La Vie en Rose - #02

8K 951 26
                                    

"Annyeong, Park Jimin!"Suara unik yang keluar dari bibir mungil Sakura membuat kedua bola mata Jimin hampir keluar dari tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Annyeong, Park Jimin!"
Suara unik yang keluar dari bibir mungil Sakura membuat kedua bola mata Jimin hampir keluar dari tempatnya. Seketika, tubuh Jimin menegang, ia mati kutu. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Jim--" Sakura kembali memanggil Jimin seraya melambai-lambaikan tangan kanannya di depan wajah Jimin. Heran saja karena saat bertemu dengannya Jimin tampak seperti melihat sosok tak kasat mata.

Seakan tersadar dari pikirannya, Jimin pun dengan cepat segera mendorong pintu apartemennya. Tak boleh! Sakura tak boleh masuk ke dalam apartemennya sekarang! Dan juga, kenapa ibunya baru bilang sekarang? Kenapa tidak dari kemarin atau sekitar satu jam yang lalu? Kenapa harus menempatkan Jimin dalam kondisi sulit seperti ini?

Melihat Jimin yang hendak menutup pintu apartemennya, Sakura juga turut mendorong pintu tersebut. Terjadilah aksi saling dorong-dorongan pintu, tidak ada satupun dari mereka yang mau mengalah. "Jim, kenapa kau malah mau menutup pintunya? Harusnya kau menyambutku, memperlakukanku layaknya teman lama yang baru bertemu! Huh, kau mengusirku ya?" Celetuk Sakura, tidak terima dengan perlakuan Jimin terhadapnya. Ia sudah jauh-jauh datang dari Busan, naik kereta berjam-jam, lalu salah naik bus pula, hanya demi mencari alamat apartemen Jimin. Dan sekarang, ia malah diusir tanpa basa-basi sedikitpun?

"Tidak, tidak. Kau tidak boleh masuk!" Ungkap Jimin seraya masih berusaha untuk menutup pintu apartemennya yang tengah didorong dari luar oleh Sakura.

"Wah, jika kau mau mengusirku, harusnya basa-basi sedikit. Ajak aku masuk ke dalam apartemenmu lalu mengobrol sebentar," kesal Sakura seraya mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendorong pintu coklat tua tersebut.

"Aku akan mengizinkanmu masuk, tapi tunggu diluar dulu lima menit," balas Jimin seraya menambahkan tenaganya. Perlu diketahui, tenaga Sakura itu tidak sebanding dengan tenaga Jimin. Dan disaat Jimin sudah mulai mengeluarkan seluruh tenaganya, pintu apartemenpun tertutup dari dalam, membuat tubuh kurus Sakura terhuyung ke belakang dan hampir saja jatuh.

BRAK

Jimin menghela nafasnya lega saat pintu apartemennya sudah tertutup rapat. Untung saja panggilan telepon ibunya sudah terputus saat Sakura mengucapkan sapaannya. Jika ibunya tahu Jimin memperlakukan Sakura seperti itu, sudah pasti ia akan dicincang habis-habisan dan dijadikan kornet.

Perlu diketahui, ibunya Jimin menyayangi Sakura lebih dari anak kandungnya sendiri. Tentu saja karena sejak kematian orangtuanya, keluarga Jimin lah yang mengambil alih hak asuh Sakura. Mengenaskan saat tahu fakta bahwa keluarga Sakura di Jepang sana tidak ada yang mau merawat gadis kecil itu. Selama rumah Sakura yang terbakar diperbaiki, gadis kecil itu tinggal di rumah Jimin, berbagi kamar dengan Jimin. Anak kecil berbagi kamar itu adalah hal yang biasa saja, lagian kasur di kamar Jimin juga ada dua.

Dan untungnya, para pekerja kontruksi yang dikerahkan oleh perusahaan tempat ayah Sakura bekerja dapat menyelesaikan rumah tersebut dengan cepat. Beruntung sekali, selama masa Sakura bersekolah, gadis itu tidak kekurangan biaya apapun karena ia mendapatkan kompensasi dari perusahaan atas kematian orangtuanya. Walau jumlahnya tak terlalu besar, tapi uang tersebut bisa membetulkan rumah yang hangus dan membiayai Sakura sampai tamat SMA.

FANGIRL : La Vie en Rose [ PJM ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang