[vol. 1] 20. You Don't Love Me Anymore

8K 970 74
                                    

[SAMBIL BACA, PLAY LAGU DI ATAS]

It hurts when I realize that in the fact, you don't love me anymore.

***

"Nama saya Galen. Argalen Elnandhio."

Tanpa ekspresi apapun yang terpasang di wajah ovalnya, Viola hanya diam menatap seseorang yang dengan begitu percaya diri mengulurkan tangan di hadapannya. Seakan terlihat tidak ada sedikit pun terbesit niatan untuk menyambut jabatan tangan cowok itu.

"Kamu nggak ada niat buat menjabat tangan saya? Terus kenalin nama kamu ke saya?"

"Maaf, Kak. Aku nggak ada waktu." Melihat gadis incarannya itu lagi-lagi pergi menjauh untuk yang ke sekian kalinya, Seketika Galen teringat akan kata-kata seseorang yang ia ketahui teman terdekatnya gadis itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Andin. Satu-satunya orang yang paling bisa memancing Viola untuk bicara banyak

"Kalau Viola selalu ngejauh dari kakak, artinya Viola juga suka sama Kakak."

Dahi Galen mengernyit, heran. "Terus kalau suka kenapa harus ngejauh?"

"Kakak nggak tahu, ya? Viola itu sebenernya takut jatuh cinta, Kak. Jadi dia selalu menjauhi siapapun yang dia suka, sebelum perasaannya semakin berkembang. Makanya aku saranin, kalau Kakak emang suka sama dia, Kakak langsung aja nyatain perasaan Kakak. Karena kalau nungguin dia bilang suka duluan ke Kakak, mah, percuma. Sama aja kayak Kakak nungguin buaya beranak kambing. Nggak akan mungkin. Mustahil. Impossible."

"Kenapa mesti takut?"

Andin menggedikkan bahunya. "Coba aja Kakak tanya langsung sama orangnya."

"Eh, tunggu!" Mengingat itu, buru-buru Galen meraih tangan Viola untuk menahannya. Yang mau tidak mau, Viola harus berbalik.

"Kenapa Kak?"

"Saya suka sama kamu. Kamu mau jadi pacar saya?" tembak Galen tanpa basa-basi. Sehingga Viola seketika terbengong-bengong karenanya. "Saya tau sebenernya kamu punya perasaan yang sama kan sama saya? Kalau suka, kenapa harus menjauh?" tambah Galen lagi, yang kian membuat Viola kehilangan kosa katanya.

Gadis itu menunduk, seolah tidak menyalahkan pernyataan Galen barusan. Meskipun di sisi lain ia juga enggan membenarkan meski kenyataannya memang benar.

"Kenapa diam? Berarti kamu emang benar suka sama saya?"

Tidak mendapat tanggapan dari Viola, Galen mengimbuh lagi. "Kalau diam, artinya iya. Dan kalau memang iya, kenapa kamu terus menjauh dari saya? Padahal saya yakin kamu tahu saya udah punya perasaan sama kamu sejak lama."

"Maaf, Kak. Aku begini karena―"

"Karena kamu takut jatuh cinta?"

Dalam hitungan detik pandangan Viola terangkat menatap sepasang mata Galen penuh tanya. Bagaimana mungkin cowok itu bisa tahu?

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang