ix

6.1K 1.1K 158
                                    

"Dia nyuruh gue... Masuk? Gue gak bakalan jadi babu mereka kan?" Batin Jeongwoo.

Tetapi ia tidak punya pilihan lain selain masuk ke dalam, menghampiri Haruto dan Ryujin yang entah akan mengajak Jeongwoo bergabung, atau malah menyuruhnya membelikan camilan.

"Waduh Jeongwoo anak baru dua hari udah bolos bolos aja nih, kesini pula." Ryujin membuat ekspresi terkejut yang dibuat buat.

Bacot. Anak baru dua hari lu kira gue bayi?

"Hehe... Nggak gue kesini karena Pak Hanbin-"

Perkataan Jeongwoo terhenti karena pergelangan tangan kirinya ditarik oleh sosok yang tidak lain tidak bukan, adalah Watanabe Haruto.

"Karena Pak Hanbin nyebelin kan? Tuh, Ryu, anak baru aja sampe bilang gitu." Haruto menatap Jeongwoo dengan ekspresi 'ngangguk aja'.

"Hahㅡ oh, iya. Nyebelin. Hehe." Jeongwoo berusaha supaya tawa nya terdengar natural.

"Um, Haruto, aku ke toilet dulu ya bentar?" Ryujin bangun dari kursi dan berjalan ke toilet membawa tas kecil yang sudah diyakini isi nya make up.

Setelah sosok Ryujin tidak terlihat lagi, Haruto merubah posisinya menghadap Jeongwoo yang sedang duduk dengan tegang di kanan nya.

"Ngapain dateng?" Tanya Haruto dengan ketus.

Intonasinya mengintimidasi Jeongwoo, namun ia tetap menjawab dengan santai. "Bukannya udah gue bilang? Disuruh Pak Hanbin. Jangan bolos, ini baru hari kedua sekolah."

Duh, gue siapa coba make nasehatin dia.

"Masa? Jangan jangan lo mau bolos juga? Terus barusan lo nasehatin gue?" Haruto menaikkan alis kiri nya dan tersenyum seakan meremehkan.

"Ah, yaudah lah. Terserah lo." Jeongwoo bangkit dari kursi hingga kursi nya geser jauh ke belakang.

Lalu ia berbalik sesaat ke Haruto dan mereka berdua sama sama seakan ingin mengenyahkan satu sama lain. "Gak jadi pergi?" Ujar Haruto.

Jeongwoo semakin kesal. Namun baru 2 langkah maju, lagi lagi pergelangan tangannya ditarik. Tetapi kali ini, bokongnya mencium lantai.

"Ups, sorry." Haruto kembali meraih pergelangan tangan Jeongwoo, namun kali ini tidak sekasar sebelumnya sehingga Jeongwoo tidak bisa menepis tangan Haruto.

Rasa nyeri di tulang ekor Jeongwoo baginya tidak seberapa daripada rasa gengsi dan malu, sehingga ia dengan segera berdiri kembali.

"Fuck you." Jeongwoo sudah cukup memendam rasa kesalnya sejak kemarin hari.

"Then why are you still standing here?" Tanya Haruto, seakan akan jari jarinya tidak masih melingkar di pergelangan tangan Jeongwoo.

"Lepasin-"

"HARUUUUU."

Teriakan Ryujin membuat Haruto dan Jeongwoo sama sama menoleh. Entah apa saja yang ia poles pada wajahnya, namun ia baru keluar dari toilet.

"Cewek lo tuh." Jeongwoo berdecak dan menghentakkan pergelangan tangannya.

Ryujin menarik kursi yang ia duduki sebelumnya dengan ekspresi yang bingung, memandangi Jeongwoo. Namun yang dipandang tidak berkata apa apa dan pergi keluar dari kafe begitu saja.

"Kamu berantem sama Jeongwoo?"

Haruto menaikkan kedua bahunya. "Gak tau. Uhm, kayaknya gue harus nyusul dia. Thanks kopi nya."

Ryujin merasa tersinggung karena Haruto pergi meninggalkannya begitu saja untuk menyusul teman barunya itu. "Dasar cowok. Nyebelin."

• • •

Jeongwoo melesat dengan cepat sehingga saat ini ia sudah berada di tempat yang membuatnya tertidur kemarin. Roti lapis berisi coklat dan keju ia beli di kantin sebelum sampai disini.

Sementara di bagian sekolah yang lain, Haruto masih mencari dimana keberadaan Jeongwoo. Dan butuh mendatangi 3 tempat baginya untuk menyadari bahwa Jeongwoo sangat mungkin berada di tempat yang mereka datangi kemarin.

"Ngapain dateng?" Ucap Jeongwoo dengan nada mengejek saat melihat Haruto masuk.

"Gak boleh, emang?" Jawab Haruto.

Jeongwoo menelan kunyahan roti yang terakhir, melempar sampah ke tempat nya yang ada 2 meter di sebelah kiri. "Kalo ini tempat punya gue, ya gue bilang gak boleh. Sayangnya bukan."

Haruto duduk di samping Jeongwoo yang sedang memalingkan wajahnya seakan melihat Haruto akan membuatnya memuntahkan isi perut.

Tidak peduli, Haruto melakukan hal yang sama. Namun tidak selayaknya Jeongwoo, menyender di batang pohon, Haruto menyenderkan punggung di sekujur lengan kiri Jeongwoo.

"Lo berat. Minggir." Perintah Jeongwoo, yang mana tidak dilakukan oleh Haruto.

Anjir nih orang. Pengen gue ajak ribut.

"Kalo kesel sama gue, ya ajak berantem aja."

Dia beneran bisa baca pikiran ya?!

Haruto merubah posisinya, ia mengistirahatkan punggungnya di batang pohon. Namun setelah itu, ia meletakkan kepalanya di bahu Jeongwoo, melingkarkan kedua lengan nya di lengan kiri Jeongwoo, dan Haruto pun menutup matanya.

"Ngantuk. Semalem gue gak tidur."

chairmates • hajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang