Shikadai hanya ingin seseorang untuk menemaninya mengerjakan PR.
Membuatkannya bekal.
dan mendengarkan cerita kesehariannya.
tapi masalahnya, orang yang memenuhi kriteria ibu idamannya adalah sahabatnya sendiri.
bisakah, atau maukah gadis manis...
Dai tengah memperhatikan Inojin melukis, gerakan jemari pucat nan kurus itu bergerak dengan lincah di atas kertas putih. Bagai menari, meninggalkan coretan coretan penuh warna yang semakin lama di pandang semakin nampak jelaslah apa yang tengah sipenggambar tuangkan dalam lukisan.
"nah, sudah." Inojin meletakkan kertas yang masih basah itu di depan Dai, dan Dai sampai melotot saking terpesonanya.
"i-ini sempurna." Dai memandang takjub kertas di depannya, bagaimana mungkin hanya dengan pensil warna dan sedikit air dan kuas kecil bisa membuat gambar yang sangat indah.
Gambar yang Dai buat adalah gambar saat Hinata tengah mengaduk sesuatu di mangkuk dan Shikamaru yang memegang piring di depannya.
"ku rasa tuhan itu adil, kau punya otak untuk berpikir, dan aku punya jari untuk melukis." Inojin berkata dengan senyum di wajahnya.
Dai hanya mendengus, tak lama, Hinata dan Shikamaru bergantian meletakkan berbagai masakan di meja.
Dahi Inojin dan Shikadai mengkerut, "kenapa sayur semua.?" kedua anak sepantaran itu berseru bersamaan tatkala melihat apa-apa saja yang terhidang di atas meja.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Nasi merah dengan campuran beberapa kacang merah, sup yang jelas sekali isinya sayuran putih, yang Dai dan Inojin tak tau namanya, juga beberapa lauk yang nampaknya juga terkontaminasi oleh sayuran.
Hinata hanya tersenyum, ia juga bisa melihat keengganan dari wajah Shikamaru. Ia tak habis pikir, kenapa sebagian orang dan anak-anak tidak suka sayur.
"jangan bicara begitu, sayur kan sangat sehat. Ayo cepat habiskan, bukankah setelah ini kita akan pergi ke panti asuhan.?"
Hinata mulai mengambil sumpit dan makan dengan tenang, sementara ketiga lelaki di depannya ini menghela napas beberapa kali sebelum akhirnya mulai menyentuh makanan mereka.
Hinata tersenyum melihat ketiganya berhenti mengeluh dan mulai makan dengan lahab.
"bukankah rasanya enak.?" Hinata bertanya dengan nada geli.
Ketiga orang yang sedang makan seolah berhari-hari tidak makan itu langsung tersenyum canggung sambil bergumam sesuatu yang tidak jelas. Dalam hati mereka berkata, suasana yang menyenangkan juga salah satu yang membuat makanan terasa lebih nikmat.
.
Hinata dengan telaten mencuci piring bekas mereka makan, Shikamaru mengeringkan piring yang sudah di cuci Hinata, Dai menaruh piring yang sudah di cuci ke rak, dan Inojin membersihkan meja.
Mereka bekerja dalam diam, tapi sesekali melirik satu sama lain. Merasakan atmosfer nyaman yang tak setiap saat mereka rasakan.
"nah selesai, kerja bagus semuanya." Hinata berseru bagai mandor yang menyemangati anak buahnya.