6

277 50 1
                                    

Aku berjalan pelan menuju kelas, masih dengan pandangan mata tajam kini kulihat sosok Minho dan Dongho yang berjalan mendahuluiku. Choi Minho, dia baru saja mengabaikanku. Shin Dongho, aku semakin tertarik padanya.




Aku berniat mengambil buku sastraku di dalam loker ketika kulihat AJ berjalan mendekatiku di depan loker.




"Woo.. Prince Taemin! Dimana pengawalmu?" AJ bertanya sambil menggerak-gerakan kepalanya, mencari seseorang yang disebutnya pengawal.




Aku memilih mengabaikannya dan beralih untuk membuka loker saat tangannya menahan pintu loker dihadapanku.



"Singkirkan tanganmu!" desisku pelan.




"Auhh.. Pangeran Lee sensitif sekali kau ini! Waeyo, eum?" tanyanya sok peduli, berbanding terbalik dengan seringai di bibirnya.




Kuhela napasku kasar sebelum menyingkirkan tangannya dari hadapanku.




Kupejamkan mataku menahan emosi yang bisa meledak kapan saja. Laki-laki ini apa tidak bisa sehari saja tidak membuatku sakit kepala.




"Ah.. Aku tau, apa karena tunanganmu tidak memberi kecupan selamat pagi dan memilih pergi bersama pria manis yang lain?" ucapan AJ membuatku membuka mata.




Kuikuti arah pandang mata pria berambut terang itu. Aku memandang datar Minho dan Dongho yang baru saja melintas dihadapan kami. Mereka terlihat memiliki obrolan seru hingga tidak menyadari keadaan di sekitar mereka.




AJ terkekeh, aku meliriknya tajam. Ia mengubah posisinya - bersandar pada loker dengan menyilangkan tangan di depan dadanya.




"Ck, apa ini? Apa begini gaya pertunangan kalian?" tanyanya dengan ada mencemooh.




Kututup pintu loker dengan keras, sengaja - melampiaskan kekesalanku padanya.



"Aku jadi ragu apa benar kalian bertunangan?" aku tersenyum menanggapi pertanyaannya barusan.




"Bukankah seharusnya kau lebih tau, itu adalah tipikal Minho, mudah bergaul dan memiliki banyak teman."Jawabku enteng - masih dengan senyum di bibirku.



"Teman, huh?" AJ mendengus pelan. Kulihat kilat matanya berubah.




"Lee Taemin, Choi Minho. Lee dan Choi? Jika kalian bersatu maka hal ini akan menaikan saham perusahaan bukan?" Ia bertanya dengan nada yang dingin dan datar, pandangan matanya kosong.




Kueratkan genggamanku pada buku di tanganku. Entah mengapa tiba-tiba aku merasa gelisah dengan ucapan AJ barusan. Ia seperti mengerti apa yang terjadi antara Minho dan aku.




Laki-laki ini dan Minho pernah menjadi teman dekat sebelum akhirnya keduanya memilih bermusuhan - entah karena apa.




AJ mengangkat kepalanya dan memandangku, dengan seringai di bibirnya ia bertanya, "Benar kan?"



"Tutup mulutmu!" Aku dibuat kesal oleh sikapnya yang seolah mengolokku.



Aku memandangnya sinis sebelum berbalik dan berjalan meninggalkan makhluk berisik itu.



Baru beberapa langkah kakiku berjalan ia kembali berkata, "Ah..Satu hal yang harus kuberitahu padamu, seorang Choi bukan tipe pria setia."



"Ssst..Ini rahasia!" ucapnya lagi sambil menyilangkan jari telunjuk di depan bibirnya. Aku mengernyitkan dahiku, tidak mengerti dengan apa yang dikatakannya barusan.



EmptinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang