"Ma, Yasmin berangkat dulu. Udah telat nih." Yasmin mencium punggung tangan Vani kemudian berlari ke gerbang depan. Abin sudah menunggunya sejak shubuh. Ia takut lelaki es batu itu akan murka.
Yasmin memakai helmnya,
"Hoodie yang kamu pakek kok kayak pernah liat ya," ucap Abin memperhatikan hoodie hitam yang dipakai Yasmin. Yasmin nyengir kuda sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kenapa? Mau kamu ambil lagi?"
Abin menggeleng seraya tersenyum, "itu buat kamu aja, sayang. Cocok buat kamu kok."
Pipi Yasmin memanas seperti tersiram air mendidih. Gadis itu memukul pelan punggung Abin.
"A-ayo berangkat!" Yasmin naik ke motor cross Abin. Berpegangan pada jaket kekasihnya.
Abin terkekeh pelan. Ia menarik tangan Yasmin agar memeluknya. Ia pun melajukan motornya dengan pelan tidak seperti biasanya. Ua tidak ingin kekasihnya terjengkang. Sesekali ia melihat Yasmin dari kaca spion. Abin menahan senyumnya melihat Yasmin yang tengah menikmati jalan dan hembusan angin pagi. Abin mengusap lembut tangan Yasmin yang melingkar di pinggangnya, membuat jantung Yasmin berdegup kencang.
Akhirnya mereka sampai di sekolah dengan selamat. Mereka berjalan ke kelas sambil bergandengan tangan. Menjadi pusat perhatian anak-anak yang lain. Banyak yang berbisik-bisik tidak suka, tetapi Yasmin tidak mempedulikan mereka. Ia hanya ingin menikmati kebahagiaan yang ada.
"Tangan kamu anget banget. Jadi pengen meluk." Bisik Abin, dan berakhir mendapat tatapan tajam dari Yasmin.
"Bin, bisa diem gak?"
Abin menggeleng dengan cepat, "aku gak bisa diem kalo lagi sama kamu, sayang."
"Abiiiiiinnnnn, cukup! Aku gak kuat." Yasmin berlari menuju kelas sambil menutupi wajahnya menggunakan tas. Tak sedikit siswa yang memperhatikannya.
Yasmin mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kelas karena ada Berlian dan Guno.
Abin berdiri di samping Yasmin, "kok gak masuk?"
Yasmin membekap mulut Abin. Merek berdua berdiri di balik dinding untuk mendengarkan pembicaraan Berlian dan Guno yang terlihat mencurigakan.
"Lo goblok apa gimana sih? Harusnya lo perjuangin Yasmin. Kenapa lo diem aja pas diputusin Yasmin?"
"Karena dia gak cinta sama gue. Gue gak bisa maksa dia."
"Lo gak bisa diajak kerjasama. Kalo kayak gini, gue gak bisa jadian sama Abin."
"Mending lo nyerah. Abin gak bakal suka sama lo."
"Lo kok gitu sih? Lo temen gue apa bukan sih? Harusnya lo belain gue dong."
"Kalo lo mau jadi pacar Abin, lo harus bisa mahamin dia. Jangan egois kayak gini!"
"Lo gak tau rasa terima kasih. Gitu-gitu lo udah ngerasain jadi pacar Yasmin berkat gue. Gue kunci dia di dalem kamar mandi terus lo dateng bak pangeran kesiangan. Kurang baik apa sih gue?"
Yasmin tak menyangka dengan apa yang baru saja ia dengar. Air matanya menetes. Dadanya terasa sesak. Abin mengepalkan tangannya, otot rahangnya mengeras. Ia menarik tangan Yasmin masuk ke dalam kelas.
"Oh jadi gitu ceritanya. Bagus banget ya. Gue bersyukur gak jadian sama lo. Dasar iblis!" Abin menatap tajam Berlian.
"Abin gak gitu. Aku bisa jelasin." Berlian hendak menyentuh tangan Abin namun ditepis lelaki itu.
"Tangan lo kotor. Jangan pegang-pegang gue! Dan buat lo," Abin menunjuk ke arah Guno, "makasih udah mencintai Yasmin. Tapi gak seharusnya lo ada di pihak Berlian. Lo ganteng, pinter, baik, banyak cewek yang mau sama lo."
ESTÁS LEYENDO
Ice Cream • Ha Yoonbin [END]
Novela Juvenil"Lo mirip es krim. Dingin tapi manis." Seorang cewek bar-bar berjodoh dengan cowok kulkas. Siapa sangka kalau sosok manusia kulkas dapat luluh pada cewek yang minim akhlak. Awalnya mereka saling membenci, namun seiring berjalannya waktu, munculah b...
![Ice Cream • Ha Yoonbin [END]](https://img.wattpad.com/cover/174748992-64-k564613.jpg)