Part 29

8.5K 920 298
                                    






Rasa pening Jaemin rasakan saat perlahan kesadarannya kembali. Tangannya reflek memijit kepalanya yang berdenyut. Untuk sesaat Jaemin masih memejamkan mata, sangat malas untuk membukanya. Karena percuma saja dia membuka mata, yang di lihatnya juga tidak ada.

Perlahan dia mulai bangun dari tidurannya. Kakinya kini turun perlahan dari ranjang.

"Kenapa aku bisa di sini? Kapan aku pindah?" monolog Jaemin

Karena sebelumnya dia yakin jika dia tidak ke kamar setelah pulang dari super market. Apa mungkin karena terlalu lelah jadi dia tidaks sadar pindah sendiri.

Jaemin ingin berdiri, tapi rasa pusing di kepalanya benar-benar tidak bisa di kesampingkan. Belum lagi tubuhnya yang lemas karena memang dia belum makan apapun seharian ini.

Menghela napas, Jaemin menangkup kedua wajahnya.

Cklekk,

Jaemin langsung menurunkan tangan dari wajahnya, matanya mengerjap beberapa kali saat melihat siapa yang masuk kedalam kamarnya. Jantungnya bahkan sekarang berdetak tidak normal, rasa pusing di kepalanya tiba-tiba saja hilang begitu saja. Bahkan dia tidak sadar jika sedari tadi menahan napas.

Jaemin mundur saat tiba-tiba orang itu duduk di sampingnya. Jaemin jelas melihat jika orang itu tersenyum.

Menggelengkan kepala, Jaemin kambali menutup mata. Mengambil napas dalam-dalam

"Ini hanya khayalan. Oke, setelah membuka mata dia akan hilang"

Jaemin berucap begitu lucu, membuat sosok di depannya menahan tawa.

"Apanya yang khayalan Na, ini aku. Tidak perlu menutup mata"

Jaemin bisa mendengarnya, bahkan kini dia bisa merasakan wajahnya di sentuh olehnya. Belum lagi Jaemin juga bisa merasakan hembusan napasnya di wajahnya.

"Tidak, Jeno masih di rumah sakit. Aku yakin ini hanya imajinasiku. Sepertinya aku benar-benar harus makan. Efek lapar tidak baik untukku"

Tersenyum lembut, kini tangannya membawa wajah Jaemin untuk mendekatinya. perlahan tapi pasti Jeno memberikan beberapa kecupan di wajah Jaemin. tangannya tidak lepas dari pipi Jaemin, mengelusnya dengan hangat.

"Buka matamu Na, ini aku Jeno. aku kembali. Apa kamu tidak ingin melihatku?"

Jaemin tetap menggelengkan kepala, masih keras kepala untuk menutup mata. Bukannya apa-apa, Jaemin hanya takut jika semua itu memang benar imajinasinya. Dia tidak ingin terluka lagi nantinya. Dia tidak mau berharap lebih.

"Jaemin-ah. Percayalah ini aku Jeno. Jenomu, aku kembali. Aku kesini untuk menjemputmu"

Jeno mencium Jaemin kembali, menyatukan kedua belah bibir mereka. Perlahan dia memangut bibir Jaemin untuk memberi tau jika dia memanglah nyata.

"Na, aku merindukanmu"

Menyudahi ciumannya, Jeno memilih untuk memeluk Jaemin. mengabaikn jika Jaemin masihmenutup mata dan tidak percaya dengan kehadirannya.

"Apa ini nyata?"

"Iya ini nyata. Aku kembali padamu"

Jaemin perlahan membuka mata, hal pertama yang dia lihat adalah dada Jeno yang sedang mendekapnya. Jaemin sedikit mendorong Jeno pelan, mencoba untuk mendongak dan menatap orang yang sedang memeluknya itu.

"Jeno"

Menunduk, Jeno kembali mengecup pipi Jaemin. tersenyum manis pada calon istrinya itu.

"Apa kamu tidak merindukanku. Hemm"

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang