06. Kedekatan Nathan

100 53 23
                                    

Raut wajah Lisa terlihat tidak semangat hari ini, karena Mama akan pergi ke luar kota untuk mengerjakan tugas usaha butiknya. Sangat membosankan bagi Lisa jika tidak ada Mama dirumah.

"Mama kapan pulang?" Rengek Lisa ketika Mama masih berdandan.

"Pergi aja belom."

"Aku ikut ngantar ya, Ma?"

Mama bangkit dari tempat duduk, make up nya simple, tidak terlalu berlebihan. Kulit putih Mama berpadu dengan dres yang di pakainya, polehan bedak hanya sedikit, bagian mata tidak dikasih apa-apa karena bentuk mata Mama sudah indah dan menarik. Ditambah lagi rambut hitam tebal bergelombang sangat enak dipandang.

Mama menempelkan kedua tangannya di bahu Lisa. "Ya udah, Mama tunggu dibawah." Jawab Mama langsung mencubit hidung mungil gadis itu.

* * *

"Cakkaaa!" Teriak Nathan menggema diluar kamar Cakka. "Cakka! Cakka! Buka!" Nathan menggedor pintu kamar dengan kasar.

Cakka yang masih tidur terpaksa untuk bangun melihat Nathan yang tengah histeris meneriak namanya.

"Ya ampuuun. Kebo banget, bangun jam segini."

"Apaan sih."

"Jadi nggak jemput Oma dibandara?"

"Apa? Oma mau kesini?"

"Lho, kok nggak tau?"

"Ohh, gitu. Oma mulai lupa sama gue."

"Apaan sih, lo. Drama banget, udah buruan siap! Gue tunggu."

"Gue nggak ikut, lo aja."

"Kenapa?"

"Udah pergi sana! Kasian Oma nunggu lama."

Cakka membanting pintu dengan kasar.

* * *

Lisa dan Mama sampai dibandara setengah jam sebelum pesawat yang akan ditumpangi Mama meluncur pergi. Sekarang Mama sudah berada dipesawat, hanya tinggal Lisa sendirian di tengah keramaian bandara Soekarno Hatta.

Disudut sana ada seorang Nenek yang sedang merapikan barangnya yang jatuh, Lisa menghampiri Nenek tersebut.

"Boleh saya bantu, Nek?" Timpal Lisa membungkukkan tubuhnya untuk mengambil barang-barang yang jatuh.

Nenek itu hanya tersenyum.

"Nenek mau kemana bawa barang sebanyak ini?" Ujar Lisa selesai membantu, lalu mengajak Nenek tersebut untuk duduk.

"Hahaha. Tidak usah panggil saya Nenek, emang saya terlihat begitu tua? Panggil saja saya Oma."

'Dasar Nenek zaman now' Batin Lisa.

"Oke Oma."

"Nah, begitu dong. Oma lagi nunggu Cucu Oma jemput. Tapi lama bamget."

"Mungkin macet Oma, namanya juga Jakarta."

"Oh, iya. Oma lupa, sudah lama nggak ke Jakarta."

"Emang Oma dari mana?"

"Oma dari Bali, anak Oma tinggal dan berkeluarga di Jakarta, mereka sibuk, makanya jadi Oma yang ke Jakarta. Sekalian Oma juga rindu sama Cucu Oma. Sayangnya Cucu Oma itu cowok semua. Oh iya, nama kamu siapa? Dari tadi Oma kepengen nanya nama kamu." Ujar Oma menatap Lisa serius.

"Nama saya Elisa, Oma."

"Elisa? Nama yang cantik seperti orangnya. Hidung mancung, senyumnya manis, alis tebel, putih bersih, bola matanya indah lagi." Puji Oma, tangannya menunjuk setiap perkataannya tadi.

ElkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang