[vol. 1] 7. Buku Sakura

9.3K 1.3K 68
                                    

Aku tidak tahu bagian mana yang indah dari sebuah perpisahan. Rasa kehilangannya, atau rasa sakitnya yang menciptakan air mata.

***

Setelah menebalikkan ransel kuliahnya hingga menumpahkan segala isi di dalamnya, Sakura menggeledah seluruh laci lemari bukunya, juga laci meja belajarnya. Mengeceknya satu persatu, mencari sebuah buku. Buku itu tidak terlalu bagus, malah tergolong biasa. Harganya juga tidak mahal. Cuma saja, di buku itulah Sakura biasa menuliskan hampir semua keluh kesah yang dirasakannya tiap waktu. Di sanalah Sakura menuangkan rangkaian kata-kata, yang selalu bisa menggambarkan perasaannya.

Jadi, kalau hilang begini, bukan bukunya yang menjadi perkara besar bagi Sakura. Melainkan isinya yang begitu penting baginya.

Lelah mencari namun tak kunjung menemukan apa yang dia cari, Sakura memutuskan untuk berhenti sejenak. Mencoba untuk mengingat-ngingat, di mana terakhir kali ia memakai buku itu. Terakhir kali....

Di saat Pak Sudrajat sedang sibuk menerangkan panjang lebar mengenai filsuf-filsuf di Indonesia, Sakura di kursinya nampak diam tidak memerhatikan. Sebelah tangannya bertopang dagu, sementara sebelah tangannya yang lain, yang memegang sebuah pena, tiba-tiba tergerak menuliskan sebuah kalimat, yang ia tujukan untuk seseorang yang Bima ceritakan padanya tadi, Argalen Elnandhio.

"Satu dari sekian juta detik yang kumiliki, selalu ada tentangmu yang terselip di antaranya."

Selepas ingatannya menerawang ke belakang, Sakura baru ingat, kalau buku itu terakhir ia pakai ketika kelas Pak Sudrajat sedang berlangsung!

"Tapi, kenapa di tas nggak ada, ya?" Gadis itu bergumam sendiri. Mencoba mengingat-ingat lagi apa yang terjadi padanya setelah diusir dari kelas Pak Sudrajat.

Yang Sakura ingat, saat keluar kelas ia dicegah seniornya, Lola dan Flora. Dan saat itu, Sakura ingat sekali kalau dirinya merasa masih memegang buku sampai ia bertemu dengan Galen berniat ingin membantu. Walaupun niat tersebut ujungnya tidak terlaksana lantaran ada Angkasa di sana. Sehingga setelahnya, Sakura tidak ingat lagi apakah ketika pulang ia masih membawa buku itu dalam pelukannya atau tidak. Karena sebelum itu ia langsung berlari sampai menabrak Bima.

"Jangan-jangan bukunya jatuh pas gue lari?!" pekik Sakura, tertegun. "Mati gue kalau sampai beneran jatuh dan ditemuin orang lain!"

💕

"Ini ambil aja semuanya, Kak. Maaf, ya, aku nggak jadi bantu Kakak. Soalnya aku lupa kalau aku ada kelas." Dengan cepat Sakura menyodorkan kembali semua kertas yang diberi Galen belum lama tadi, di dada Galen. "Sekali lagi maaf, ya, Kak." Saat Galen sudah memegang kertas yang ia serahkan dengan kasar itu, Sakura cepat-cepat beringsut menjauh. Sampai Galen nampak jelas kebingungan melihat tingkahnya yang aneh.

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang