Plot Twist

6.1K 694 60
                                    

Pukul 15:45 sore. Ponsel Rimbi berdering cukup keras. Dan suara itu berhasil membuat beberapa staf accounting yang sibuk dengan pekerjaan atau layar iMac mereka sama-sama mengangkat wajah, lalu melihat ke ruangan Rimbi. Mereka merasa heran karena tidak biasanya Manager accounting itu mengatur ponselnya tidak dalam mode getar.

Sadar suara itu berasal dari ponselnya, Rimbi cepat-cepat mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja, lalu mematikan alarm ponselnya.

~Siap-siap, dijemput Mas Jee.~

Setelah melihat note di layar lcd berukuran hampir 6 inch itu, Rimbi tersenyum geli. Semua wanita memang tidak mau melakukan kesalahan apapun dalam kencan pertama mereka. Termasuk membuat teman kencan menunggu.

Mas Jee sudah bisa disebut teman kencan kan?

Rimbi menjalankan tangannya bersama mouse miliknya, berniat menyimpan pekerjaan dan mematikan iMac-nya. Dengan mengatupkan bibirnya, Rimbi masih berusaha menahan senyumnya.

Rimbi memang bukan Jomblo abadi. Tapi dia sudah jomblo sejak beberapa tahun yang lalu. Kesibukannya sebagai seorang Manager, membuat Rimbi lupa jika Ia sudah berumur 27 tahun, dan masih single.

Dan pertemuannya dengan Bima --sang cinta pertama-- Membuat Ia kembali mengingat bagaimana rasanya jatuh cinta. Dan juga cintanya yang memang belum selesai dengan Bima. Atau memang tidak pernah dimulai.

Rimbi memukul kepalanya cukup keras, karena merasa bodoh, sudah memikirkan Bima disaat dia akan bersiap-siap bertemu dengan Ryan.

Jangan gobs Mbi!!

Kring...Kring...

Pesawat telepon yang ada di hadapan Rimbi berbunyi. Dengan cekatan dia mengangkat gagang telepon sembari berdoa jika telepon itu tidak berhubungan dengan pekerjaan apapun yang membuat dia harus pulang terlambat. Rimbi tidak siap jika harus mengecewakan Ryan.

"Selamat sore, dengan Accounting Rimbi, ada yang bisa saya bantu?" sapa Rimbi sembari menahan napasnya, berharap jika suara yang akan dia dengar selanjutnya bukan suara Bu Dara.

"Selamat sore Bu Rimbi. Ada telepon untuk Bu Rimbi."

Rimbi menghembuskan napas lega, "Dari siapa ya?"

"Pak Jeeryan Bu," senyuman Rimbi merekah mendengar nama sang penelepon. "Saya sambungkan sekarang ya Bu, selamat sore."

"Selamat sore, Dewi?"

Rimbi tertawa tanpa suara, "Ya, selamat sore?"

"Dewi, sepertinya saya tidak bisa datang tepat waktu menjemput kamu. Sekarang saya masih ada sedikit pekerjaan di Golden. Mungkin tiga puluh atau empat puluh menit lagi saya baru sampai di Emerald. Kamu tidak keberatan menunggu saya?"

MY GOD!!

"Nggak pa-pa Mas, eh, Pak." Rimbi mengigit kuku ibu jarinya kebingungan, kaget, senang dan terlalu senang dalam waktu yang bersamaan.

Ryan tertawa kecil, "Panggil Mas aja Dewi. Jadi ... Kamu mau menunggu?"

Rimbi mengangguk cepat, "Mau."

When I See My First Love (again) Where stories live. Discover now