagiannya lagi, biasanya sibuk berlalu-lalang di gedung A untuk meminta tanda tangan, mengurus ini itu, dan lain-lain bersama orang-orang penting Lawden Hall. Jadi kemungkinannya sangat kecil bagi Lukas untuk ketahuan oleh siapapun.

Tetapi meskipun begitu, Lukas tetap saja merasa was-was. Debar jantungnya sejak pertama kali menginjakkan kakinya ke dalam gedung tersebut sudah tidak keruan. Rasa deg-degannya saat ini mengalahkan rasa deg-degannya ketika dia menyenggol anak pemilik asrama seperti yang ia ceritakan waktu lalu pada teman-temannya. Karena susah juga menentukan tempat yang pas untuk memasang kamera-kameranya.

Mengingat pesan Adnan yang mengatakan, "Kalau di gedung B, walaupun sepi, lo tetep harus buru-buru keluar dari sana. Jangan lupa, tentuin tempatnya hati-hati. Soalnya guru-guru di Lawden walaupun udah berumur, matanya pada jeli."

Selepas mengetahui tidak ada tanda-tanda kehidupan di lantai satu, dengan tergesa-gesa Lukas membuka ranselnya. Mengeluarkan kamera kecil dan segala alat yang dibutuhkan untuk memasangnya. Dia juga tidak lupa mengecek ponselnya untuk mengetahui seberapa jauh tempat yang dapat dijangkau oleh kameranya itu. Karena Ethan bilang, kamera CCTV yang dia bawa sudah terkoneksi dengan ponselnya.

🍐

"Pokoknya kamera harus dipasang di tempat yang tinggi. Terutama gedung D. Lo pada tau sendiri kan gimana jangkung-jangkungnya anak SMA asrama ini? Ya, pokoknya pastiin mereka gak sampe buat ngambil kamera kita. Kalau mereka gak sampe, otomatis penglihatan mereka juga gak sampe ke tempat itu." Suara Adnan saat sedang menyusun strategi, semalam, terngiang kembali dalam kepala Daniel.

Berbeda dengan teman-temannya yang lain, yang mencari-cari dulu tempat yang pas untuk menaruh kamera CCTV mereka, Daniel sepertinya sudah menentukan pasti di mana dia harus meletakkan kamera-kameranya. Berhubung gedung D merupakan gedung tempat biasa dia berlalu-lalang. Jadi Daniel sudah paham betul seluk beluk gedung tersebut. Daniel sudah tahu sudut-sudut yang pas untuk kamera-kameranya. Dan siapa pun tidak akan bisa menjangkaunya.

Emerald Eyes 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang