[6]Tentang Setelah lepas dari Sopir Gadungan

29 14 9
                                    

"Ini kan orangnya?" tanya salah seorang yang tiba-tiba muncul dari belakangku.

"Ya, bos. Maaf, bos. To-tolong ambil alat itu, i-itu menyiksa," ucap si sopir gadungan itu dengan sedikit terbata-bata.

"Ini?" orang yang dipanggil bos itu mengambil paksa tablet modifikasiku.

Tar!!!

Tabletku terpecah menjadi dua. Aku sedikit melotot. Apa-apaan ini!? Kurang ajar!

Beberapa orang tertawa saat melihat tabletku remuk sempurna, mereka mengijuti bosnya tentu saja yang telah tertawa jahat terlebih dahulu. Aku bergerak-gerak mencoba mengambil pulpen yang tadi aku selipkan. Pelan-pelan dan jleb!

"Aduh!" orang yang mendekapku langsung melepaskan dekapannya saat ujung runcing pulpen menancap di punggung tangannya. Rasain!

Tak kubuang kesempatan ini untuk menjauh dari mereka. Naas! Aku dikepung! Sial! Bagaimana ini!?

Aku menelan ludahku kasar, sambil memikirkan bagaimana cara untuk keluar dari sini.

Sepatu! Sekilas ide untuk terbang terlintas di kepalaku. Ah ... tidak! Sepatuku hanya bisa terbang beberapa centi dari permukaan tanah saja ....

Beberapa orang mendekat ke arahku dan bersiap untuk menangkapku lagi. Aku bersiap dengan kuda-kuda dan mengacungkan pulpenku memutar ke segala arah di mana penjahat itu berada.

Beberapa tangan mencoba meraihku, namun segera kutangkap dan kuputar hingga si empunya merintih. Ternyata ilmu bela diri yang kutonton di internet berguna juga. Bruk! Beberapa orang terjatuh karena aku mendorong orang tadi hingga terpental ke belakang dan mengenai rekannya yang lain.

Tunggu! Ada apa ini!?

Agrh! Bodo amat, pokoknya sekarang mereka harus kalah!!!

Aku hampir memukul seorang lagi saat sepasang tangan mendekapku lebih erat dari yang pertama tadi. Orang yang mendekapku ini bergerak melepaskan salah satu tangannya yang di sana terdapat sebuah kain dan memindahkannya ke arah mulutku yang terus saja berteriak minta tolong.

Aku tahu, ini obat tidur! Ya ampun, Tuhan tolong jangan buat aku pingsan di atas keadaan seperti ini. Aku tidak mau mati, Tuhan.

Namun sebelum kesadaranku hilang seutuhnya, ku merasa ada seseorang yang membantuku. Kuharap itu bukan hanya khayalanku.

-----Π•Π-----

Aku mengerjap-kerjapkan mataku saat terasa sinar matahari langsung menyapaku saatku buka mata. Aku menoleh ke kanan dan kiri.

Di mana aku sekarang? Seketika bayangan tentang tadi malam terlintas begitu saja.

Ya ampun! Aku masih di tempat yang sama dengan malam itu!

Kulihat sebuah mobil—yang waktu itu mengantarku—berada di depanku bergeser beberapa meter dari tempatnya waktu itu. Tentu saja aku ingat betul tempatnya waktu, yeah ... meskipun waktu itu gang ini terasa gelap. Tapi, ingatanku sangat tajam,ingat itu!

Aku mendongkak, kemudian langsung menutupi mataku yang terkena sinar matahari, silau. Tengah hari, tentu saja karena sinar matahari di atas sana dapat masuk ke dalam lembah gang kecil ini.

Tunggu! Sepertinya ada yang jangal, kemana penjahat kurang ajar waktu itu? Apa yang terjadi tadi malam? Bagaimana bisa semuanya bersih tak meninggalkan jejak?

Oh ... ku ralat ucapanku, ternyata ada jejak. Bercak darah seseorang di mana-mana. Apakah darah ini milik penjahat-penjahat itu? Kasian sekali mereka.

About-x Donde viven las historias. Descúbrelo ahora