[13] Yang sebenarnya

3K 306 14
                                    



While taking the last box out of
the empty room
I looked back for a moment
Times we cried and laughed
Goodbye now

BTS - Move

"Noona kau habis menangis?" Tegur Jimin dengan suara sedang sesaat setelah aku memasuki ruang rias.

"Menangis?" Sahut Hoseok sambil melihatku kemudian, "Ada apa Noona?"

Suara Jimin barusan memang tidak begitu keras tapi ruang ganti yang cukup sepi membuat sebagian besar staf dan member yang ada di ruangan mengarah padaku.

Aku menatap sekitar sedikit gugup, "Ah, ak-aku hanya merasa mengantuk, jadi aku menguap berkali-kali." Aku pun menunduk menghindari tatapan mereka kemudian segera mencari alasan menuju ruang ganti.

Berjalan sedikit terburu aku pun tidak sengaja menabrak dada seseorang. Kepalaku sempat terantuk kemudian refleks melangkah mundur, "Maaf, maaf aku tidak hati-hati," kataku tidak berani menatap pemiliknya di depanku.

Langkahku segera menghindar sampai sebuah tangan dingin menarik milikku. Sedikit terkejut aku pun segera mengangkat wajahku dan, "Bi.. Bisa kau bantu aku sebentar?" Ucapan pemuda pemilik dada bidang di hadapanku terjeda setelah wajah kami bertemu.

Belum sempat menjawab pemuda berkulit putih susu itu sudah menarikku menuju ruang ganti, membawaku masuk ke salah satu sekat kemudian menutup pintunya tidak memperdulikan 2-3 staf yang sempat melihat kami sekilas.

"Katakan, itu bukan kau kan?" Adalah kalimat pertama yang Yoongi ucapan setelah melepas genggaman tangannya.

Nada bicaranya yang serius membuatku menciut sampai mendadak tidak dapat berpikir lagi apa ia maksud ditambah lagi jarak kami yang cukup dekat karena ruang ganti yang tidak cukup besar.

"Ma-maaf aku tidak mengerti, ini soal apa?" Tanyaku kembali sedikit ragu menatapnya.

Kulihat ia membuang nafas setelah mengamatiku sebentar kemudian berucap, "Kau habis menangis?" Tegurnya terdengar lebih baik dari yang sebelumnya, lebih lembut mungkin?

"A-aku tidak menangis, hanya.. hanya terlalu banyak menguap saja. Rekaman dilaksanakan pagi sekali jadi.. jadi aku masih sangat mengantuk, iya begitu," jelasku berusaha untuk tidak gugup, tapi sepertinya aku gagal total.

Yoongi diam sejenak masih menatapku dengan tatapan dinginnya kemudian bibirnya terbuka kembali, "Lalu dari mana saja kau sejak tadi? Jieun noona mencarimu."

"Toilet. Perutku.. sakit," bohongku sekali lagi yang kali ini mungkin terlihat lebih lancar. Sedikit takut aku menatapnya kembali menantikan respon apa yang akan ia berikan.

Seperti sebelumnya Yoongi terdiam sejenak seakan memberikan jarak antara kebohongan bodohku dengan intimidasi hebatnya selama beberapa saat kemudian dengan santai melanjutkan, "Ah begitu, selain sakit perut kau juga flu sepertinya."

"Flu? Tidak, aku tidak flu, hanya sakit perut saja jadi aku terus buang air--"

"Berarti benar kau menangis," potongnya sejurus kemudian memutar pundakku menghadap cermin tinggi tepat di belakangku, "Kalau buruk dalam berbohong lebih baik kau jujur saja. Coba lihat wajahmu," ucapnya kemudian menatapku lewat cermin.

Yoongi berada tepat di belakangku, ke sepuluh jarinya menggenggam ringan kedua pundakku dan wajah datarnya yang terlihat jelas lewat pantulan cermin karena tingginya yang melebihiku. Posisi ini membuatku..

"Segera rapikan wajahmu. Kau mau memberitahu semua orang kalau kau ini habis menangis?" Ucapnya datar kemudian kedua tanganya lepas dari pundakku membuatku sadar dan segera mendekati cermin.

SEE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang