| C H A P T O1 |

181 24 10
                                    

Starting from the moment, I open my eyes in the morning. I think of you and my heart is overwhelmed. When my eyes close, my arms wrap around your head. I want to support you.

Wanna One — Light




Chapter 01;
I'm a fangirl





Aku tersentak kaget saat ada cahaya besar yang begitu menyilaukan mata, menyedotku masuk ke dalam. Aku terus berteriak meronta, karena tubuhku seakan mati rasa saat memasuki lubang cahaya itu.

Bagaimana dengan Jinyoung?

Apa dia ikut tersedot juga? Atau hanya aku?

Mataku refleks terpejam saat cahayanya begitu menyilaukan hingga membuat mataku sakit. Lalu tubuhku seperti terputar-putar, dan terpental.












Bruk.

“Sshh...” Aku meringis sakit saat merasakan kepalaku terbentur.

Kuedarkan pandangan —wHAT?!

Kenapa aku bisa berada di kamar? Apa tadi cuma mimpi? Tapi kenapa bisa terasa begitu nyata...

Oh my God, honey! Why you still don't ready?!” Ibu berdiri di ambang pintu, dengan tangan berkacak pinggang.

Matanya menatapku garang, “Sekarang sudah jam berapa, huh? Mau bolos?”

Benar.
Kurasa tadi hanyalah mimpi.

Aku melirik jam dinding warna biru muda di kamarku. Wow, udah jam enam lewat. Dan hari ini aku ada matkul pagi.

Satu-satunya balasan yang kutunjukkan kepada Ibu adalah cengengesan. “Ibu masih mau disini? Aku mau mandi dulu, takut telat.”

“Memang sudah telat,” ucap Ibu seraya mendengus. Lalu Ibu melangkah pergi meninggalkan kamarku.

Aku segera mengambil handuk dan memasuki kamar mandi kecil yang ada di kamarku. Semoga saja, tidak telat sampai kampus.




















Ya, kurasa kalian sudah menduga apa yang saat ini terjadi padaku.

I'm late.


Dan aku tidak diizinkan masuk oleh dosen yang terkenal killer disini. Dengan teganya beliau mengusir seorang anak yang ingin menuntut ilmu.

Menyebalkan.

Rupanya kepintaran saja tidak cukup membuat dosen dapat berbaik hati padaku. Bukannya aku sombong, tapi di jurusanku, aku adalah yang terpintar ketiga seangkatan.

Dongsoul University, jurusan seni.

Setelah membungkuk dan meminta maaf, aku melangkah lesu pergi meninggalkan kelas. Dan tepat saat di ambang pintu, bahuku disenggol oleh seseorang yang berlarian menghampiri dosen.

Wow, menyebalkan.

“Maaf Pak, saya telat.”

“Tidak apa, sana kamu duduk.”

Deeper | Bjy √Where stories live. Discover now