5.

15 4 0
                                    

Sudah jam 22.00,tapi aku masih berkutik dengan piring piring dan gelas,aku mengkhawatirkan kak Candra,dia sendirian dirumah. Dia memang sudah terbiasa menungguku sampai selarut ini,tapi tetap saja aku khawatir,dia sendirian,takut takut lauk dirumah sudah habis dia akan kelaparan.

"Ndah,masih banyak?" Tanya seorang perempuan kisaran usia 25 tahun yang ada dipintu dapur.

"Masih banyak teh" seruku.

Agak tidak enak hati,aku terlambat dan piring gelas kotor sudah menumpuk,bukan karna karyawan yang lainnya tidak mau mencucinya,tapi memang sudah bekerja ditempatnya masing masing,dan saat aku datang juga sedang ramai ramainya konsumen.

"Mau dibantu? Teteh udah selesai" tawarnya.

"Emang teteh gak mau pulang? Udah malem nanti suami teteh nyariin" kataku sambil membilas piring.

"Harusnya teteh yang bilang gitu ke kamu,kamu besok sekolah,jam segini belum pulang,belum belajar kan? Teteh mah wajar kan emang ini kebutuhan" kata teh Tia lalu mengambil piring piring kotor.

Aku menghela napas,karyawan disini baikn,aku sampai tidak tau harus berterima kasih yang seperti apa.

Akhirnya aku dan teh Tia mencuci piring bersama. Tapi memang benar,jika aku melakukannya sendiri,mungkin jam 11 baru selesai. Beruntung teh Tia membantu,tidak sampai setengah jam cuciannya selesai.

"Makasih ya teh udah dibantuin" kataku sopan.

"Ah kalem Ndah,udah sana kamu pulang,nanti teteh yang ngunci warungnya. Inget besok libur" kata teh Tia.

"Eheheh iya teh,makasih ya sekali lagi. Yaudah aku pamit pulang" kataku lalu memakai jaket milik Mark dan tasku.

Teh Tia mengernyitkan dahinya bingung,mungkin karna aku pakai jaket yang sedikit berbeda.

"Ndah,pake jaket siapa?" Tanyanya.

"Oh,ini? Punya temen"

"Iya tau iyaaa,maksud kok,yaudah sana"

Aku tersenyum dan meninggalkan teh Tia sendirian.


Masih berada dijalan,sepi,sunyi,dingin. Untung jaket Mark menempel ditubuhku. Aku terus berjalan,memang tak jauh ke rumah,tapi aku berjalan sedikit santai,lelah.

Tiinnnn...

Aku kaget dan tersentak,gila! Malam malam begini malah membuat keributan. Sang pelaku turun dari motornya,ia membuka helm full face nya dan menghampiriku.

"Wildan?"

"Ndah,kok lo belum balik sih? darimana?" Tanyanya sedikit khawatir.

"E-engga,gue-gue tadi dari rumah sodara" jawabku gugup.

"Ga inget waktu banget sih! Udah segini jalan sendirian,kalo lu diculik ntar gimana?"

"Penculiknya yang takut sama gue"

"Dah naik"

"Kemana?"

"Noh pohon toge! Naik ke motor gue lah. Mau pulang kan"

Aku langsung diam. Masih diam ditempat. Sampai akhirnya Wildan menyeretku dan menyuruhku duduk dijok belakang.

"Iihh Wildan!" Ketusku.

"Batu banget sih,gue doain culik beneran lu kalo ga ikut gue"

Aku duduk di jok belakang,ia mengantarku pulang. Ini kali pertama,seseorang selain Vita tau keberadaanku.

Selama perjalanan kami terdiam,kadang Wildan memperhatikanku dari spion. Itu membuatku risih.

"Yang mana rumah lo?".

Del Amor Al Amor(Dari Cinta Untuk Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang