Part 23

7K 865 248
                                    






3 hari ini sikap Mark benar-benar membuat Haechan bingung. Setalah pertengkaran mereka, kini Mark lebih sering menempel padanya. Bahkan dia pergi ke kantor tidak lebih dari 5 jam dalam sehari. Biasanya dia hanya akan ada di rumah ketika tengah malam sampai pagi buta.

Tapi sikap Mark yang seperti ini memang tidak bisa di pungkiri bisa membuat Haechan kembali luluh. Ya walaupun dia masih sedikit ragu.

Seperti pagi ini, Mark masih tiduran di kamar dengan Jayden. Bermain ponsel, entah apa yang di perlihatkan Mark pada Jayden tapi hal itu membuat anaknya tertawa kencang. Haechan yang melihat itu juga ikut tersenyum.

"Kak Mark tidak ke kantor?"

Haechan muncul dari balik pintu, membawa susu untuk Jayden. Duduk di samping Mark yang sedang tiduran dengan Jayden dia atasnya.

"Tidak hari aku ingin di rumah, nanti sore aku mau ketemu Jeno"

Haechan hanya mengangguk, memberikan botol susu pada Jayden. Setelahnya dia terkejut saat Mark menarik tangannya untuk memberikan ciuman singkat.

"Yak, ada Jayden" ucap Haechan

"Lalu kenapa?"

Memutar mata malas, Haechan memilih kembali keluar kamar. Membiarkan Jayden meminum susunya dengan Mark. Tak bisa di sembunyikan jika Haechan tersenyum saat ini. perlahan dia mulai merasa jika Mark memang sedikit berubah.

Lain Haechan lain juga Jaemin, jika Haechan bahagia karena Mark yang lebih perhatian pada dirinya dan juga Jayden; pagi ini Jaemin juga terlihat bahagia sambil melihat wajah tidur Jeno. tangannya menopang wajahnya di depan wajah Jeno, kadang Jaemin meniup-niup mata Jeno agar terbuka.

Tak kunjung membuka mata, kini Jaemin menggunakan jemarinya untuk menusuk pipi, hidung bahkan mata Jeno. dan itu sukses membuat Jeno mengeliat terganggu.

"Na~"

"Jeno bangun"

Membuka mata sebelah, Jeno langsung dapat melihat wajah Jaemin. sedikit memundurkan wajah, Jeno menekuk alisnya saat Jaemin tengkurap di sampingnya.

"Jangan tengkurap Na. Aku tidak ingin dia tertekan"

Mendorong pelan tubuh Jaemin, kini Jeno menggunakan tangan satunya untuk menopang kepala. Berbaring di samping Jaemin yang sekarang telentang.

"Jeno aku ingin cerita"

"Hm, aku akan mendengarkannya" ucap Jeno, tangan satunya di gunakan untuk mengelus perut Jaemin yang terlihat semakin berisi. Tidak lagi datar.

"Tapi malam saat kamu tidur aku ingin sekali membangunkanmu"

Jaemin berbicara dengan bibir mengerucu ke depan, matanya menatap kedua tangan yang sedang memainkan tali yang ada di baju Jeno

"Kenapa tidak membangunkanku?"

"Kamu terlihat lelah, aku tidak tega membangunkanmu"

"Memangnya kamu ingin apa?"

Gemas dengan ekspresi Jaemin, Jeno menunduk untuk mengigit pelan bibir Jaemin yang mengerucu ke depan.

"Aku ingin melihat monyet"

Mata Jaemin menatap mata Jeno. keduanya berkedip untuk beberapa saat. Tidak ada yang berbicara. Karena Jaemin tau jika Jeno sangat membenci binatang. Terkecuali kucing.

"Melihat monyet? Kamu ingin aku menemanimu?"

Jaemin diam, dia memilih untuk memiringkan tubuhnya dan memeluk Jeno.

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang