Part 7

14.2K 1.5K 227
                                    




Suasana begitu mencekam saat seseorang yang beberapa hari ini tidak menemuinya tiba-tiba datang dengan wajah yang sangat sulit di baca. Beberapa hari di tinggal ke Jepang, dan saat kembali dari Jepang dia tidak langsung menemui dirinya. Dan sekarang, saat dia sudah sembuh dan di perbolehkan pulang. Kenapa harus kekasihnya yang menjemput. Kenapa bukan kedua orang tuanya.

"Sudah beberesnya?" tanyanya

"Sudah kak"

"Kalau begitu kita pulang"

"Dimana Papa dan Mama?"

"Om dan Tente sedang ke Thailand, ada urusan mendadak. Beberapa hari ini kamu dalam pengawasanku, Chanie"

Menelan ludah kasar, Haechan hanya bisa pasrah dengan keadaan ini. bersiap saja dia menerima kemarahan dari Mark atas apa yang dia inginkan beberapa hari yang lalu. Bahkan saat ini Haechan berdoa jika Mark lupa ingatan tentang kejadian dia minta putus.

Tanpa mengatakan apapun Mark mengambil tasnya, berjalan mendahuli Haechan tanpa melihat atau mengandeng tangannya. Dan itu membuat Haechan kesal dengan sikap Mark yang kambali menjadi dingin.

Di dalam mobil tidak ada percakapan apapun, Mark sibuk menatap jalanan dan Haechan sibuk memikirkan nasibnya nanti. Sungguh Mark yang marah lebih menakutkan daripada Papanya. Jika Johnny akan luluh dengan sikap manja Haechan, berbeda dengan Mark yang sama sekali tidak tertarik dengan sikap manjanya.

"Kak Mark" lirih Haechan

"Kita bicara nanti"

Haechan tau akan percuma mengajak Mark mengobrol. Tapi tidak ada salahnya kan jika mencoba. Walaupun gagal.

Sepanjang perjalanan Haechan hanya diam dan sesekali melirik Mark. Dia merindukan kekasihnya itu, tapi sepertinya Mark benar-benar marah dengannya. Jadi dia hanya diam dan mencoba menahan rasa rindunya.

Mark memarkirkan mobil tepat di depan rumah, memang kebiasaan Mark yang selalu parkir sembarangan. Tapi itu tidak masalah, karena memang nanti juga akan ada yang memindahkannya.

Membuka pintu mobil, Mark lagi-lagi meninggalkan Haechan di belakang. Berjalan dengan santainya di rumah ini.

"Selamat datang tuan muda Mark" sapa salah satu pelayan

"Siapkan makanan, dan jangan lama-lama" ucap Mark dingin, pelayan itu hanya mengangguk dan pergi.

Haechan yang melihat itu jadi sedikit kesal dengan Mark. Mengerucukan bibirnya dan menghentakkan kakinya ke lantai, beberapa pelayan menahan tawa dengan sikapnya.

"Sebenarnya siapa yang tuan muda di rumah ini. kenapa kalian menurut dengan orang menyebalkan seperti dia" ucap Haechan pelan tapi masih bisa di dengar beberapa pelayan.

Masih dengan wajah kesalnya, Haechan berjalan mengikuti Mark yang sudah berada di kamarnya.

Saat masuk ke kamar, kekesalan Haechan berubah menjadi ketakutan dan kegugupan. Mark menatapnya dengan tatapan tajam dan wajahnya sangat dingin. Dengan berat hati Haechan menutup pintu dan berjalan mendekati Mark yang duduk di tepi kasurnya.

"Ada yang ingin kamu katakan padaku?"

Haechan menggelengkan kepalanya, wajahnya menunduk. Menghindari mata tajam Mark. Mendesah pelan, Mark bediri dan mendekati Haechan.

"Tatap aku jika aku sedang berbicara"

Tangan Mark mengangkat dagu Haechan, memaksa pemuda manis itu untuk menatap wajahnya.

"Jangan pernah meminta seperti itu lagi jika kamu tidak ingin melihatku melakukan hal nekat lainnya" suara tegas Mark membuat jantung Haechan seperti akan lepas dari tempatnya.

My Family (End) {Book 2}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang