Bab 3: THE EAGLE'S WINGS

274 33 9
                                    

"Lihat itu!" teriak seorang turis laki-laki yang baru saja keluar dari kafe sambil menunjuk ke atas langit. "Kapal Pesiar The Eagle's Wings sudah tiba!"

Pemandangan di atas kota Bluedragon pagi ini serta-merta berubah menjadi teramat menakjubkan. Sebuah titik di atas langit yang makin lama makin membesar terlihat merayap perlahan menuju ke tengah kota. Para turis bersorak kegirangan. Mereka segera mengeluarkan kamera dan sibuk memotret dan merekam.

Kepala-kepala manusia terlihat mendongak ke atas mengagumi kapal pesiar yang sekarang bertengger anggun di atas cakrawala kota Bluedragon. Suasana berubah menjadi lebih sibuk dari biasanya. Masa datang berbondong-bondong dan ingin bersantai di atas kapal yang akan 'berlabuh' di atas kota selama beberapa minggu sebelum memulai pelayaran berikutnya.

Lambung Kapal Pesiar The Eagle's Wings terlihat sangat jelas dari pusat kota, menyeruak di antara bangunan-bangunan yang menjulang tinggi. Orang-orang di bawah dapat menyaksikan ribuan penumpang yang melambai-lambaikan tangan dengan riuh-rendah di atas kapal. Hari ini, kapal pesiar itu akan menurunkan penumpang, dan berlabuh di langit kota untuk mulai menjemput para penumpang baru dan pelajar sekolah The Eagle's Wings yang akan memulai tahun ajaran baru.

Di beberapa sudut kota, para wartawan dan reporter televisi sibuk meliput berita seputar kapal. Salah seorang dari reporter televisi wanita, Agnes Gifford, dengan pesona keramahan di wajah dan rambut pendek ditata penuh gaya tampak intens menyampaikan ulasan, bertengger di samping sebuah toko di pinggir jalan. Dia mengenakan setelan hitam dengan jaket yang membungkus kemeja putih.

"Pemirsa sekalian," celotehnya ceria, "Kapal Pesiar The Eagle's Wings dibangun oleh ilmuan genius, Elmendorf D'Albertis yang hidup tahun 1657-1752 dan lahir di kota ini. Bayangkan pemirsa, betapa jeniusnya, sebab ide pembuatan kapal telah mendekam di kepalanya saat beliau berusia 25 tahun dan pembangunan kapal baru benar-benar dimulai tahun 1692 dan rampung pada tahun 1702."

Agnes Gifford berjalan ke arah pria bertubuh gempal, pejabat setempat yang mengenakan seragam maskapai kapal The Eagle's Wings berwarna biru cerah.

"Selamat pagi, Pak Thomas Sadler," ucap Gifford, ceria. "Kapal The Eagle's Wings merupakan kebanggaan negara Impero-Mortus, khususnya kota ini, Bluedragon, sebab ilmuan genius Elmendorf D'Albertis kebetulan lahir di kota ini. Bagaimana legendanya, mengapa kapal ini dirancang begitu besar dengan ukuran panjang 730 M dan tinggi 150 M dan mampu menampung 14.000 penumpang dengan jumlah 40 dek?"

Pak Sadler tersenyum ramah. "Menurut sejarah, pertanyaan serupa kerap diajukan kepada ilmuan genius Elmendorf D'Albertis dan dia selalu menjawab bahwa ukuran kapal itu sebenarnya sangat kecil jika dibandingkan dengan ukuran udara di bawah langit tempat kapal itu berlayar, bahkan dapat kita asumsikan ibarat sebutir debu di udara. Menurut catatan sejarah, Elmendorf D'Albertis pada awalnya, malah merencanakan untuk menciptakan kapal yang jauh lebih besar dari yang saat ini kita miliki. Kurang lebih sebesar kota ini, tapi tak dapat dipungkiri telah ditentang oleh banyak pihak, dan akhirnya disepakati untuk mendesain kapal dengan ukuran seperti yang kita lihat saat ini."

"Wah, menarik sekali ya, Pak!" ujar Gifford tersenyum. "Apa alasan fundamental ilmuan Elmendorf D'Albertis pada saat itu, Pak Thomas Sadler."

Pak Sadler merapikan letak dasinya. "Di dalam konsep pemikiran ilmuan tersebut, yang saat itu tidak dipahami oleh orang-orang di sekelilingnya, Elmendorf telah merencanakan hanya menciptakan satu kapal, jadi, prinsipnya, sekali dibangun, harus memiliki ukuran yang besar."

"Apa latar belakang sang ilmuan yang hanya menciptakan satu kapal yang memiliki kemampuan untuk mengapung di udara, Pak?"

Pak Sadler sebenarnya sedikit bosan, sebab dia sudah ribuan kali menjawab pertanyaan serupa dari para wartawan. "Jawaban Elmendorf kala itu juga sangat mencengangkan. Saya kutip, Quote: Saya bukan menciptakan sebuah sendok yang bisa diperbanyak menjadi ribuan sendok lain, tapi skill yang saya miliki adalah untuk menciptakan sebuah benda yang mampu mengapung di udara yang berbentuk kapal. Apakah kalian tidak memikirkan betapa rumitnya itu? Rumus bagaimana kapal itu mengapung hanya bisa diterapkan sekali saja. Dengan kata lain, setelah rumus itu diaplikasikan dan berhasil membuat kapal itu mengapung di awang-awang, kemungkinan besar tidak akan berhasil untuk benda lain. Unquote."

Agnes Gifford memasang ekspresi wajah tertarik. "Luar biasa, Pak Sadler, dan dengan kondisi yang baru saja Bapak ceritakan, kapal ini menjadi the one and only, ya? Bagaimana analisis para pakar tentang hal itu, Pak Sadler?"

"Dari generasi ke generasi, para ahli telah berusaha keras untuk menyelidiki dan mereka selalu tiba pada sebuah kesimpulan yang sama." Pak Thomas Sadler memasang sengir, merapikan letak kacamatanya. "Setiap jengkal dari kapal itu memiliki rumus-rumus yang berbeda dan merupakan kombinasi yang menyebabkan kapal itu memiliki kemampuan untuk mengapung di udara. Itulah sebabnya, rumus-rumus itu tidak pernah bisa ditiru, lalu diaplikasikan untuk benda lain agar menghasilkan efek mengambang dan terapung di udara."

Gifford bergerak sedikit, mengatur agar dirinya dan Pak Sadler melangkah secara perlahan. Reporter gesit itu kembali berbicara. "Ada pihak yang menyatakan bahwa sebenarnya Elmendorf D' Albertus menyimpan rahasia pembuatan kapal itu untuk dirinya sendiri, Pak Thomas Sadler. Dengan kata lain, sang ilmuan tidak ingin orang lain memiliki kecendrungan untuk meniru atau ikut-ikutan mendesain kapal lain yang mengapung di udara, saya rasa demikian, Pak?"

"Hal yang Anda sampaikan itu mungkin ada benarnya," Pak Sadler merasa sedikit lebih rileks diwawancarai sambil berjalan. "Namun, semua keturunan sang ilmuan telah memberikan keterangan yang dapat dipercaya bahwa sang ilmuan sebenarnya sengaja menyimpan rahasia itu rapat-rapat untuk sebuah tujuan khusus bagi generasi-generasi berikutnya."

"Apa itu tujuannya, Pak Sadler, bisa anda jelaskan?"

Pak Sadler memaparkan, "Sang ilmuan menginginkan para generasi berikutnya mengikuti jejaknya. Dengan kata lain, Elmendorf D' Albertus mengharapkan para generasi untuk tidak cuma meniru-niru dan hanya menerima kopian sharing rumus atau rahasia dari orang lain, tapi harus bisa juga mencari sendiri dengan memutar otak mereka untuk menggali rahasia ilmu pengetahuan. Elmendorf D'Albertis memberikan PR kepada semua generasi untuk menemukan rahasia pembuatan kapal itu."

"Sebuah PR besar bagi kita semua, khususnya generasi penerus bangsa ya, Pak," komentar Gifford. "Dan saya dengar, itulah yang mendasari mengapa sang ilmuan juga mendirikan sekolah di atas kapal itu, Pak?"

"Tepat sekali," sahut Pak Sadler. Dia dan sang reporter telah berhenti di tempat setelah pengarah acara memberikan kode dan telah mendapatkan view kapal di belakang yang sempurna. "Elmendorf D' Albertis menginginkan para generasi berikutnya untuk mengembangkan diri dan berkutat dalam dunia pendidikan, agar dapat menciptakan penemuan-penemuan yang menakjubkan seperti dirinya sendiri. Itu terlihat jelas dari Motto sekolah yang diciptakan oleh Elmendorf D' Albertis."

"Apa mottonya, Pak?" Agnes Gifford merapikan rambutnya.

Pak Sadler menatap ke arah kamera dengan ekspresi serius. "Tuntutlah ilmu, pecahkan rahasia alam, agar sayapmu selalu mengepak."

Gifford kembali berbicara ke arah kamera yang menyorot. "Memang, para pemirsa di rumah, sudah menjadi misteri yang belum terpecahkan sejak ratusan tahun yang lalu sampai hari ini, apa yang menyebabkan ilmuan misterius kita hanya menciptakan satu-satunya benda yang dapat mengapung di udara seperti Kapal Pesiar The Eagle's Wings yang menjadi kebanggaan negara ini."

  Vote, comment, and follow.  Thank you :)

PURA-PURA MATIWhere stories live. Discover now