Part 12

13.8K 1.5K 274
                                    

Jangan bapar ya
^_^












Taeyong menutup pintu begitu pelan, takut membangunkan David yang tidur bersama Jeno malam ini. Tadinya Taeyong ingin mengambil David dari kamar Jeno dan membawanya. Tapi melihat bagaimana David memeluk Jeno dan begitu juga sebaliknya, Taeyong jadi tidak tega memisahkah kakak-adik itu. Biarkan saja David bersama Jeno. Mungkin dia merindukan kakak nakalnya itu.

Saat Taeyong mulai menjauh dari kamar Jeno, telinganya mendengar langkah kaki yang sangat dia hapal. Saat ini jam menunjukkan pukul 10 malam, dan pastinya langkah siapa lagi yang terdengar di jam-jam seperti ini.

Taeyong tersenyum, bersandar di tangga atas sambil menunggu suaminya menghampiri. Jaehyun yang berada di 2 anak tangga bawah Taeyong tersenyum saat tubunnya lebih rendah dari Taeyong. sedikit mendongak, Jaehyun mendapat kecupan singkat dari istrinya itu. Tangannya menarik pinggang Taeyong hingga tubuh mereka saling menempel, dengan gerak cepat Taeyong melingkarkan tangannya di bahu Jaehyun.

"Kenapa masih di luar kamar?" tanya Jaehyun

"Tadinya ingin mengambil David dari kamar Jeno. Tapi sepertinya David sangat merindukan Jeno jadi aku biarkan saja dia disana" jawab Taeyong sambil menahan desahan karena tangan Jaehyun yang meremas pantatnya, "Kamu sudah makan? Ingin aku siapkan makanan?"

"Tidak perlu, tadi sebelum pulang aku makan dengan Minhyungie di dekat kantor"

"Mark tidak pulang ya?" ucap Taeyong cemberut

Menggeleng pelan sambil menberikan ciuman di pipi, Jaehyun tau jika Taeyong sedang merindukan anak sulungnya. Sudah beberapa hari Mark ada di rumah Johnny dan sejak saat itu juga Mark tidak bertemu Taeyong.

"Kamu merindukannyakan?"

Taeyong mengangguk, menenggelamkan wajahnya dan naik ke gendongan Jaehyun. membiarkan Jaehyun berjalan ke kamar mereka. Dengan senang hati Jaehyun mengendong Taeyong sambil memberikan tepukan di punggung istrinya itu. Memberi sedikit pengertian pada Taeyong.

"Kamu harus terbiasa sayang, nanti Minhyungie akan memiliki kehidupan sendiri"

Tubuh Taeyong yang tidak terlalu berat membuat Jaehyun dengan mudah membuka dan menutup pintu kamar mereka dengan satu tangan.

Membawa Taeyong untuk duduk di sofa, kini Jaehyun memeluk Taeyong begitu erat. Dia tau ini akan sulit untuk Taeyong, tapi bukankah memang ini sudah saatnya mereka melepas Mark untuk hidup mandiri.

Jaehyun mengerutkan keningnya saat merasa pundaknya basah, dengan pelan dia menarik kepala Taeyong.

"Jangan menangis sayang," ucap Jaehyun lembut

Tangannya menangkup pipi Taeyong dan menyeka airmatanya. Mencium sekilas pucuk hidung Taeyong sebelum mencium kening Taeyong

"Tapi ini terlalu cepat Jaehyun."

"Ini bukan masalah terlalu cepat atau tidaknya sayang. jika memang sudah waktunya mau bagaimana lagi. Minhyungie saja yang menjalani sangat bersemangat. Kenapa kamu jadi seperti ini?"

Taeyong masih tidak bisa berhenti menangis, walaupun tanpa isakan tapi airmata terus mengalir dari mata cantiknya. Entah apa yang dirasakan Taeyong saat ini, yang pasti dia masih belum rela kehilangan Mark.

"Bagaimana kalau nanti dia sakit, kalau dia makan tidak teratur, lalu kalau dia kelelahan siapa yang akan menyiapkan air hangat untuknya. Lalu.."

Jaehyun yang gemas membungkam bibir Taeyong dengan ciumannya. Jaehyun hanya memainkan bibirnya, tidak mencium Taeyong dengan benar. Dia hanya berniat untuk membuat Taeyong diam. Karena sungguh, kekhawatiran Taeyong terlalu berlebihan untuknya.

My Family (End) {Book 2}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang