Part 26

7.6K 878 147
                                    






Tersenyum saat membuka pintu, Jeno langsung masuk ke dalam. Menutup pintu itu dengan pelan dan berjalan ke arah sofa di ujung kamar.

Tanpa banyak bicara dia langsung memeluk orang yang sedari tadi sedang asyik membaca buku. Menyusup ke bahu itu seperti anak kucing.

"Ada apa sayang. tidak biasanya seperti ini?"

Merasa nyaman dengan elusan di kepalanya, Jeno semakin menyusup lebih dalam.

"Hanya ingin saja Ma, memangnya tidak boleh"

"Pasti ada yang ingin kamu katakan. iyakan?"

Tertawa pelan, Jeno masih tetap memeluknya. Rasanya sangat sulit untuk melepas pelukan ini

"Ma"

"Iya"

"Mama pasti merindukan David , kak Mark dan Daddy kan?" tanya Jeno pelan

Taeyong tidak menjawab, dia hanya diam dengan tangan yang masih membelai kepala Jeno. lagipula jikapun dia merindukan mereka, memangnya dia bisa apa. Tidak mungkin dia pergi dari tempat ini. Taeyong bahkan tidak tau rumah Jeno ada di korea sebelah mana. Karena jika dia bertanya tidak ada yang menjelaskan dengan pasti letak rumah ini.

"Nanti sore aku akan membawa Mama pulang. Mama bisa bertemu dengan mereka. Tidak seharusnya aku membawa Mama kesini." Jeno menunduk, menyandarkan keningnya pada bahu Taeyong, "Maafkan Jeno Ma, maaf karena mengurung Mama disini"

"Kamu akan ikut pulang kan, kita pulang bersama?"

"Tidak Ma, tempat Jeno disini, bukan disana. Memang seharusnya dari awal Jeno disini. Sebelum kekacauan ini terjadi"

Bayangan Mark tiba-tiba saja muncul, Jeno merasa buruk saat mengingat kakaknya itu. Merasa bersalah karena dia yang menyebabkan Mark mengidap penyakit seperti itu. Coba saja dariawal dia tidak ada. Mungkin Mark tidak akan terobsesi kekuasaan seperti ini.

"Bagaimana bisa ini tempatmu. Rumahmu bukan disini sayang. kita pulang bersama ya"

Taeyong menangkup wajah Jeno, Jemarinya membelai wajah Jeno yang semakin tampan. Mata Taeyong terlihat sedih berbeda dengan mata Jeno yang terlihat biasa saja

"Rumahku disini Ma, aku memiliki tanggung jawab lain di tempat ini. aku memiliki orang yang seharusnya aku jaga. Bukannya Jeno ingin meninggalkan Mama, hanya saja.." Jeno memberi jeda, kepalanya bersandar pada tangan Taeyong yang ada di wajahnya. "Hanya saja masih ada Daddy, Mama tidak mungkin meninggalkannya, David juga membutuhkan Mama. Dan kak Mark lebih membutuhkan Mama daripada Jeno. Jeno bisa melalui semuanya sendiri Ma, Jeno janji. Jeno tidak akan terluka ataupun membuat Mama kecewa. Walaupun Jeno ada disini, tapi Jeno selalu di hati Mamakan. Jadi Mama tidak perlu khawatir. Semua akan baik-baik saja"

Mata Taeyong basah. Dia sama sekali tidak pernah berfikir jika Jeno-nya akan menjadi seperti ini.

"Tidak Jeno, kamu tidak bisa tinggal disini. Mama tau ini rumahmu. Tapi kamu tidak bisa meninggalkan keluargamu"

"Aku tidak akan meninggalkan keluargaku Ma. Maaf waktu itu membuat Mama kecewa. Tapi Jeno mohon, beri Jeno kehidupan sendiri. Aku janji akan selalu mengunjungi Mama, selalu menyempatkan diri untuk Mama. Tapi untuk kembali tinggal disana. Jeno tidak bisa Ma"

"Apa karena Jaemin?"

"Bukan Ma,"

"Lalu?"

"Untuk anakku"

"Jeno"

"Ma, sebentar lagi Jeno akan menjadi seorang ayah. Aku hanya ingin menjadi ayah yang baik untuk anakku. Aku hanya ingin nanti anakku bangga padaku karena aku bisa membimbing Jaemin untuk lebih baik. Hanya itu saja Ma"

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang