Part 24

7.1K 882 309
                                    







Jaemin tersenyum begitu ceria saat ini, kakinya menuruni tangga dengan pelan. Saat matanya melihat Yeeun yang sedang duduk di sofa tangah dengan laptop di depannya, Jaemin mendekatinya.

"Yeeun, dimana Jeno?"

"Ada di ruangannya"

Yeeun yang tadi fokus ke laptop kini menolah dan tersenyum pada Jaemin.

"Baiklah, terimakasih" ucap Jaemin

"Kembali kasih"

Tak mendengarkan balasan dari Yeeun, Jaemin sudah pergi duluan ke arah ruangan Jeno yang ada di samping tangga.

Tanpa permisi dan mengetok pintu, Jaemin langsung masuk. Matanya berbinar saat melihat Jeno yang sedang tersenyum padanya. walaupun dia sedang menelpon seseorang.

Jaemin masuk, menutup pintu dan berjalan kearah Jeno. mendudukkan dirinya di pangkuan Jeno yang masih menerima panggilan dari entah siapa yang jelas Jaemin tidaklah peduli.

Tangannya langsung memeluk leher Jeno. matanya menatap Jeno.

"Lakukan apapun yang kalian inginkan. Tapi jangan membuat kekacauan. Ini target besar, jangan sampai ada jejak"

Suara Jeno terdengar begitu berbeda dari sebelumnya, dan Jaemin yakin jika Jeno sedang menerima tawaran atau pekerjaan lain dari rekan kerjanya.

"Lakukan dalam waktu 1 hari. Lewat jalur darat saja"

Setelah berbicara beberapa hal, Jeno akhirnya menutup telponnya. Melempar ponsel ke meja dan kini tangannya memeluk Jaemin di pangkuannya.

"Ada apa Na?" tanya Jeno lembut.

"Jeno, sayang"

"Iya Na~" balas Jeno, "kenapa perasaanku tidak enak ya" batinnya

"Kamu mencintaiku tidak?"

Jaemin berbicara begitu lembut, matanya berbinar sambil melihat mata Jeno. sangat-sangat terlihat seperti anak bayi. Dan jujur saja Jeno sangat terpesona saat ini.

"Tentu saja. Kenapa memangnya?"

"Kamu suka tidak jika aku meminta sesuatu padamu"

"Suka kenapa tidak suka"

Oke kali ini Jeno bohong.tapi demi kenyamanan hidupnya sepertinya tidak masalah. Hanya sekali tidak akan lebih.

"Apa aku boleh meminta sesuatu padamu saat ini?"

"Iya Na, apa yang kamu inginkan?"

Jeno bertanya lembut, tangannya menyingkirkan anak rambut yang ada di dahi Jaemin. "Semoga kali ini normal ya Tuhan" batinnya

Jaemin mengerucukan bibirnya, memajukan bibirnya hingga bertemu dengan milik Jeno. dan itu sukses membuat Jeno semakin was-was dengan sikap manis Jaemin.

"Aku habis nonton film Lake Placid vs. Anaconda"

"Terus?"

"Aku ingin di rumah ini ada Anaconda Jeno, atau piton atau apapun itu. Yang sejenis ular"

"Itu berbahaya Na, ular itu berbisa dan dia dapat membelit apapun yang menganggu mereka"

"Tapi aku menginginkannya Jeno. buat saja taring mereka hilang. Atau letakkan mereka di kandang. Kamu bisa menyewa pawang ular. Aku hanya ingin melihatnya dirumah ini. aku janji tidak akan mendekati ular itu"

Mata Jaemin terlihat basah. Dia juga menipiskan bibirnya. Ekspresi Jeno sangat berbeda saat ini, dan itu membuat Jaemin sedikit takut. Dia yakin jika Jeno mungkin saja marah karena keinginannya.

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang