Part 27

7.6K 953 277
                                    






"Hai, kenapa melamun?"

"Kamu kemana saja, aku mencarimu?"

Wajahnya terlihat tidak suka saat yang lebih muda tertawa sambil merangkulnya. Walaupun tidak menghindari rangkulannya tapi tetap saja dia masih kesal dengan adiknya itu.

"Maaf kak, aku tadi melihat kucing jadi aku mengejarnya" ucapnya

"Ayo pulang. Mama sudah menunggu kita"

Melepas rangkulannya, yang mudah berjalan mundur. Memberi jarak antara dirinya dan kakaknya.

"Aku suka disini kak, lihat. Disini sangat nyaman. Aku tidak merasa kedinginan karena disini hangat. Aku juga tidak merasa kepanasan karena disini sangar sejuk. Dan lihatlah, banyak kucing manis disana. Belum lagi disini sangat luas dan menyenangkan"

Tidak setuju dengan apa yang dikatakan adiknya, dia menampilkan ekspresi kecewa. Lantas dia mendekatinya untuk memeluknya.

"Ayo pulang Jeno. Mama akan sangat khawatir. Kita sudah terlalu lama disini"

Tangan Jeno membalas pelukan kakaknya, mengelus punggung sang kakak lembut.

"Kak Mark pulang saja dulu. Aku masih ingin disini. Aku suka disini kak. Aku tidak merasakan sakit ketika disini. Rasanya begitu nyaman. Semua beban yang aku miliki serasa hilang."

Jeno melepas pelukannya, tangannya memegang pundak Mark. Menghadapkan diri di depan Mark. Jeno tersenyum, matanya melihat bagaimana sekeliling mereka. Banyak bunga putih tumbuh, merpati terbang dari pohon satu ke pohon yang lain. Kelinci putih saling berkejaran dan beberapa kucing kecil ikut bermain dengan kelinci tadi.

Mata Jeno kambali ke Mark, melihat bagaimana tampannya dia, dengan baju putih yang sama mereka memiliki aura yang berbeda. Mark lebih terlihat menawan sedangkan dirinya lebih terlihat manis dan hangat

"Ini bukan tempat kita Jeno, ayo pulang. Semua orang pasti menunggu kita"

Jeno menggelengkan kepala. Dia masih tetap dengan pendiriannya.

"Jika aku pulang masalah baru akan muncul kak, aku tidak ingin ada masalah lagi. Aku lelah. Aku ingin disini. Disini lebih nyaman. Aku bebas melakukan apapun"

"Bagaimana dengan Mama dan yang lain?"

"Aku bisa melihat yang lain dari sini. Kak Mark saja yang kembali"

"Lalu kamu?"

"Aku akan mengawasi kak Mark dari sini"

Mark menggelengkan kepalanya, matanya tiba-tiba saja mulai basah ketika Jeno perlahan menjauh darinya.

"Jeno ayo pulang" teriaknya

Tak menjawab, Jeno hanya tersenyum. Melambaikan tangan pada Mark yang semakin jauh darinya. Hingga cahaya putih membuat Mark menutup mata dan kehilangan jeno detik itu juga

"JENO"




















Taeyong yang tadinya duduk di samping ranjang Mark kini berdiri saat melihat monitor hemodinamik Mark tidak stabil. Dengan cepat dia menekan tombol darurat.

"Mark, sayang. apa yang terjadi padamu"

Lama tidak ada dokter atau perawat masuk, Taeyong masih terus menekan tombol darurat. Hingga beberapa menit jantung Mark kembali normal. Taeyong mengerutkan keningnya saat perlahan mata anaknya itu terbuka.

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang