Bad Omen

433 76 10
                                    

Warning! Mengandung konten dewasa! Kekerasan dll.

Berbeda dari biasanya. Lampu rumah Woojin menyala ketika ia pulang. Ayahnya memakai setelan jas rapi. Duduk di sofa.

"Woojin. Kau suka dance kan?"

Pertanyaan tiba-tiba sang Ayah mengherankan Woojin. Pasalnya bahkan sang Ayah tak pernah menyapa 'selamat pagi' padanya. Sekarang, menanyakan hobinya. Woojin mengangguk.

"Bersiaplah. Teman Ayah CEO dari SS Ent, ia tertarik denganmu ketika Ayah memutar video dance"

"Video? Darimana Ayah mendapatkan nya?"

"Ibunya Youngmin. Ia mengirimkan- nya ke Ayah"

"Aku tidak mau. Aku tidak tertarik. Aku menari hanya sekedar iseng" jawabnya. Ia masih kesal mendengar perkataan tidak langsung dari Ayahnya. Apa ini? Sekarang, ia perduli karena ada hal yang menguntungkan.

"Begitukah. Sayang sekali. Apa kau lebih tertarik bermesraan dengan laki-laki lain?"

Woojin menoleh ke arah Ayahnya. Woojin sangat kecewa. Apa ini hal yang pantas di katakan seorang Ayah?

"Apa maksud Ayah?"

"Woojin. Kau tidak tau. Aku sangat malu ketika keluar dari lingkungan ini. Berita bahwa kau penyuka sesama sudah menyebar. Apa kau tidak merasa bersalah? Setidaknya kau bisa datang bertemu CEO untuk menebus kesalahanmu"

"Bersalah? Apa Ayah pikir itu kesalahan? Aku hampir dilecehkan dan kau bilang itu kesalahan. Seharusnya kau membelaku"

"Entah apa yang terjadi. Sekarang, orang luar hanya tau kau itu penyuka sesama jenis. Mereka tidak perduli kau yang dilecehkan atau bukan. Pelecehan terjadi bukan tanpa sebab bukan? Yang terjadi di pemikiran mereka kau yang dahulu mencari perkara"

Tangan Woojin mengepal menahan kesal. Kepalanya sudah berasap karena perkataan Ayahnya. Selama ini dia memang Ayah hanya dari nama. Tapi, Woojin tidak tau ia seburuk itu.

"Hentikan. Jangan katakan apa-apa lagi. Aku akan kesana. Tapi, aku tidak akan bergabung dengan Ent manapun. Ayah perlu ingat itu"

"Aku tau. Aku hanya tidak bisa menolak CEO itu. Aku tidak pernah mengharapkan apa-apa dari anak sepertimu"

****

Gedung dengan lampu warna redup di sekitarnya. Tertulis Hotel Yueo. Di lihat dari besarannya. Hotel tersebut terlihat sangat mahal.

Seorang pelayan menyambut Woojin dan Ayahnya. Jas hitam dengan kemeja putih yang di keluarkan serta kalung berwarna hitam melengkapi penampilan Woojin hari ini. Ayahnya benar-benar mempersiapkannya. Bahkan ia wajahnya pun di rias. Tubuh yang kecil dan pipi yang agak berisi membuatnya lebih terlihat manis di banding tampan.

Woojin agak risih dengan kalung yang melingkar di lehernya. Ia tidak terbiasa dengan semua ini. Ia ingin cepat menyelesaikan ini dan pulang.

Sepanjang pintu masuk dari gedung hingga ke lorong-lorong hotel. Ia tak menemukan orang satupun di hotel semegah itu. Hanya beberapa orang pegawai hotel.

Mereka memasuki sebuah ruangan yang paling besar. Di sana terdapat meja dan sofa berwarna kecoklatan. Sengaja di letakkan di sana, bertujuan untuk tamu bisnis. Dengan kasur super besar yang agak jauh dari sana. Ukuran kamar itu bisa setara rumah minimalis.

Woojin dan Ayahnya di persilahkan duduk di sana. CEO itu datang dari kamar mandi dengan memakai bathrobe. Walaupun, ia CEO bukankah tidak sopan menyambut tamu dengan seperti itu. Pikir Woojin. Ia menghela napas panjang. Semakin kesal dengan keadaan yang dialaminya. Ayahnya menyuruhnya berdiri.

Shining NPCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang