Z²|| 10

995 60 8
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca, terima kasih ❤

Happy Reading!!

"Hai, Sel. Kita ketemu lagi di sini," ucap Zinia dengan senyum miring.

"Kenapa lo mau diperbudak sama mereka?"

"Ck, apa lo bilang diperbudak? Gak tuh, gue hanya membantu. Inget ya, mem-ban-tu. Membantu," ucap Zinia sembari mengeja kata membantunya.

"Gimana kabar lo? Gue denger lo langganan clubbing tantenya Mila. Hemm ... kayaknya ... kalo laporin ke bonyok l ...."

"Gak usah banyak bacot lu," emosi Selvi menyala, kakinya melayang ke arah Zinia.

Tapi dengan cekatan Zinia kenghindar lalu menendang perut Slevi hingga tersungkur.

Semuanya kalap kabut, emosi mereka sama-sama memuncak bahkan sekalipun sudah banyak luka yang tergores di tubuhnya termasuk Zinia yang terus-terusan diserang Selvi dengan jurus karatenya. Tapi bukan Zinia lah bila mengalah.

Berkali-kali Zinia jatuh bangun berusaha ingin mengalahkan Selvi tapi memang benar, ilmu karate gadis berrambut ombre itu sudah menigkat bahkan Zinia lupa lawannya sudah memakai sabuk hitam dan sering memenangkan perlombaan.

Sedangkan Zinia, dia hanya belajar bela diri di dalam televisi. Melihat pertandingan tinju atau hanya memukul-mukul pemukul bantal tinju milik Zenio, kembarannya.

Selain Zinia dan Selvi yang melakukan kekerasan serius, ada juga Alina melawan Vanya yang notabenya juga anak karate sama halnya dengan dirinya. Mereka sama-sama kuat bahkan lebih kuat Alina karena dilihat Vanya sudah tersungkur di lantai dengan napas terenga-enga.

"Lo itu harus ngerasaain apa yang temen gue rasaain!" ucap Alina.

"Jangan so bego deh lo Al, lo itu temennya Nia. Kenapa lo ngaku-ngaku temem mereka?" jawab Vanya dengan napas yang sudah tidak teratur.

"Siapa bilang, sebentar lagi kita akan jadi sahabat. Inget, sahabat."

Bukkkk

Alina mendorong Vanya dengan keras membuat cewek berramput hitam pekat itu terjatuh.

Sementara Mila dan Berlin bermain gulat ala perempuan yaitu jambak-jambakan dan diakhiri cekcok yang tak ada habisnya.

Wajah Zinia sudah hampir pucat, rambut yang diikat kini sudah berantakan tak karuan serta napas yang sudah tak teratur semakin meninggi.

"Udah lah lu ngalah aja, harusnya lo tuh gak usah ikut campur masalah ini. Kita udah ver, gak ada masalah lagi."

"Gue berhak ikut campur, karena mereka minta bantuan ke gue. Ah ssshiiittt." Zinia meringis kesakitan karena rambutnya dijambak.

Mungkin kali ini dia kalah. Duduk tersungkur dengan wajah dan anggota badan yang serba nyilu ditambah lagi rambutnya yang dijambak keras oleh Selvi, musuhnya.

Zinia berhasil memerintil lengan Selvi hingga menjauh dari rambutnya. Baru saja Zinia berdiri. Selvi sudah terlebih dahulu menendang perutnya hingga terdorong lumayan jauh.

Brukkkk!

Tubuh Zinia jatuh menubruk pintu sehingga menimbulkan bunyi yang keras.

"Astaga, lo." Seseorang keluar dari pintu tersebut. Zinia yang tidak seimbang sontak terjengkang.

Ya, Mereka melakukan perkelahian di dalam Lab Bahasa.

"Stop, semuanya!" Suaranya lantang bahkan berteriak yang mampu menghentikan pedkelahian mereka.

Z² (Zinia & Zinio)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang