"Bang, lo gimana sih? Kok lo hubungin mereka berdua? Kalo mereka berantem gimana?" Yasmin mengusap wajahnya gusar mengetahui kakaknya baru saja menghubungi Guno dan Abin. Mahda mengajak 2 orang itu bertemu di cafe. Kini Mahda sedang bersiap-siap.
"Bacot lo! Ikut gak? Keburu gelap nih." Mahda menyambar kunci motor yang ada di atas nakas kemudian berjalan keluar kamar.
"Iya iya, gue ikut. Tunggu bentar!" Yasmin berlari masuk ke kamarnya. Mengganti pakaiannya dan menguncir rambutnya agar terlihat rapi.
Dirasa sudah rapi, Yasmin mengambil helm yang ada di bawah meja belajar kemudian berlari keluar menyusul Mahda. Mahda sudah siap dengan motornya. Mahda melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia memakai helmnya saat Yasmin sudah naik ke atas motornya.
"Ayo bang!" Yasmin memeluk pinggang Mahda karena tidak ingin terjengkang. Mahda diam, tidak menyalakan mesin motornya.
"Dek, gue tanya sama lo sebelum lo bingung disana ntar. Lo pilih pacar lo atau Abin?" Yasmin terdiam. Ia tidak tahu harus memilih siapa. Ia juga tidak tahu sebenarnya perasaannya untuk siapa.
Yasmin merasa aman saat bersama Guno. Meskipun ia belum sepenuhnya memberikan hatinya pada lelaki sejuta senyuman itu. Di sisi lain, ia tak mempermasalahkan jika harus dekat dengan Abin. Abin tidak pernah melukainya, meskipun perkataannya memang terkadang tidak sopan. Saat Yasmin terkunci di kamar mandi, Abin tahu hal itu. Abin sedang dalam perjalanan untuk menolongnya, namun ia kalah cepat dengan Guno. Akhirnya Abin hanya diam menyaksikan Yasmin berduaan dengan Guno.Y/n merasa aman kalo di deket Guno.
"Dek, jangan diem! Lo harus pilih satu kalo lo gak mau mereka berantem."
Memang tadi Guno dan Abin sempat bertengkar di sekolah. Guno cemburu melihat kekasihnya duduk dekat dengan lelaki lain. Akhirnya Guno keluar saat jam pelajaran, lelaki itu langsung memukul Abin. Abin juga mengatakan kalau Yasmin tidak akan menyukai Guno sampai kapanpun. Hal itu membuat Guno semakin marah. Mereka saling baku hantam dan berakhir dipanggil ke ruang BK.
"Ntar aja bang. Ada yang mau gue tanyain sama Abin. Ayo kita berangkat sekarang!"
Mahda pun melajukan motornya menuju cafe yang sudah ia janjikan pada Guno dan Abin.
***
Yasmin dan Mahda sudah sampai di cafe. Mereka masuk terlebih dahulu, menunggu Abin dan Guno. Mereka memilih tempat duduk paling pojok dekat jendela.
"Gue tau lo gugup. Tenang aja, gak akan terjadi apa-apa kok." Mahda tersenyum sembari mengusap lembut punggung tangan Yasmin. Yasmin menghela nafas panjang sebelum akhirnya ikut tersenyum.
Tak lama, Abin dan Guno datang. Wajah mereka penuh luka lebam. Mahda menatap mereka iba.
"Duduk dek!"
Mereka duduk berhadapan dengan Mahda dan Yasmin. Yasmin menunduk, memainkan ujung kemeja hitamnya. Ia tak berani menatap 2 orang di depannya. Tatapan mereka seakan bisa membunuh orang kapan saja.
"Mau pesen apa kalian berdua?" Mahda menyodorkan buku menu pada Abin dan Guno.
"Gak usah bang. Langsung intinya aja. Gue males lama-lama sama curut satu ini." Omongannya sangat pedas, siapa lagi kalau bukan Abinaraga Laksara? Mahda menggeleng-gelengkan kepalanya sembari terkekeh pelan.
"Jadi sebenernya siapa yang pantes buat adek gue?" Mahda menatap 2 orang di hadapannya secara bergantian.
"Ya gue lah bang. Kan gue udah jadian sama Yasmin. Kalo si es batu ini mah biar sama mak lampir aja." Guno tersenyum puas karena merasa menang. Abin ingin sekali menghantam wajah Guno agar tak berbentuk lagi, tapi ia tak ingin menjadi bahan tontonan.
"Dek, katanya lo mau ngomong sama Abin. Cepetan ngomong biar masalah cepet selesai!" Mahda menyenggol lengan Yasmin, membuat gadis itu mendongak menatap 2 lelaki yang membuat hidupnya tak karuan.
Yasmin menatap Abin, "Bin, lo pernah bilang kalo ada anak yang nembak gue di akhir tahun. Besok udah akhir tahun. Apa orang yang lo maksud itu Guno?"
Abin menggeleng pelan, "curut ini emang suka sama lo. Tapi bukan dia yang gue maksud. Gue aja kaget kalo kalian berdua jadian. Dan ada satu hal yang gak lo tau, Yas. Gue gak bisa kasih tau sekarang. Biar lo aja yang cari tau sendiri."
Mahda memijat pangkal hidungnya. Masalah percintaan adiknya lebih daripada tugas kuliahnya. Mahda melipat tangannya di depan dada.
"Apa itu ada hubungannya sama Guno?" Guno menatap Yasmin tak percaya. Tidak menyangka Yasmin akan menanyakan hal itu. Secara tidak langsung, Yasmin tidak mempercayainya.
Abin terdiam. Ia tidak suka melihat raut wajah Yasmin yang menyedihkan. Ia lebih suka melihat gadis itu memarahinya karena kesal dengan sikapnya.
"Bin, jawab gue! Itu ada hubungannya sama Guno?"
Abin mengepalkan tangannya kuat, kemudian memukul-mukul udara yang ada di sekitarnya. Lelaki yang mengenakan jaket denim itu menatap dalam manik mata Yasmin.
"Yas, kalo lo percaya sama gue, lo putusin Guno sekarang. Gue janji bakal jaga lo sebisa gue." Abin meraih tangan Yasmin, namun ditepis gadis itu. Bahu Mahda merosot, ia dibuat pusing dengan permasalahan anak SMA jaman sekarang. Ingin sekali ia menghantamkan kepalanya ke jendela. Tetapi ia takut amnesia.
"Oke. Gue bakal putus sama Guno. Dan... Gue juga bakal ngejauh dari lo, bin. Dengan begitu, gue akan baik-baik aja. Gue punya Caca sama Yuri yang bisa ngelindungin gue." Setelah mengatakan itu, Yasmin berlari keluar cafe. Air matanya tak dapat dibendung lagi. Mahda terdiam di tempatnya, ia tidak paham dengan ucapan adiknya.
Abin mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia pun berlari mengejar Yasmin. Lelaki itu mengedarkan pandangannya mencari sosok Yasmin. Terlambat. Yasmin sudah masuk ke dalam taxi. Abin berlari menuju motornya. Setelah memakai helm, ia naik ke atas motornya. Melajukan motornya dengan cepat, mengikuti taxi yang ditumpangi Yasmin.
Taxi itu berhenti di dekat pasar malam. Setelah taxi itu pergi, Abin menghampiri Yasmin. Abin turun dari motornya. Lelaki itu berdiri menghalangi Yasmin yang hendak masuk ke dalam pasar malam.
"Minggir!" Yasmin mendorong tubuh Abin, namun Abin tetap menghalangi jalannya.
"Gue mohon! Jangan kayak gini! Gue selalu nyalahin diri gue sendiri pas liat raut wajah lo yang kayak gini. Lo boleh pukul gue asalkan lo gak sedih lagi. Ayo pukul gue!" Abin memejamkan matanya, bersiap untuk mendapat pukulan dari Yasmin.
Bukan pukulan yang ia dapatkan, tetapi tubuh Yasmin yang menimpanya. Gadis itu pingsan.
"Yasmin! Buka mata lo! YASMIN!" Abin menepuk-nepuk pipi gadis itu. Namun tidak mendapat respon.
"Maafin gue, Yas. Gue belom bisa jagain lo."
***
.
.
.
Vomment guys!!
Thanks for reading & see you!!
ВЫ ЧИТАЕТЕ
Ice Cream • Ha Yoonbin [END]
Подростковая литература"Lo mirip es krim. Dingin tapi manis." Seorang cewek bar-bar berjodoh dengan cowok kulkas. Siapa sangka kalau sosok manusia kulkas dapat luluh pada cewek yang minim akhlak. Awalnya mereka saling membenci, namun seiring berjalannya waktu, munculah b...
![Ice Cream • Ha Yoonbin [END]](https://img.wattpad.com/cover/174748992-64-k564613.jpg)