Part 11

49.5K 6.7K 399
                                    

___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___

Bergerak ke samping dengan gelisah, pada akhirnya Shareen langsung bangun dan terduduk di tempat tidur. Matanya terbuka sedikit demi sedikit dan perlahan dia mulai sadar bahwa terakhir kali dia matanya terbuka adalah saat dia masih berada di dalam mobil bersama Kenzie.

Saat itu juga Shareen mengingat apa yang telah dia lakukan di depan Kenzie. Dia menutup wajahnya dengan keduan tangan, menyesali. "Aaa malu! Kenapa tadi malah nangis, sih? Nggak boleh nangis harusnya. Pasi Kenzie mikir Shareen itu cengeng, minta dikasihani. Nanti Kenzie nolongnya nggak ikhlas."

Shareen menarik kedua tangannya dari wajah dan mengepalkan kedua tangannya ke atas. "Semangat! Yang tadi harus jadi tangisan terakhir di depan Kenzie! Nggak boleh nangis lagi! Nggak boleh cengeng sampai pulang!"

Shareen langsung bersemangat. "Iya, bener! Aku nggak boleh cengeng. NGGAK BOLEH! Harus tetep senyum di depan Kenzie. Nanti aku dikatain cewek cengeng? Atau apa? Hiih. Kan udah gede masa masih suka cengeng."

Kruuk ... kruuuk ... krrruuk....

Perut Shareen memberontak tiba-tiba. Cewek itu sontak memegang perutnya dan cengengesan sendiri.

"Harusnya nggak laper," katanya, lalu menggigit bibir.

Dia mencari jam dinding dan melihat ternyata masih pukul 01.00. Shareen berdiri dengan langkah pelan-pelan menuju pintu kamar berharap pintu tidak terkunci. Setelah menarik gagangnya, pintu itu benar-benar tidak terkunci. Shareen tidak mengerti kenapa Kenzie tidak mengunci pintu kamar ini lagi.

Karena lapar yang tak bisa dia tahan, dia berlari turun dan berusaha untuk tidak menimbulkan suara dengan langkahnya. Awalnya dia ingin berbelok ke kamar tamu, tempat di mana Kenzie tidur selama dia berada di rumah itu. Namun, Shareen berpikir bahwa dia hanya akan mengganggu ketenangan Kenzie jika harus membangunkan cowok itu lagi.

Akhirnya, Shareen memilih untuk mencari dapur dalam suasana rumah yang hanya diterangi satu lampu karena semua orang di rumah itu sudah terlelap.

***

Lampu baru saja dinyalakan seseorang. Seorang wanita berpakaian tidur muncul dari pintu penghubung ruang makan dan ruangan sebelumnya. Dia berjalan menuju dapur dengan kepala yang melongok ke berbagai sudut ruang makan.

"Mbak Ika? Mbak Tia?" panggilnya dan melangkah pelan-pelan menuju dapur. Beberapa saat lalu dia mendengar suara berisik dari arah sini ketika melewatinya dan ingin kembali ke kamar.

Dia berjongkok mengambil gelas yang tergeletak di lantai dan mengernyit saat melongok ke dapur. "Ini jatuh, tapi nggak ada orang...."

Kania menghela napas. Dia menaruh gelas itu di meja. "Harusnya nggak ada tikus di rumah ini."

Saat Kania sudah kembali berbalik dan mulai melangkah kembali ke kamarnya, suara seperti piring jatuh menghantam lantai. Bunyinya yang sangat keras itu membuat Kania segera berbalik cepat menuju dapur untuk melihat sesuatu yang tidak beres.

Can I Meet You Again?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang