Part 3

9.1K 1K 293
                                    








Mark terlihat begitu fokus dengan file di depannya. Mengetuk jari dimeja, Mark menoleh pada Mina yang ada di sampingnya.

"Siapa yang membuat laporan ini?"

"Itu, bagian marketing yang membuatnya Presdir"

Mark melempar file itu, membuat Mina terkejut dengan apa yang di lakukan Mark padanya. file yang kini berceceran di lantai dengan telaten Mina mengambilnya dan meletakkan kembali di dalam map

"Suruh bikin ulang laporannya. Aku rasa masih ada yang salah"

"Baik Presdir"

Dengan segera Mina keluar dari ruangan Mark. Menutup pintu itu dengan rapat.

Kini Mark sendiri, di ruangan yang besar ini dia hanya sendiri. Matanya melihat foto dirinya dan Jeno. Dari sekian banyak foto, di meja Mark hanya ada foto dirinya dan juga Jeno. Bahkan foto Haechan pun tidak Mark pajang. Entahlah, Mark selalu menginginkan Jeno untuk menemaninya. Tapi Jeno malah memilih untuk melanjutkan bisnis Mamanya daripada bergabung dengannya di perusahaan Daddynya.

"Aku merindukanmu Jeno."

Tangan Mark menyentuh foto itu, kilatan ingatan muncul di kepalanya. Ingatan dimana dirinya dan Jeno saat kecil. Bagaimana Jeno selalu menempelinya. Bagaimana Jeno selalu mengganggunya. Bagaimana Jeno selalu membuatnya salah di mata Taeyong. dan ingatan dimana Jeno yang bersikap kuat di depannya.

Mark menjambak rambutnya, rasanya benar-benar menyakitkan. Mark sama sekali tidak pernah berfikir jika Jeno akan sebenci ini padanya.

"Kenapa aku begitu bodoh. Kenapa aku melakukan semua itu?"

Mark menyandarkan punggung di kursinya. Mengabaikan penampilannya yang sedikit kacau.

"Demi tuhan Jeno, aku tidak bermaksud melakukannya. Aku benar-benar di luar kendali waktu itu. Kenapa kamu tidak percaya padaku." Lirih Mark, "Jika aku bisa memutar waktu, aku tidak akan melakukannya."

Mark merosot, kini kepalanya di tumpu pada meja di depannya. Menyembunyikan wajah di kedua lengannya. Mark menahan agar airmatanya tidak mengalir.

Jika di hitung, ini sudah hampir 10 bulan Jeno menghindarinya. Dan dari sekian bulan itu, Jeno sama sekali tidak bersikap baik padanya. bisa di bilang Jeno sudah membuang Mark saat ini. semua perhatian Jeno pada Mark tidak lagi ada, canda tawanya untuk Mark hanyalah sebuah ilusi untuk menutup semua kebenciannya dimata orang lain.

Dan Mark sadar akan hal itu. Sebesar apapun cara Mark mendekati Jeno, hasilnya tetap sama. Mata Jeno selalu memancarkan kebencian.

Meninggalkan Mark yang masih frustasi di ruangannya, kini Jeno yang sedang ada di kamarnya membanting laptop yang sedari tadi dia pegang. Jeno sama kacaunya dengan Mark. Bahkan bisa di bilang Jeno lebih frustasi dari apa yang Mark rasakan.

Sedari tadi Jeno melihat apa yang dilakukan Mark, memasang hidden cam di ruangan Mark memudahkan Jeno untuk melihat hal aneh yang ada di perusahaan itu.

Jeno tidak membenci Mark, dia hanya kesal dengan apa yang dilakukan Mark pada Jaemin. Bahkan Jeno sama sekali tidak pernah berfikir untuk membenci kakaknya itu. Mark segalanya untuknya, dari semua orang Jeno selalu mengangumi Mark.

"Apa yang harus aku lakukan Kak? Memaafkanmu? Atau apa?" Jeno menatap foto keluarganya di dinding kamarnya.

Matanya terasa panas saat melihat Mark yang merangkulnya. Melihat senyuman Mark padanya. jika boleh jujur , Jeno juga sangat merindukan Mark.

Tapi lagi-lagi ingatan itu muncul, ingatan yang membuat hatinya menjadi sakit.












Brakk,

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang