Prolog

1.8K 91 3
                                    

Ketika perasaan di jadikan sebuah
pilihan....

Karma...

Antara dia dan Dirinya

Menjadikan ku sebuah pilihan lebih dari yang ku lakukan

Playlist bye aespa- next level 🎶


"hey guys jadi kita hari ini taruhan seperti biasa." ucap seorang gadis bernama Maura kepada tiga gadis lainnya mereka adalah Regina, Deana dan Shiren.

Empat bersahabat ini terkenal di sekolah dengan sebutan baby Chili terutama oleh geng sebelah yang selalu merasa tersaingi melihat kecantikan dari geng mereka, padahal mereka semua sama-sama cantik.

Mereka berempat saat ini sedang berada di apartemen mewah milik Deana, biasanya setiap malam Jumat mereka selalu menginap bergantian tiap minggunya, seperti ritual yang tidak boleh mereka lewati, namun malam ini kebetulan malam Senin esok mereka harus kembali sekolah setelah libur yang begitu panjang, persahabatan mereka memang sudah terlihat sejak kelas 10 SMA yang kebetulan satu kelas, namun saat ini Regina hanya sekelas dengan Maura sedangkan Shiren dan Deana di kelas yang berbeda.

Dengan banyaknya makanan di sekitar mereka juga uang yang berserakan, gadis-gadis ini memang memiliki kebiasaan buruk yaitu berjudi, namun ini hanya sesekali jika mereka bosan dan ingin, jika tidak mereka tidak mungkin melakukan hal itu karena mereka sadar mereka masih mempunyai uang yang cukup.

Maura menghisap rokok nya kuat-kuat ya gadis cantik itu seorang perokok namun jarang, dia hanya merokok ketika sedang pening dengan kehidupan nya.

"Apa taruhannya?" tanya Deana

Semuanya saling pandang menatap Maura, Regina beberapa kali menguap namun tiba-tiba apa yang di ucapkan Maura membuatnya melotot tak terima.

"Putusin cowok kalian yang punya cowok malam ini juga gue bakal transfer 15 juta ke rekening kalian."

"Gak ada pilihan lain kah ?" tanya Regina dia frustasi karena sudah terlalu cinta dengan cowoknya yang bernama Kevin.

"Big no!"

Lima belas juta bukan uang yang sedikit, siapa yang mau menolak apalagi syarat nya hanya memutuskan pacar mereka, tapi Regina merasa tidak terima karena sejauh ini Kevin pacar terlama nya.

"Kenapa ngeliatin gue?" Tanya Maura pada Regina.

"Gue masih sayang sama Kevin, lo kok tega sih sama gue," rengek Regina seperti anak kecil, Deana di sampingnya mengusap punggung Regina yang terekspose karena bajunya yang terbuka.

"Emang lo udah berapa lama sama dia?" tanya Shiren

"Sembilan bulan."

"Hah sembilan bulan itu pacaran apa hamil?" ledek Maura lalu membuang puntung rokok terakhirnya.

Regina yang dibuat kesal langsung menaiki kasur empuk milik Deana dan menenggelamkan wajahnya di bantal, dia bingung apa yang harus ia pilih uang lima belas juta atau pacarnya yang tampan itu.

"Menurut lo Regina bakal pilih uang atau pacarnya ya?" tanya Shiren, mereka memperhatikan Regina dari jauh yang terlihat badmood.

"Uang." tebak Maura.

"Pacarnya gak sih, mereka kan jarang ada masalah juga." ujar Deana.

"Kalo masalah pilih cowok itu pasti elo bukan Regina, orang kaya Regina ini realistis tapi dia agak mata duitan, you know lah." balas Shiren.

Tak lama Regina bangun dari tidurnya dan mendekati ketiga sahabatnya, beberapa kali gadis itu menghela napas dan yakin dengan pilihannya untuk saat ini.

"Gue ambil lima belas juta itu."
Maura tersenyum penuh kemenangan tebakannya tidak salah, seorang Regina menolak uang lima belas juta hanya untuk seorang Kevin sepertinya sangat mustahil untuk saat ini.
meskipun perasaan nya harus di korbankan, cinta nya pada uang mengalahkan perasaanya pada Kevin yang begitu besar.

"Oke silahkan telpon my honey bunny lo alias Kevin." ucap Maura sambil menyilangkan tangan nya menunggu Regina memutuskan pacarnya.

Lagi-lagi Regina menghela napasnya sebelum mencari nomor telpon Kevin, berat rasanya mereka tidak ada masalah namun hanya karena uang lima belas juta hubungan nya harus berakhir.

"Lo yakin gin?" tanya Deana mencoba memastikan.

"Yakin lah bukan Regina namanya kalo dia gak ambil tantangan kali ini." ucap Maura sambil memutar bola matanya malas.

Sudah beberapa menit mereka menunggu Kevin mengangkat telpon dari Regina, setelah sebelas menit barulah telpon itu terangkat semua gadis yang ada di sekitar Regina menghela napas lega padahal Regina sendiri keringat dingin dengan perasaan campur aduk antara takut menyesal dan takut di kira bucin oleh teman-temannya jika dia lebih memilih kekasihnya itu.

"Halo yang ada apa?" Ucap seseorang di sebrang sana, saat ini ketiga temannya mendengarkan percakapan mereka karena sengaja menggunakan mode speaker.

"Aku mau bilang sesuatu sama kamu," Regina memejamkan matanya dan berusaha tenang walau matanya tidak bisa berbohong.

"Bilang apa? Nanti aja ya aku lagi futsal nih."

"Ayo kita putus." ucap Regina tanpa basa-basi lalu menunggu respon orang di sebrang sana.

"Apa? Kamu ngomong apa gak kedengaran!"

Regina menelan salivanya kuat-kuat karena takut dengan ucapan Kevin yang sedikit membentak barusan.

"Ayo kita putus."

"Hah? Apa sih gin? Ayo kita ketemu biar jelas kamu ngomong apa."

Di sebrang sana Kevin sedang memperhatikan teman-temannya yang sedang berusaha memasukkan bola kedalam gawang dan tim mereka berhasil menang, Kevin mengangkat kepalan tangannya ke atas memberikan kode selamat kepada timnya.

"Aku chat kamu aja ya, kita gak usah ketemu lagi."

Suara Regina yang berasal dari telpon membuatnya membeku untuk beberapa saat, Kevin mencoba mengerti arah pembicaraan Regina.

"Kenapa sih yang kok kamu ngomong gitu, ada masalah apa? Ayo kita ketemu aku kerumah kamu ya."

"Gausah Vin, Udah cukup terimakasih buat semuanya, kita sampai disini aja ya, semoga kamu bisa dapetin cewek yang lebih baik dari aku." Regina mengakhiri telpon keduanya kemudian menangis memeluk Shiren di sampingnya.

"Halo gin, kok gue diputusin sih." gumam Kevin lalu menonjok tembok yang ada di hadapannya.

Setelah apa yang terjadi padanya hari ini Kevin memilih pulang kerumah tanpa pamit pada teman-temannya.

Regina menangis tersedu-sedu hampir menghabiskan tisu milik Deana, sudah setengah jam gadis itu masih mengeluarkan air matanya entahlah seperti tidak ada niat untuk berhenti sejenak.

"Udah dong gin, berisik tau, lagian suruh siapa putusin Kevin." ucap Deana sambil memperhatikan gadis malang itu yang kini sedang sibuk membersihkan ingusnya bahkan terdengar suaranya.

"Coba lo putusin Angga pasti lo bakal rasain apa yang gue rasain saat ini, tapi lo gak mungkin lakuin itu karena lo bukan gue."

"Itu lo tau jawabannya sayang." gemas Deana sambil mencubit pipi Regina yang selalu bertindak sesukanya tanpa pikir panjang terlebih dahulu.

"Oiya gin udah gue transfer ya duitnya, semoga lo bisa cepat moveon dari Kevin." ucap Maura sambil menguncir rambutnya dengan mata yang di kedipkan sebelah pada Regina, mencoba menggoda gadis itu, sedangkan Regina membalas ucapan Maura dengan menatapnya sinis, seolah apa yang terjadi ini karena maura padahal Maura hanya memberi pilihan, tetap saja Regina yang memutuskan tindakannya sendiri.

Bersambung...

ReKeyara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang