"Hanya ini?" Jungkook berhenti di ambang pintu apartemenku.
"Masuk kalau kau mau, kalau tidak keluar dan tutup pintunya. Aku mengantuk." Aku langsung ambruk diatas ranjang. Hampir setengah empat pagi dan besok aku ada kelas pagi.
Aku mendengar pintu tertutup dan langkah laki yang di seret menuju sofa. Bunyi berderit sofaku menandakan dia duduk disana. Aku tersenyum tipis, tentu saja dia tidak punya pilihan lain.
"Apa kau punya antiseptik atau semacamnya?"
"Disana, di kabinet."
"Kabinet mana?"
Aku mendesah lelah lalu memaksakan tubuhku bangun dan membuka mata. Mataku terbelalak melihatnya sudah setengah telanjang.
"Yakk! Apa yang kau lakukan?" Aku hampir menjerit dan dia setengah terlonjak mendengar teriakanku.
"A–apa?" Tanyanya kebingungan.
"Kenapa kau membuka bajumu?" Aku bangun dengan cepat lalu mengambil kemejanya yang tergeletak di sofa dan melempar ke arahnya.
"Ada apa denganmu? Bajuku kotor dan aku ingin mengobati lukaku."
Aku baru melihat dia memiliki memar di bawah rusuknya, kulit Jungkook begitu putih hingga luka itu terlihat mencolok di bagian tubuhnya.
"Apa itu sakit?"
"Menrutmu?" Dia melihat ke arahku dengan sarkas, seolah-olah aku seperti orang bodoh yang mempertanyakan hal itu lagi.
"Maaf, aku berlebihan. Kemarilah, kubantu mengobati lukamu."
Aku mengambil kotak P3K dia kabinet yang bersisian dengan dapur. Dia duduk patuh di sofa. Seluruh tubuhnya kotor, baju dan celananya juga.
Oh astaga, apa yang kupikirkan? Dia muridku tidak mungkin kan kami bertindak macam-macam.
"Sebaiknya kau mandi dan lepas bajumu, aku akan mencucinya."
"Kau benar, aku butuh mandi. Dimana kamar mandinya?"
Aku menunjuk satu-satunya pintu di ruangan ini selain pintu masuk.
"Letakkan bajumu di wastafel." Kataku sebelum dia masuk ke dalam kamar mandi. Sementara aku membuka lemariku mencari selimut tambahan dan bantal. Menatanya di sofa serapi mungkin. Dia tidak tinggal gratis, tidak ada salahnya aku memberikan pelayanan terbaik.
Aku menempelkan telingaku di pintu kamar mandi, suara shower terdengar jelas dia masih mandi. Dengan perlahan aku membuka pintu, syukurlah dia menutup tirainya. Aku masuk dan mengambil celananya di atas wastafel.
Dan tiba-tiba saja shower berhenti.
"Eunbi-ya?"
"Y–ya, ini aku. Aku hanya mengambil bajumu." Sahutku gugup.
Dia tidak menjawab dan kembali menyalakan shower. Aku keluar dengan cepat lalu menuju lantai paling atas gedung apartemen ini, tempat khusus laundry. sambil menunggu mesin cuci berputar aku kembali ke apartemenku.
Jungkook pasti belum makan. Aku menghangatkan nasi kemasan dan daging olah siap saji. Hanya itu yang ada di kulkasku. Setidaknya aku tidak membiarkannya kelaparan.
Aku menyiapkannya di meja pantri bersama sumpit dan sendok kemudian aku kembali ke lantai atas, mengeringkan pakaian Jungkook lalu menyetrikanya. Hampir pukul lima pagi saat aku kembali ke kamarku.
Jungkook sudah terlelap di sofa, dia memakai jubah mandi yang kusiapkan. Aku tersenyum saat makanan yang kusiapkan habis dimakannya. Dia menjadi anak yang sangat manis dalam semalam. Aku terus menguap, ingin sekali langsung kembali ke ranjangku namun melihat wajah lebam Jungkook membuatku tidak tega.
Aku mengambil kotak obat-obatan lalu duduk di dibawah sofa. Mengoleskan salep di pelipis dan sudut bibirnya selembut mungkin agar dia tidak terbangun. Lalu menempelkan plester.
Aku setengah berdiri dan membuka selimutnya sampai ke perut. Mengendurkan simpul jubahnya lalu membuka bagian atas, hingga bagian bawah rusuknya terlihat. Aku mengoleskan salep di bagian memarnya namun terhenti saat dia mengerang.
Baiklah mungkin aku menekannya terlalu keras. Aku melanjutkannya dengan perlahan sampai kurasa cukup aku merapikan lagi bajunya dan menyelimutnya. Aku kembali ke ranjangku, Menyalakan alarm dan mematikan lampu.
***
Aku menggeliat pelan saat mencium bau harum. Membuka mata kemudian langsung terbangun cepat saat menyadari matahari sudah tinggi.
Sial, jam berapa sekarang? Aku meraih alarm di nakas kemudian mengerang melihat angka sebelas. Astagah, aku kehilangan kelas pertamaku!
"Kau sudah bangun? Sarapan sudah siap." Aku menoleh ke arah suara yang sangat familiar di telingaku. Jungkook sedang duduk di depan meja pantri sambil memakan sesuatu yang aku tidak tau itu apa.
Aku menatapnya dengan tatapan menuduh. "Kau mematikan alarmku?"
Dia mengangkat bahunya santai. "Aku hanya membantumu mematikannya. Alarmmu sangat berisik."
"Ya! Gara-gara kau aku kehilangan kelas pagi!"
"Hanya satu mata kuliah kan? Kau bisa meminjam catatan dari temanmu."
Aku mendengus lalu menyingkap selimut dan bangun dari tempat tidur. Berkacak pinggang di depaannya "Dasar bocah kurang ajar. Gara-gara siapa aku harus begadang dan kesiangan."
Dia tidak bereaksi apapun selain menatapku bosan "jangan berlebihan. Hanya satu mata kuliah kau membesar-besarkannya."
"YA! JEON JUNGKOOK!"
—
Btw Eun Bi itu visual nya ...
sebenarnya gua ambil si eunha.
Wkwk tapi pasti ada yg ga trima😂
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Devil Rabbit • JJK ✔️
FanfictionCompleted✅ Saat ini aku telah mempunyai pekerjaan. Pekerjaan yang Sebenarnya cukup mudah dan sangat menguntungkan mengingat bayaran yang di tawarkan cukup menggiurkan. Namun semuanya tak sesuai ekspetasi begitu mengetahui murid yang akan aku ajari m...
![[M] Devil Rabbit • JJK ✔️](https://img.wattpad.com/cover/181242823-64-k638706.jpg)