Time for Us (2)

409 51 11
                                    

Sebelumnya: Yuna kembali mengenang masa lalunya dengan Jungkook yang menyakitkan setelah insiden kolam renang ketika akhirnya Seokmin datang dan meredakan perih itu, tetapi dari sebuah percakapan kecil dengan Mina, Yuna diarahkan pada rasa sakit lain dari seorang anggota kelasnya--atau banyak.

***

Tidak biasanya Yuna sulit tidur malam, apalagi liburan ini punya sisi melelahkan sendiri. Terbiasa duduk dan belajar selama hampir enam belas jam, kini ia menuntut diri untuk selalu bergerak di kediaman Jaehyun, entah memasak atau mencuci piring atau sekadar menyisir seluruh bagian rumah besar itu demi menemukan spot selfie yang bagus. Harusnya, dengan aktivitas seberagam itu, ia akan jatuh tertidur lebih mudah di penghujung hari dan bukannya melamun di halaman Jaehyun seperti saat ini. Ponselnya—yang menampakkan foto lima gadis dengan baju berwarna mirip dan rambut diikat tinggi—tergeletak menunggu layar digulung lagi.

Sebelumnya, lantaran tidak ingin mengganggu Sujeong yang berhasil menyeberang duluan ke alam mimpi, Yuna mengendap keluar kamar, mengenakan jaket seadanya sebelum melangkah menuju bangku panjang di halaman. Kalau pagi, anak cowok akan main basket dengan riuhnya, jadi menduduki bangku itu cuma akan memperbesar risiko terhantam bola. Nah, berhubung sekarang sudah jam setengah dua belas dini hari, tempat itu jadi lokasi yang pas untuk melamun, dengan naungan langit berbintang dan semilir sejuk angin musim panas alih-alih gigitan dingin. Di sanalah, Yuna merenungkan pertanyaan Mina yang dijawabnya tanpa pikir panjang setelah mencuci piring petang tadi.

"Bagaimana pendapatmu tentang operasi plastik?"

Di depan bak cuci, Yuna bilang ia tidak mendukung atau menghujat mereka yang cantik dengan bantuan pisau bedah. Sejujurnya, ia akan selalu berada di sisi netral sampai dapat memahami kasus per kasus. Operasi plastik mungkin dibutuhkan oleh mereka yang mengalami kecelakaan hebat di muka. Di sisi lain, prosedur tersebut mungkin hanya akan menghamburkan uang para sosialita yang tak pernah puas akan segala sesuatu, termasuk penampilan yang kadang sudah bisa dibilang sempurna. Yuna pun tidak akan serta-merta berempati pada korban kecelakaan atau menganggap para bangsawan boros berdosa; kembali lagi pada motivasi masing-masing orang untuk menempuh jalan tersebut.

Mina lebih rigid dalam menyikapi isu ini.

"Bukankah mereka semua penipu?"

Yah, tidak dapat dipungkiri bahwa operasi plastik berarti mengubah keaslian. Mereka yang menyamaratakan segala ketidakmurnian dengan 'kebohongan' tentu saja akan mengatai pelaku operasi plastik sebagai penipu. Sayang sekali, tidak semua orang memiliki wajah serupawan Mina, Yiyang, Jaehyun, atau Jungkook, padahal era ini makin menuntut para lakonnya untuk tampak menawan.

Yuna lama-lama risih dengan topik itu dan Mina dapat melihatnya, jadi pembicaraan Mina tutup tiba-tiba dengan sebuah serangan fakta.

"Kulihat kamu masih membenarkan segala tindakan Jung Chaeyeon karena kau merasa ini bukan dirinya yang asli. Dirinya yang selama ini mendampingimu itulah yang palsu. Sekarang, sedikit demi sedikit keburukannya terungkap."

Setelah mencoba tidur dan gagal, Yuna terus bergolek di ranjang, menggulung-gulung layar ponsel yang berisi wefie-nya dengan para gadis. Usai mengamati lamat beberapa foto, ia berpikir bahwa dirinya memang tampak paling tidak menarik di antara empat dewi lainnya. Mina berbibir mungil dan berdagu lancip; matanya yang bulat indah pas dengan bentuk wajahnya. Yiyang, meski pipinya terplester, masih begitu memesona dengan lengkung alisnya yang tegas dan hidungnya yang mancung benar. Lisa mungkin berbibir agak tebal dan bertulang pipi menonjol yang tidak memenuhi standar kecantikan umum orang Korea, tetapi ia adalah Barbie hidup yang sesungguhnya. Sujeong, dengan gigi taring agak panjang yang membuat senyumnya bercelah, bahkan masih tampak mengagumkan dengan pipi tembam dan ekspresi gembiranya yang manis.

Rough ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang