08. hari menyebalkan

2.3K 345 1K
                                    

"Wah, ini anak Jeng Marissa? Ganteng banget." puji salah satu wanita paruh baya yang saat ini tengah duduk elegan diseberang Fanza sembari tersenyum kagum menatapnya, seorang wanita yang memiliki usia sekitar lima puluh lima tahun barangkali, memakai baju merah dengan warna lipstik senada--yang merupakan teman arisan sang Bunda.

Dihari libur sekolah kali ini, Marissa; sang Bunda meminta Fanza untuk mengantarnya pergi ke tempat arisan yang letaknya cukup jauh dari rumah selagi pemuda tersebut tidak memiliki kegiatan apa pun. Sebenarnya, Fanza enggan untuk pergi ke mana pun, apalagi jika pergi ke acara arisan yang hanya diisi oleh ibu-ibu seperti sekarang ini. Namun, disisi lain Fanza pun sama sekali tidak ingin dicap sebagai anak pembangkang karena tidak menuruti permintaan sang Bunda. Jadi pada akhirnya, mau tidak mau dia tetap mengantarnya sampai ke tempat tujuan yang dimaksud.

Namun, sayang seribu sayang. Karena setelah sampai disebuah rumah yang tampak minimalis namun elit itu, kepergian Fanza ditahan oleh sang bunda dengan sebuah alasan ada seseorang yang ingin bertemu dengannya. Fanza sebenarnya tidak terlalu merasa penasaran, tidak begitu peduli juga. Tetapi, demi memenuhi permintaan bundanya (lagi), Fanza bersedia untuk tetap tinggal. Karena ia berpikir jikalau setelah ia bertemu dengan orang yang dimaksud, tidak ada halangan apa pun lagi untuknya beranjak dari sana dan pergi ke rumah Bastian untuk bermain play station.

Jadi ditempatnya sekarang, Fanza hanya duduk pasrah ketika menyadari bahwa posisinya sekarang dikelilingi oleh lima orang ibu-ibu yang tengah menatapnya dengan intens, diberikan beberapa pertanyaan pula, seperti; "Iya, ganteng banget. Siapa namanya?"

Fanza tersenyum canggung saat menjawab, "Fanza, Tante."

"Fanza udah punya pacar?" tanya salah satu wanita lain berbaju putih.

"Eng--"

Balasan Fanza secara mendadak terhenti begitu saja lantaran ada suara lain dibelakang punggungnya yang sengaja menyelanya. Fanza sempat menoleh ke belakang untuk sekejap, betapa terkejutnya ia tatkala melihat sosok wanita yang sangat tak asing di matanya tengah berjalan anggun mendekat sembari tersenyum manis ketika balas menatapnya. "Udah dong, dia calonnya Farah, lho."

Wanita itu adalah Dona, Maminya Farah. Jujur saja, keterkejutan yang Fanza rasakan semakin berkembang pesat ketika menyadari sebuah kenyataan jikalau rumah yang dijadikan tempat arisan ini adalah milik Farah. Selain itu, kini Fanza pun mulai mengetahui bahwa orang yang dimaksud sang bunda adalah Dona. Tetapi di sana, Fanza dibuat terus merapalkan do'a agar Farah tidak tengah di tempat yang sama dengannya, justru Dona lah yang meminta bertemu.

Tapi, tunggu. Apa katanya? Fanza calonnya Farah? Fanza tidak salah dengar, bukan? Sejak kapan? Ah, sial. Maminya Farah malah mengada-ngada didepan bunda dan banyak orang. Memalukan sekali. Tentu saja Fanza tidak menerimanya. Ia harus menyangkalnya, tentu saja. Namun, ketika ia hendak membuka mulut, wanita berpakaian serba putih itu mendahului perkataannya dengan memasang raut terkejut sekaligus kecewa setelahnya. "Serius? Tadinya mau dijodohin sama anak Tante."

Apa-apaan? Well, Fanza memang tidak pernah menyangkal kenyataan bahwa dirinya tidak pernah berpacaran sejak dulu, bukan berarti dia tidak laku. Tapi, dia hanya tidak ada minat untuk memiliki pacar dan jika ingin pun ia tinggal memilih, bukan? Namun, jika dijodoh-jodohkan seperti ini, seolah ia memang tidak laku saja.

Tiba-tiba saja wanita berpakaian orange yang tengah berada disebelah Marissa menyenggol lengan temannya itu sembari bertanya usil, "Rencana mau tunangan dulu apa langsung nikah nih, Jeng?"

"Nikah aja, lah. Iya 'kan, Jeng?" sahut Dona entah serius atau bercanda, tetapi yang pasti hanya mendengarnya saja Fanza benar-benar sudah tidak menyukainya, apalagi jika sampai terjadi. Ditambah lagi, ketika melihat Marissa yang hanya tertawa lebar, tidak menjawabnya sama sekali, seolah-olah wanita itu memang menyetujuinya--tentu hal tersebut membuat Fanza semakin merasa tidak nyaman.

Profitable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang