Bagian 03

14.8K 1.9K 573
                                    

Dedarah
Bagian 03

a novel by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

○●○

Orang pikir, mereka pribadi yang baik. Padahal, banyak kata yang yang terucap menebar luka bagi yang lain.

○●○

Apa golongan (de)darah kalian?

Ada yang takut(ngeri, geli, dsb) lihat darah?

○●○

Naya mampir ke rumahku untuk mengerjakan PR bersama. Alih-alih di kamar, kami memilih menggelar karpet di ruang tengah. Adikku sedang menonton televisi tak jauh dari kami berada. Dia tampak tenang.

Sebenarnya aku kasihan dengan Rajo karena dia harus berada di rumah sendirian untuk beberapa jam sebelum aku pulang ke rumah. Untungnya, Ibu berangkat ke kota siang hari—sekitar jam sepuluh. Jadi, Rajo hanya perlu menunggu sekitar empat jam sampai aku kembali ke rumah.

"Aku ambilkan minum dulu, ya," kataku yang kemudian berdiri.

"Sama camilan sekalian, Ma," balas Naya yang sedang membaca buku catatanku.

"Oke, coba aku cari," jawabku yang kemudian menuju dapur.

Rumahku walau seluruhnya terbuat dari kayu, memiliki cukup banyak ruang. Di lantai satu, ada beranda luas dan parkiran mobil di sampingnya. Memasuki pintu dengan dua daun, ada ruang tamu, ke dalam lagi ada ruang tengah yang paling luas. Ruang tengah menghubunkan dua lorong. Lorong di sisi barat ada kamarku, kamar tamu, gudang, dan tangga naik ke lantai dua. Di sisi timur ada kamar Rajo, kamar Ibu, dapur, ruangan besar tempat sumur dan dua kamar kecil berada. Di lantai dua, ada kamar Ayah, ruang kerjanya, dan ruang untuk sholat. Kami bertiga sangat jarang naik ke lantai dua sejak kematian Ayah enam bulan lalu.

Untuk menuju ke dapur, aku harus melewati lorong yang samping kanan ada kamar Ibu dan kamar Rajo dan samping kiriku ada ruangan luas berisi sumur, tempat untuk mencuci, dan dua kamar mandi. Dapurku cukup luas, ada banyak sekali peralatan memasak. Semua makanan juga ditaruh di lemari-lemari. Mengambil nampan, aku menaruh dua gelas dan mengambil teko berisi air putih dan botol sirup. Ada dua buah plastik isi keripik singkong di lemari, kuambil satu.

Saat berjalan di lorong, aku dikagetkan dengan Rajo yang tiba-tiba lari ke arahku.

"Rajo!" pekikku saat dia menabrakku di lorong.

Nampan yang kupegang hampir jatuh, satu gelas jatuh dan pecah. Aku begitu kesal meilihat pecahan kaca itu. Namun, aku tahan rasa kesalku. Aku menoleh ke belakang, Rajo ada di dapur. Aku akan merapikan gelasnya nanti, kuantarkan nampan ini dulu ke Naya.

"Aku mau ambil gelas lagi," kataku saat menaruh nampan ke lantai dekat karpet.

"Untuk Rajo?" tanya Naya dengan santai.

Tiba-tiba tanganku merinding. Di depan mataku masih ada dua gelas di nampan itu. Semakin terkejut, Rajo masih duduk diam menonton televisi. Kuperhatikan lorong dengan gemetaran. Aku berhalusinasi. Aku kecapaian.

"Ada apa?" tanya Naya.

Aku menggeleng.

"Aku tidak bisa konsentrasi nih. Aku masih memikirkan kejadian di perpustakaan," Naya kembali menggodaku.

Dedarah 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang