(K)aleidoscopic

156 21 16
                                    

PLEASE VOTE BEFORE READ, THANKS:))

NOW PLAYING  STAY-BLACKPINK













Waktu hanya mampu membuatnya terasa terbiasa, 

tapi tidak untuk berlagak tidak ada apa-apa

--Constellation--

.

.

.

Cowok itu duduk terdiam menatap nanar ke arah paspornya. Ia berada di deretan kursi bandara. Lima belas menit lagi, sebuah burung besi akan membawa raganya ke tempat yang jauh. Ia terus menerus melihat ke arah pintu. Barangkali, yang seseorang yang ia tunggu-tunggu akan tiba dan memberikannya salam terakhir.

Atau mungkin tidak, karena sampai jam lepas landasnya yang mulai menipis, ia tidak mendapati seseorang yang ia inginkan untuk datang di sana. Kembali, ia menghela napas beratnya. Sejurus sebelum ia melangkah menuju tempat check-in, seseorang memanggil namanya, "Arjuna!"

Disana, berdiri Jovian. Ah tidak, bukan orang itu yang ia harapkan hadirnya. Walaupun begitu, ia tetap melangkah ke arahnya. Cowok yang dipanggil Arjuna itu menolehkan kepalanya dan matanya memindai kesana kemari. Nihil. Seseorang yang ia harapkan benar-benar tidak datang.

Seakan paham dengan gerak gerik Arjuna, Jovian menepuk pundaknya pelan seraya berpesan, "Iya. Dia menolak buat datang. Dia masih belum sepenuhnya ngelupain Lo. Jaga diri baik-baik. Sampai ketemu disana."

*

"Oke, kamu nggak perlu jawab, tapi dengerin aku ngomong"

Setelah memaksa cewek itu untuk jujur dan bicara—dan dengan linangan air mata--, akhirnya Arjuna menyerah dan mereka memutuskan untuk mengobrol di cafe seberang sekolah. Mungkin, Arjuna merasa, setelah bertahun-tahun, mereka perlu berdamai satu sama lain. Karena waktu hanya mampu membuatnya merasa terbiasa, tapi tidak untuk berlagak seperti tidak ada apa-apa.

"Kenapa aku perlu dengerin kamu ngomong?" Stella masih berlagak cuek, menolehkan kepalanya ke arah jendela di samping.

"Stella, please give me time to explain. I gonna go home in two days"

Stella mendecih, "You're saying like I care"

Arjuna menghela napas berat, "It's okay if you don't. But one thing, if you still wanna stay with, please come on Sunday, 10.15, gate 11. I'll wait hopefully."

*

Erlyn berjalan dengan langkah kaki yang berat di sepanjang koridor yang masih sepi. Hatinya mendung. Jika boleh memilih, dia lebih baik tidak kenal cowok itu agar ia tidak sampai jatuh terlalu dalam jika tahu akhirnya akan terasa menyakitkan seperti ini.

Malam puncak dies natalis sudah berakhir dua hari yang lalu. Namun kekesalannya belum berakhir dikikis waktu. Setelah mendengar penjelasan dari Jun beberapa hari yang lalu, ia jelas kecewa, kesal, sakit hati, dan marah. Sengaja, dia datang lima belas menit lebih awal dari biasanya, bahkan ketika satpam sekolah baru membuka gerbang beberapa menit yang lalu. Sinar mentari baru melewati pucuk-pucuk atap sekolah dan dahan-dahan pohon yang tingi. Bau tanah khas bekas hujan semalam masih tersisa. Ia sudah membulatkan tekad, ingin berpindah tempat duduk dan menjauh dari Stella. Ia akan mencoba membujuk Sasha, kutu buku di kelasnya, untuk bertukar tempat duduk dengannya. Maka dari itu, Erlyn datang kelewat pagi agar tidak terlalu menimbulkan tanya beberapa teman ceweknya.

ConSTELLAtionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang