Extra Part

34.2K 3.8K 353
                                    

[JAEHYUN]

UDARA malam berhasil membuatku mengigil kedinginan. Musim salju memang salah satu musim yang terburuk sepanjang tahun! Aku tidak pernah tahan dengan udara dingin, jika berada di luar selama tiga puluh menit, sudah di pastikan seluruh darahku akan membeku!

Membuka salah satu pintu rumah yang terletak di ujung jalan. Aku masuk ke dalam dan menghembuskan nafas lega begitu merasakan kehangatan yang sangat familiar. Aku melepas jaket tebal, beanie serta sarung tangan lalu masuk ke dalam. Indra penciumanku menangkap wangi jahe dan kayu manis.

"Papa!" tubuhku terdorong pelan ke belakang ketika merasakan seseorang menerjangku dan melingkarkan kedua tangan pada pinggang.

"Hey jagoan, where's Mom?" tanyaku dengan lembut sembari mengusap rambut hitam bocah lelaki yang masih terus memelukku.

"Mama di dapur. Papa! Robot yang Mark mau mana?"

Seketika raut wajahku berubah, aku meringis pelan dan mengajak Mark untuk pergi ke dapur.

"Maaf sayang, tokonya sudah tutup. Besok kita pergi bersama ya?" sungguh, aku melupakan hal yang satu ini! Terpaksa aku harus berbohong agar Mark tidak kecewa, lagi pula, akan sangat menyebalkan jika aku masuk ke dalam toko mainan ketika cuaca buruk seperti ini.

Mark mencebikkan bibirnya, namun sedetik kemudian mengangguk. Ia melepaskan genggaman tangan kami dan berlari ke arah sosok cantik yang memakai apron berwarna hijau muda. Taeyong terlihat sibuk dengan beberapa kue jahe dan juga tiga cangkir cokelat panas yang ada diatas nampan.

"Jaehyun, can you help me please?"

"Of course My Quuen.. Of course.." aku mengambil alih nampan yang ada di tangan Taeyong dan menaruhnya diatas meja makan.

Semuanya berlalu begitu cepat. Aku dan Taeyong sudah bersama selama tiga tahun, kami berdua pindah ke Italia untuk memulai hidup baru yang lebih tenang dan akhirnya memutuskan untuk mengadopsi anak bernama Mark yang sekarang menyandang margakuㅡMark Jung. Anak lelaki yang terlihat begitu pendiam dan terkesan tidak peduli dengan sekitar, aku dan Taeyong mengamati Mark di panti asuhan dan memutuskan untuk merawatnya.

Entahlah, Mark terlihat begitu berbeda. Ia seorang sosiopat, maka dari itu aku dan Taeyong berusaha keras untuk memberikan terapi bagi Mark. Taeyong pernah membantuku melewati masa-masa sulit, ia juga pasti bisa membantu Mark yang kini terlihat lebih ceria.

Jujur saja, semua terapi dan juga perawatan yang di berikan Taeyong padaku sangat membantu. Meskipun terkadang aku masih ingin membunuh orang dan melihat darah segar yang mengalir dari korban yang aku bunuh. Rasa itu masih ada dan tidak pernah hilang sampai kapanpun. Namun kembali lagi, aku tidak ingin membuat Taeyong kecewa, aku ingin hidup normal dan membangun rumah tangga yang tenang bersamanya.

Kami berdua melangsungkan pernikahan tertutup di gereja Italia. Hanya ada aku, Taeyong dan pastor disana. Meskipun begitu kami berdua sama-sama bahagia, yang jelas aku dan Taeyong sudah menjadi sepasang suami isteri sekarang.

"Ma, tolong ambilkan dua kue jahe untukku!" Mark memekik ceria, ia sudah siap dengan piring kecil di tangannya.

Taeyong tersenyum dan segera menuruti permintaan bocah kecil itu. Ia juga mengambilkan tiga kue jahe untukku, lalu kami makan bersama.

"Menu selanjutnya untuk makan malam, apa?" tanyaku sembari memasukan potongan kue jahe ke dalam mulut.

"Rahasiaaa~"

"Mama memasakkan banyak makanan hari ini! Ada ayam dan sayuran!"

Taeyong melemparkan tatapan kesal kepada Mark sembari mengerucutkan bibirnya. "Itu kan rahasia kita berdua!"

Dan Mark hanya terkikik geli. Aku tertawa karena demi Tuhan, Taeyong serta Mark terlihat begitu menggemaskan. Mereka berdua berhasil membuat hari-hariku lebih berwarna.

▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒


Aku tersenyum lebar saat melihat Taeyong memasuki kamar kami. Lelaki cantik itu memakai piyama bermotif teddy bear berwarna biru muda. Terlihat begitu menggemaskan.

Aku merentangkan tangan, mengisyaratkan Taeyong untuk memeluk tubuhku dan lelaki cantik itu tersenyum lebar, mulai melangkah mendekatiku. Taeyong membaringkan tubuhnya diatas tubuhku hingga aku bisa merasakan detak jantungnya yang terdengar seperti lantunan lullaby.

"Bagaimana Mark hari ini?" tanyaku sembari mengusap helaian legam rambutnya yang terasa begitu halus.

Taeyong mendongkak; kelereng hitam itu menatapku dengan penuh kasih sayang. "Dia semakin berkembang, aku berharap Mark bisa melewatkan hari-hari nya dengan baik setelah ini. Ia harus segera masuk sekolah."

Ya memang benar, Mark berusia tujuh tahun. Anak itu harus segera masuk sekolah, terlepas dari tingkah anti sosialnya. Bagaimanapun Mark layak mendapatkan pendidikan, ia sudah menjalani terapi dan latihan bersama aku serta Taeyong.

"Bagaimana jika minggu depan kita pergi ke sekolah untuk mendaftarkan Mark?"

"Ide bagus." Taeyong tersenyum, ia menggeser sedikit posisinya hingga kepalanya terletak di lenganku. Tangan Taeyong bergerak masuk menuju kaus yang aku kenakan dan menyingkapnya; mengusap bekas luka yang ada di perut serta dadaku.

Bekas luka yang menyatakan jika aku ini bukan manusia biasa. Namun manusia yang memilki banyak dosa karena sudah membunuh ratusan orangㅡtanpa aku sadari.

"Jaehyun, apa kau masih mengingat masa-masa itu?"

Aku terdiam, mataku menatap lurus atap kamar yang berwarna putih. Ingatanku melayang pada beberapa tahun silam, dimana aku sering menyiksa begitu banyak orang dan menjadikan mereka sebagai mainanku yang bisa aku bunuh sesuka hati.

Mau bagaimanapun, ingatan seperti itu tidak akan pernah bisa hilang. Rasanya sangat mustahil, kecuali jika aku mengalami kecelakaan dan amnesia. Sudah pasti kenangan seperti itu pasti akan terlupakan.

"Ya tentu saja, terkadang aku masih merasa tidak puas Taeyong. Sisi jahat di dalam diriku terus memaksaku untuk membunuh orang-orang tidak bersalah. Namun aku sudah berjanji padamu untuk berubah, aku tidak ingin membunuh orang-orang lagi, semuanya sudah cukup."

Taeyong menghela nafas, ia mengusap pipiku dengan lembut dan mengecup rahangku. "Tidak apa Jaehyun, aku tahu semuanya sangat sulit untukmu. Kita harus terus mencobanya, hingga kau benar-benar berubah. Aku akan selalu berada disini, di sampingmu."

Selama ini, aku tidak pernah menemukan orang seperti Taeyong yang sangat mengerti tentang apa yang aku rasakan. Hanya Taeyong yang aku butuhkan, tidak tahu bagaimana nasibku jika seandainya kami tidak bertemu. Mungkin hingga sekarang aku masih menjadi seorang pembunuh.

"Aku mencintaimu Taeyong, sangat mencintaimu." bisikku sembari mendekapnya erat dan memberikan kecupan kecupan lembut pada pelipisnya.

Untuk sekarang, aku memiliki Taeyong dan Mark yang akan terus bersamaku hingga akhir nafasku.

"Aku juga mencintaimu Jaehyun, melebihi apapun. Terlepas dari semua hal yang menimpa kita berdua, jangan pernah meninggalkanku ya? Apalagi melanggar janjimu."

"Tentu sayang, tentu." aku tidak akan pernah membiarkan Mark hidup bersama seorang pembunuh, apalagi mengajarkan sesuatu yang buruk kepada bocah itu.

Semua yang telah terjadi biarlah menjadi masa lalu yang tidak akan pernah terulang lagi. Karena saat ini, aku sedang membangun masa depan yang cerah bersama keluarga kecilku.

Aku bersyukur, berterimakasih kepada Tuhan karena Dia sudah memberikan aku kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya.

Taeyong tersenyum lebar, ia menaruh kepalanya di bawah ketiakku. "Ayo tidur, besok kau harus kembali bekerja."

Aku mengangguk, mengecup kepalanya beberapa kali. "Good night my love." besok aku harus kembali bekerja di perusahaan yang di dirikan oleh Johnny, hanya pekerjaan biasa, sebagai Manajer.

"Good night too my world."


END

ak pusing bikin extra part nya wkwk :v

They Don't Know About Us《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang