Part 13

7.6K 940 384
                                    










Membuka pintu perlahan Jeno masuk kedalam ruang rawat Jaemin. wajahnya terlihat begitu tampan dengan senyum yang tercetak di bibirnya. Sudah dua minggu Jaemin disini, tinggal masa pemulihan Jaemin bisa keluar dari rumah sakit. Penyembuhan Jaemin terbilang cepat. Mungkin karena Jeno selalu menemaninya.

"Darimana? Kenapa lama?" tanya Jaemin cemberut

Meletakkan beberapa makanan dimeja, kini Jeno duduk di tepi ranjang. Tangannya membelai wajah Jaemin dengan lembut.

"Hanya ada urusan"

"Urusan apa?"

"Aku sudah mengosongkan apartemenmu, pulang dari sini kita akan tinggal di tempat yang baru." Jelas Jeno

"Kenapa tidak di apartemenmu?" tanya Jaemin

"Aku menjualnya"

Jaemin hanya bisa tersenyum dengan apa yang dilakukan Jeno padanya. dia tau semua yang terjadi, beberapa hari lalu Jeno menceritakan semuanya. Tanpa terkecuali, bagaimana Jeno memilih keluar dari keluarganya demi dirinya, bagaimana Jeno menyerahkan semua miliknya kepada keluarganya dan bagaimana kacaunya Jeno saat itu. Jaemin tau semuanya

Tapi Jaemin tidak bisa melakukan apapun, dia hanya bisa mengikuti apa yang di lakukan Jeno. Pengorbanan Jeno benar-benar membuatnya semakin jatuh cinta pada pemuda di depannya saat ini. Dan Jaemin sangat menghargai semuanya.

"Aku akan berhenti jadi model, aku akan fokus pada penyembuhanku" ucap Jaemin

Jeno mengerutkan keningnya, Model adalah impian Jaemin. Jika Jaemin berhenti sama artinya dengan dia melepas impiannya.

"Na, itu impianmu. Kita tidak perlu terburu-buru. Kita bisa memilikinya nanti"

Jaemin menangkup wajah Jeno sebelum memberikan ciuman singkat di pipi. Sedikit mencoba mengubah jalan pikiran Jeno.

Dia tau Jeno sangat terluka karena kehilangan anaknya, begitu juga dengan dirinya. Bahkan Jaemin sempat menangis hingga membuat Jeno kebingungan, tapi seiring berjalannya waktu Jaemin sadar; mungkin kecerobohannyalah yang membuat dia harus kehilangan anak mereka.

Beruntung waktu itu dia hanya keguguran, rahimnya masih bisa di selamatkan. Ya, walaupun Jaemin harus melewati beberapa terapi dan pengobatan untuk benar-benar memulihkan rahimnya

Jaemin sadar, dia tidak boleh terpuruk. Dia harus kuat untuk Jeno, dia tidak ingin menjadi beban untuk Jeno. Jika Jeno kuat, kenapa dia tidak.

"Aku tidak peduli Jeno. Prioritasku sekarang adalah kamu. Hanya kamu bukan hal lain"

Jeno tersentuh dengan ucapan Jaemin, merasa bahagia dengan keputusannya untuk tetap bersama Jaemin.

Jaemin tersenyum saat Jeno menciumnya. Memberikan sentuhan lembut pada bibirnya. Dengan pelan Jaemin membalas ciuman Jeno, tangannya membelai wajah kekasihnya itu dengan lembut. Saling berbagi kebahagiaan, adalah hal yang mereka lakukan saat ini.

Jeno melepas ciumannya, jemarinya membersihkan sisa saliva di bibir Jaemin sebelum memberikan ciuman di kening.

"Ahh, aku harus berkerja ekstra mulai saat ini" goda Jeno pada Jaemin

"Oh iya, apa sekarang kamu sudah jatuh miskin. Apa aku harus menggunakan tabunganku untuk menghidupimu?" balas Jaemin

Jeno tertawa mendengar ucapan Jaemin, begitu juga dengan Jaemin. rasanya terlalu indah menghabiskan waktu bersama Jeno. Sekian tahun bersama Jeno, tak membuat Jaemin sedikitpun merasa bosan atau jengah. Yang ada dia selalu merasakan rasa yang selalu berbeda-beda. Jeno selalu mampu membuatnya tertawa, bagaimanapun keadaannya.

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang