Ekstra Part

181 24 71
                                    

Hari ini merupakan hari yang spesial bagi Sakura, gadis itu berulang tahun. Sejak pagi, Abi sudah berada di rumah Kenzo, cowok itu ikut membantu persiapan perayaan ulang tahun Sakura, dirancang khusus oleh Kenzo dan Airin sejak seminggu yang lalu.

Laksa memiliki tugas khusus yang langsung diperintahkan oleh Airin, mengajak Sakura keluar dari pagi hingga menjelang matahari terbenam.

Airin dan Kenzo bebas mengubah dekorasi rumah selagi Pram dan Natasya keluar kota. Natasya menemani Pram karena kepentingan bisnis yang tidak bisa ditunda. Sebenarnya Pram bisa saja pergi sendiri, tetapi Pram sedang memiliki kesehatan yang tidak bagus akhir-akhir ini.

"Gimana persiapannya?" tanya Airin yang baru saja keluar dari dapur, membawa kue yang disimpan di kulkas.

"Dikit lagi," teriak Kenzo memasang balon di pojok ruangan.

Airin berdecak kesal, sudah jam 2 siang, tetapi persiapan mereka belum juga usai. Mereka terlalu asik hingga lupa cacing-cacing di perut mereka belum diberikan nutrisi.

"Makan siang mesen aja, ya?" tanya Airin meminta persetujuan mereka walaupun tanpa mendengar jawaban Kenzo dan Abi, Airin sudah menambahkan pesanannya di keranjang.

"Terserah," jawab Abi dan Kenzo serempak.

Ibu jari Airin dengan lincah memesan makanan yang sekiranya Abi dan Kenzo suka. Setelah memesan mi ayam dengan bakso di atasnya, jemarinya berpindah berselancar di media sosial. Di akun milik Laksa, Airin dapat melihat foto Sakura dan Laksa yang tersenyum senang.

"Kayaknya Laksa lebih pandai membuat Sakura senang," ucapnya tanpa sadar.

"Lain kali enggak mau lagi gua nyiapin ginian, cape!" Tungkai Kenzo pegal luar biasa, cowok itu merebahkan tubuhnya di atas lantai, tak memedulikan jika dirinya nanti bisa saja masuk angin.

"Jomlo gitu tuh, enggak mau rugi waktu buat bikin orang bahagia," sindir Abi duduk di sofa dekat dengan sofa yang Airin tempati.

"Serempet aja terus ke sana."

Airin terkekeh. "Emang fakta 'kan situ jomlo, Ken."

"Lo berdua tuh kompaknya pas ngeledekin gua mulu. Giliran adu mulut aja, udah berasa gempa dunia gua, udah hampir setahun, enggak bosan apa lu berdua?"

"Makanya coba cari pacar, biar ngerasain sesekali adu mulut sama pacar sendiri. Ada sensasi seru sekaligus mendebarkan, walaupun sering adu mulut, kita enggak pernah merasa bosan, dong," balas Abi.

"Mendebarkan karena lo takut sewaktu-waktu lo bisa aja putus gara-gara adu mulut, 'kan?" Ledekan Kenzo disauti lemparan bantal sofa dari Airin.

"Susah ngobrol sama jomlo, ngirinya keliatan," balas Airin sinis.

"Enak aja! Gua ngiri sama lo berdua? Mana mungkin, gua lebih senang kesendirian gua. Enggak perlu mikirin orang lain, kalau gua mau ngambil pilihan."

"Itu yang ngebuat lo egois dan enggak berminat membahagiakan orang di sekitar lo. Baru nyiapin pesta buat Sakura aja udah nyesel, ditambah ngeluh," cerca Abi membuat Kenzo bungkam.

Keheningan menyelimuti mereka, omongan Abi dan Airin terasa benar di telinga Kenzo. Dirinya memang egois, tetapi bukan berarti ia yang mau memiliki garis takdir kesendirian selama ini. Hatinya belum menemukan seseorang yang pas, lebih-lebih lagi dirinya belum terlalu dewasa untuk memiliki hubungan lebih dari teman.

Bunyi bel membuat Kenzo tersadar dari lamunannya. Ia teriak memanggil Airin, "Ai, udah sampai itu pesanannya!"

"Iya, gua enggak budek!"

Airin berjalan gontai menuju pintu utama. Sepasang matanya menilik heran keberadaan bapak-bapak yang berada di depan pagar, tak memakai atribut seperti jaket berwarna hijau yang biasa dipakai oleh ojek online pada umumnya, bahkan motor pun tidak terlihat oleh mata Airin.

"Cari siapa, Pak?" tanya Airin ragu.

Bapak itu berbalik menatap Airin dengan senyum lebar, tetapi baginya sangat menyeramkan. "Kenzonya ada?"

Airin mengangguk, ia berucap sopan, "Tunggu sebentar Pak, saya panggilkan.

Tungkainya terbirit-birit segera menemui Kenzo di dalam. "Kenzo, ada yang cari di depan. Bapak-bapak."

Wajahnya terlihat bingung, ia tak memiliki janji hari ini oleh siapa pun. "Siapa?" Airin mengedikkan kedua bahunya, tak tahu.

Kenzo segera menemui tamu yang menunggu di depan pagar, disusul oleh Airin di belakangnya.

"Eh gua ngikut dong," ucap Abi bangkit dari duduknya dan ikut mengekori Kenzo. Tak nyaman bila sendirian di dalam rumah orang.

"Cari saya, Pak?" tanya Kenzo saat berada di dekat bapak-bapak yang menunggunya di depan pagar.

Pria yang dipanggil berbalik. "Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana kabarmu, Nak? Natasya ada di mana?"

Emosinya campur aduk, bingung, marah, dan takut menjadi satu. Orang yang sudah lama tak menemuinya saat ini berada di hadapannya, terhalang oleh pagar besi rumah. "Papa?"

Airin yang mendengar panggilan Kenzo terkejut bukan main. Tak hanya dia, Abi yang mengikutinya di belakang bahkan jatuh terduduk. Sosok pria yang berdiri tegap di depan pagar, menanti jawabannya.

Wajah datarnya sama sekali tak memperlihatkan raut penyesalan setelah membuat keluarganya sengsara.

"Papa mau apa di sini?"

"Saya bertanya lebih dulu."

"Mama tidak ada di rumah. Papa ngapain ada di sini?" tanya Kenzo lagi. Kedua tangannya terkepal, mencoba sekuat tenaga agar kemarahannya tak ia luapkan di tempat.

"Mengembalikan keluarga kita seperti semula. Utuh dan harmonis, apakah kamu mau membantunya, Kenzo?"

***

Don't Touch berakhir sampai di sini.

Terima kasih banyak bagi pembaca yang sudah setia mengikuti cerita ini.

Kepoin ceritaku yang lain, yaa.

1 November 2020

🐾Puding05🐾

Don't Touch✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang