Extra part I

12.6K 520 23
                                    



Happy reading..

♡♡♡

Di salah satu sudut ruangan yang begitu tenang, terlihat seorang pria yang tengah mengayunkan kuas di tangannya dengan penuh konsentrasi.

Sesekali ia akan mencelupkan kuasnya di salah satu warna yang ia butuh kan. Saat ini dirinya tengah mewarnai sebuah lukisan wanita cantik yang tengah tersenyum lebar, wanita yang sangat berarti bagi kehidupannya.

Di tengah aktivitasnya ia mendengar pintu ruangan yang terbuka, membuat ia terpaksa harus menghentikan pergerakan tangannya dan menoleh. Senyumnya mengembang begitu saja melihat siapa yang sudah berdiri di ambang pintu, Aika istrinya.

"Sudah selesai?"

Sosok pria yang tidak lain adalah Jo bangkit dari duduknya dan menghampiri sang istri. "Ehem, tapi kau belum boleh melihatnya."

Aika mendengkus geli di buatnya. "Tapi aku ingin melihatnya," ucapnya dan langsung masuk menghampiri selembar kanvas yang mampu mengalihkan perhatian Jo darinya dan sedikit mengabaikannya. Dan Jo pun hanya bisa membiarkannya saja tanpa melarang, atau ia akan tahu akibatnya.

"Wah! Mengagumkan seperti biasa," ujar Aika takjub sambil memandangi lukisan wajahnya sendiri yang begitu nyata.

Berapa kali pun Aika melihat hasil lukisan sang suami ia akan tetap takjub di buatnya. Selama ia menjadi istrinya sudah banyak lukisan yang ia lihat, pada dasarnya Jo memang hobi melukis sejak dulu selain karena terapi yang harus Jo jalani.

Paman Felix benar. Terapi seni itu memang sangat efektif bagi kesembuhan Jo. Terbukti dengan lelaki itu yang perlahan sembuh dengan sendirinya, suaminya itu sudah bisa mengendalikan emosinya. Paman Felix juga sudah mengatakan bahwa Jo sudah sembuh setelah beberapa tes psikologi yang beberapa bulan lalu Jo lalukan.

Tapi menurut Aika pada dasarnya Jo memang sudah bisa mengendalikan emosinya sejak dulu, selama tidak ada yang mengusik Jo terlebih dahulu maka Jo tidak akan berbuat hal yang merugikan.

Dan sekarang mungkin karena sudah terbiasa, Jo malah tak bisa lepas dari melukis. Selama ada waktu senggang Jo pasti akan menghabiskan waktunya di ruangan ini, entah sudah berapa banyak lukisan yang sudah jadi. Bahkan ada beberapa yang Jo jual dengan harga tinggi.

Meskipun begitu Jo tetap mengutamakan Aika dan selalu ada setiap sang istri membutuhkannya, karena bagi Jo itu tetap tugas utamanya.

"Tentu saja. Leonardo Da Vinci pun kalah," kelakar Jo dengan percaya dirinya yang mengundang kekekan dari sang istri.

"Tapi tidak sebagus itu juga untuk mengalahkan seorang Leonardo Da Vinci," ejek Aika sambil terkekeh geli, begitu pun dengan Jo yang sudah ikut terkekeh.

Jo lalu mendekat dan memeluk sang istri dari belakang, ia mengusap perut sang istri yang begitu besar.

"Kenapa Baby belum keluar juga?" tanyanya.

"Sebentar lagi. Bukankah dokter bilang beberapa hari lagi."

"Baby, cepatlah lahir ke dunia. Kasihan mama yang sudah keberatan membawa Baby ke mana-mana. Papa juga tidak sabar ingin melihat wajahmu," gumam Jo.

Jo selalu dibuat ngeri sendiri jika melihat Aika yang terlihat kesulitan saat berjalan, karena kaki Aika yang sedikit membengkak. Dan yang bisa ia lakukan hanya memijat dan mengusapi kaki Aika menggunakan air hangat setiap malamnya agar sang istri rileks.

Aika terkekeh di buatnya, entah sudah berapa kali Jo berbicara seperti ini seolah meminta baby untuk segera lahir.

"Sabar Papa," jawab Aika menirukan suara anak kecil sambil terkekeh geli.

Return (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang