Lembar Ke-37 : Ayam Goreng

1.8K 85 8
                                    

Aku dan Aa' Iyan langsung bergerak ke meja kasir, sementara anak-anak dan istri Aa' Iyan mencari tempat duduk yang masih kosong. Aku memesan 6 porsi paket nasi dan membayar semua tagihannya. Setelah pesanan kami siap tersaji, aku dan Aa' membawa makanan-makanan itu ke meja makan dimana Vikri, Ari, Nadine dan Kak Winarti menanti.

''Herio ... maafkan Aa', ya ... Aa' sudah merepotkan kamu ... Aa' janji, Aa' akan segera mengganti uangnya bila Aa' gajian nanti ...'' ujar Aa' di sela perjalanan dari meja kasir ke meja makan.

''Udahlah ... Aa' tidak usah memikirkannya, yang penting hari ini Ari bahagia. Anggap saja ini kado dariku untuk ulang tahun Ari ...'' tandasku.

''Aa' jadi gak enak sama kamu ...''

''Kalau tidak enak kasih kucing aja, A' ....''

''Hehehe ....'' Aa' Iyan jadi terkekeh, ''terima kasih banyak ya, Rio ...'' lanjutnya.

''Terima kasih kembali, Aa' ...'' balasku.

Aku meletakan makanan-makanan ini di atas meja, dan membaginya ke semua anggota keluarga Aa' Iyan.

''Ari ... selamat ulang tahun, ya ... semoga panjang umur, sehat selalu dan menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya ...'' ujarku kepada Ari sambil mengusap kepalanya.

''Aamiin ... terima kasih, Om Herio ...'' jawab Ari dengan senyum lebar seperti iklan pasta gigi.

''Sama-sama!'' balasku singkat sembari mengambil tempat duduk dan mendudukinya, kini kita berenam mengelilingi meja dan siap menyantap makannanya.

''Oke ... sebelum makan, marilah kita berdo'a bersama-sama, berdo'a mulai!'' ujar Aa' Iyan memimpin do'a.

''Bismilahirahmanirrahim...Allahumma baarik llanaa fiima razaqtanaa waqinaa adzaaban-naar'' ucap anak-anak Aa' Iyan kompak dan fasih.

الَّلهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Allahumma baarik llanaa fiima razaqtanaa waqinaa adzaa ban-naar"

Artinya :
Yaa Allah, berkatilah rezeki yang engkau berikan kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa api neraka.

Selesai berdo'a kita semua langsung menyantap hidangannya yang berupa ayam goreng crispy, nasi dan segelas minuman cola.

''Waw ... enak ya, ayam gorengnya ... Mama, tiap hari makan disini aja, Ma ...'' celetuk Ari polos banget.

''Apaan sih, Ari ... ntar Mama bikinin aja sendiri ... kalau makan tiap hari di restoran ... bisa bangkrut bapakmu ...'' timpal Kak Winarti sedikit ketus.

Mendengar ucapan Kak Winarti aku jadi terkekeh dan hampir tersedak, namun aku buru-buru diam dan pura-pura meminum cola.

''Entar Nadine ... juga dibikinin ya, Ma ...'' ujar Nadine tak mau kalah.

''Iya ... iya ... udah Adek, habisin dulu makananya!'' ungkap Istri Aa' ini dengan kesal.

Semua kembali menyantap makanannya hingga pada habis tak bersisa. Aku dan Aa' Iyan lebih dulu menghabiskan makanannya, kemudian kami berdua jalan bareng ke wastafel untuk mencuci tangan.

''Aa' ... Herio mau ngomong sama Aa' ...'' ujarku sambil membasuh tanganku.

''Mau ngomong apa?' 'balas Aa' sembari mengeringkan tangannya di handdryer.

''Herio ... diajak teman-teman untuk ngumpul, boleh gak?''

''Ngumpul dimana?''

''Di Ciputat."

''Bareng sama teman-temanmu yang tadi itu?"' Nada suara Aa' Iyan meninggi setengah oktaf.

''Iya, A' ....''

''Aa' tidak ijinin kamu ngumpul dengan mereka!'' ujar Aa' penuh dengan penekanan.

''Kenapa sih, A' ... kok tidak boleh?''

''Karena Aa' sayang sama kamu ... Aa' tidak mau terjadi apa-apa sama kamu."

''Aa' ... tenang aja, aku bisa jaga diri, mereka cuma teman biasa kok!''

''Herio ... Aa' tahu apa yang ada di pikiran mereka ... orang-orang sakit seperti mereka itu cuma satu pikirannya ...''

''Apa?'' tanyaku.

''Have fun sex!'' jawab Aa' tegas.

''Aa'... aku yakin mereka tidak seperti itu ....''

''Pokoknya Aa' tidak rela kalau kamu pergi dengan mereka ... Jika kamu tetap nekat pergi dengan mereka ... Aa' akan kecewa sama kamu ...'' pungkas Aa' iyan sambil ngeloyor pergi meninggalkan wastafel.

Aku berdiri terbengong.

Huffttt ... aku jadi bingung, aku harus menuruti perintah Aa' Iyan atau menuruti kemauanku sendiri. Tapi kelihatannya Aa' Iyan tidak main-main dengan ucapannya, dia nampak serius dan akan bertindak lebih tegas jika aku melanggar titahnya. Aku belum pernah melihat wajah Aa' segarang itu, aku jadi takut dan tak tahu harus bagaimana?

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang