[vol. 1] 17. Kesal, Bukan Cemburu

8K 1K 108
                                    

Mana yang lebih sakit, putus cinta atau digantung tanpa ada kabar?

***

Sakura mengayuh sepedanya penuh semangat, dengan senyum sempurna yang terlukis di wajah sehingga membuat dua sisi pipinya lebih membulat dibanding biasanya. Sejak mengetahui jadwal Angkasa, sejak itu pula hari Rabu menjadi hari yang paling indah bagi Sakura daripada hari-hari lainnya.

Alasannya kalian pasti tahu. Karena hanya di hari Rabu-lah Angkasa sedang tidak ada kelas. Jadi bisa dibilang, hari ini adalah hari libur Sakura dalam menjalankan misinya untuk mendekati Angkasa. Entah mengapa karena hal itu, Sakura jadi merasa hanya di setiap hari Rabu udara terasa lebih menyegarkan, sinar matahari lebih menghangatkan, dan suara-suara burung terdengar lebih merdu ketimbang hari-hari biasanya. Sampai-sampai mampu membuat Sakura melupakan sejenak masalah-masalah yang memberatkan dirinya belakangan ini.

Selain itu, hanya di hari Rabu, Sakura juga bisa terbebas dari ocehan-ocehan Lola yang selalu memaksanya untuk memanfaatkan segala momen agar ia dapat segera menyelesaikan misi dalam mendekati Angkasa.

Sakura meminggirkan sepedanya agar terparkir rapi.

"Sakura! Sakura! Sakura!"

Sakura berbalik. Dari kejauhan Sakura melihat tubuh gempal Bima yang sedang berusaha mengambil langkah panjang supaya dapat segera menghampirinya.

"Kenapa lo, Bon, sampai lari-larian gitu?"

"Sa, lo nggak lupa sama tugas analisis gue, kan? Gue deg-degan banget, nih, soalnya barusan Bu Anjani chat gue cuma buat ngingetin tugas itu."

"Mampus, gue!" seru Sakura yang terdengar cukup terkejut. "Emang seriusan harus dikumpul hari ini, Bon?"

"Ya seriuslah, dogol! Lo pikir gue Sule, tukang lawak. Jangan bilang belum dikerjain sama lo?!"

💕

Argalen Elnandhio:
Sayang, apa kabar?
Gimana kuliah kamu di sana?
Kamu nggak kangen sama aku?
Vi, kamu inget nggak waktu pertama kali kita ketemu?
Waktu itu aku kasih kamu air mineral, tapi kamu nolak
Kamu inget nggak waktu hari pertama kita jadian?
Aku pegang tangan kamu aja kamu nggak mau
Anastasya Viola kenapa kamu seperti ini?
Kenapa kamu menghindar tanpa aku tahu apa sebabnya?

Sepanjang kelas berlangsung, Galen memandangi layar ponselnya yang menampilkan ruang obrolannya bersama Viola. Yang semenjak Viola tiada kabar, semenjak itu pula hanya Galen yang mengisi ruang obrolan tersebut. Hingga kini ruang obrolan itu bisa dibayangkan, keadaannya mungkin sudah dipenuhi oleh debu-debu tebal. Galen menarik napasnya berat. Mau sampai kapan gadisnya itu mengabaikan dirinya seperti ini?

"I think class is over. And for next week, we have to take a make up class. So you will give two signs."

"Yes, Sir," sahut anak-anak serempak.

"Ok, have a good day. See you!"

"Thankyou, Sir."

Setelah Mr. Robert resmi mengakhiri kelasnya hari ini, anak-anak, termasuk Galen langsung membereskan buku-bukunya. Sambil bergegas keluar kelas, untuk yang kali ke sekian, Galen mencoba menghubungi Viola lagi.

"Kak Galen!"

Galen menoleh seraya menurunkan tangannya yang memegang ponsel saat ia mendapati Sakura berjalan menghampirinya. "Kenapa, Sa?"

"Nggak kenapa-napa, sih." Sakura memaparkan senyum dengan deretan gigirnya yang terlihat jelas. "Kakak tumben di gedung Sastra?"

"Iya, abis kelas lintas fakultas." Galen menjawab sambil mengantungi ponselnya.

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang