02. I Called You, Nana

2M 167K 143K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading



Aku masih termenung di tempat begitu mendengar jawaban pasti Lee Jeno. Seperti tidak bisa mempercayai apa yang dia katakan.

Percaya, namun tidak sepenuhnya.

Tapi sorot mata Jeno yang meyakinkan, sudah cukup membuatku untuk tak berkutik. Aku tahu Lee Jeno, aku tahu persis mana dia yang tengah bercanda atau main-main.

Tapi setelah memikirkannya puluhan kali, kesadaranku kembali, dan ada sebersit perasaan tidak terima yang membuncah.

"Kenapa?" tanyaku, aku tidak tahu persis apa yang ku tanyakan sebenarnya.

"Apanya?"

"Terus apa dosa Jaemin sampai dia di perlakukan nggak adil?"

Kulihat kerutan di dahi Jeno semakin dalam. Terlihat nyata.

"Maksud kamu ngomong gitu apa?" nada Jeno berubah sensitif, suaranya terdengar naik beberapa oktaf.

"Ya apa cuma karena dia cacat, dia di benci banyak orang?"

Aku tahu tindakan dan yang ku katakan ini salah, tapi entah kenapa rasanya aku hanya tidak terima mendengar persepsi yang di ungkapkan Jeno.

Jaemin di benci banyak orang karena dia cacat?

"Jeno, sejak kapan kamu begini?" suaraku memelan, masih sadar bahwa ini adalah tempat umum.

Jeno menghela tidak percaya, menghembuskan nafasnya ke udara.

"Kenapa kamu malah belain orang asing itu? Dia siapamu?" sarkasnya.

Aneh, ini sangat aneh. Untuk pertama kalinya dalam setahun, atmosfir di sekeliling kami berubah. Tegang. Kaku. Mencekam.

Aku benci suasana ini, dan aku tidak tahu kenapa Jeno menjadi super sensitive hanya karena satu nama.

Na Jaemin.

Kenapa dan kenapa.

Hanya kata itu yang ada di kepalaku saat ini.

"Jeno, ma⎯"

"Ayo pulang, mama udah nunggu aku di rumah"

[✔] 1. DEAR JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang