♥6♥

3.2K 353 4
                                    

Happy Reading

◆◆◆◆◆

Pandangan Taehyung terpaku, memandang sosok di depannya. Sosok yang telah mengubah dirinya  menjadi lebih peduli dan lembut. Tangannya menggenggam erat tangan kaku itu.

"Apa yang telah kau alami selama ini? " gumam Taehyung. "Dan kenapa aku bisa tidak tau? Maafkan aku. " sambungnya.

"Jun-ah... "

Bukan, kali ini bukan Taehyung. Taehyung terlonjak kaget. Jungkook telah sadar.

"Jungkook-ah? "

"Jun hiks hahh hahh.. Yeo-njun hiks. " Taehyung bertambah panik saat melihat Jungkook sulit bernapas. Taehyung segera bangkit dan berlari keluar mencari dokterㅡmelupakan bahwa memanggil dokter tak perlu serepot itu.

Taehyung kembali dengan dokter yang langsung menangani Jungkook. Terlihat sekali wajah khawatir Taehyung, entahlah bagaimana sebenarnya perasaannya.

"Ini hanya gejala shock setelah dirinya tidak sadarkan diri dalam waktu yang cukup lama. Tapi syukurlah dia baik-baik saja. " jelas sang dokter. Taehyung menghela napas lega, lalu mengucapkan terimakasih sebelum dokter itu pergi.

Taehyung menatap wajah lugu Jungkook sejenak, lalu beralih ke jam dinding yang berdenting. Sudah pukul 9 malam rupanya.

Ponsel Taehyung berdering. Sejenak dirinya menghela napas pasrah.

"Yeobseo? "

"Pulanglah. Ada yang perlu aku bicarakan. Ini sangat penting. " ucap pria paruh baya yang merupakan ayahnya itu.

"Aku siㅡ"

"Tidak ada bantahan. Aku tunggu kau di rumah malam ini juga! "

'Pip! '

"Sial, " gerutu Taehyung. Jujur saja dia malas sekali bertemu ayahnya itu. Kalau bukan karenaㅡ

Ah! Pokoknya dia malas sekali.

.

.

Gelap gulita.

Begitulah ia melihat rumah mewah yang begitu dingin di depannya. Terlihat menyeramkan dan tidak berpenghuni. Sungguh, dia tidak ingin memiliki rumah seperti ituㅡyang sialnya adalah rumahnya.

"Selamat malam, tuan muda. " seorang wanita yang terlihat lebih tua membungkuk menyambutnya dengan ramah.

"Dimanaㅡ"

"Kau sudah datang? " suara seorang pria dewasa terdengar. Siapa lagi kalau bukan sang pemilik rumah.

"Kau bisa melihatnya sendiri. " jawab Taehyung dingin.

"Kau tidak berubah. Masih menjadi anak yang pembangkang. " menyadari percakapan sudah mulai memanas. Para maid pun pamit beranjak.

"Siapa yang membuat aku begini? Kalau bukanㅡ"

"Tae-ah, " potong tuan Kim lirih. Menatap anaknya dalam.

"Berhentilah mengelak. Itu tidak ada gunanya untukku. Kau memang berniat menyingkirkannya sejak dulu. " ujar Taehyung dengan menggebu-gebu.

"Aku hanya ingin meㅡ" tuan Kim baru saja ingin merangkul tubuh anaknya, sebelum

"Apakah untuk ini aku datang?? Kalau begitu lebih baik aku pergi. " elak Taehyung sambil menjauhkan tubuhnya dari sang ayah.

"Jangan. Ayo kita bicara di ruangannku. "

Di lain tempatㅡJungkook terbangun dari tidurnya. Mata bulatnya terbuka perlahan dan menatap ke sekeliling. Ia bangkit dengan perlahan dan melepas infus yang tertancap di tangannya tanpa kesakitan lalu ia melangkah tertatih meninggalkan ruang inap itu.

.

.

Taehyung terdiam di kamarnya, pikirannya terlempar kembali ke pembicaraan ayah dan dirinya tadi. Ayahnya ingin dia ikut andil dalam mengatur anak perusahaan milik tuan Kim di Seoul ini. Termasuk yayasan sekolah miliknya, yaitu sekolah dimana ia bersekolah sekarang.

Sebenarnya ia begitu tidak suka ikut campur atas kekuasaan keluarga Kim ini. Bahkan jika ia mengaku salah satu pewaris kekayaan Kim pun, ia tidak mau. Kalau saja ia memiliki saudara, maka ia akan sangat mempersilahkan saudaranya untuk mengambil alih segalanya.

"Akh! Molla. Lebih baik aku pergi menemui Jungkook. " gumamnya.

Disini lah Jungkook berada, memasuki kamar kecil di rumahnya. Dan menatap kesekeliling dimana foto dirinya bersama Yeonjun tergantung apik disana. Air matanya kembali mengalir tanpa aba-aba. Hatinya begitu perih saat pada malam itu, ia mendapat panggilan atas nomor Yeonjun dengan suara asing yang terdengar.

Ia tidak habis pikir. Ia tidak menyangka dan ia tidak terima. Ia begitu yakin Yeonjun nya tidak seperti itu.

Dengan tangannya yang bergetar Jungkook membereskan barang-barang adiknya dan memasukkannya pada sebuah kotak.

Gerakannya terhenti saat ia melihat sebuah buku yang cukup unik didalam tas adiknya.
Ia membukanya dengan ragu.

Lembar pertama,ㅡ

Senyuman tipis Jungkook terbentuk, di lemabar pertama itu tertempel foto mereka berdua yang di ambil di kedai ramen. Ia sangat ingat sekali moment itu. Jungkook kembali membuka lembar berikutnya.

Lembar Kedua, ㅡ

Berisi tentang biodata adiknya dengan stiker-stiker lucu tertempel disana.

Lembar Ketiga, ㅡ
Gerakan Jungkook terhenti. Ia membaca dengan teliti dan sedikit cepat, agar lembar berikutnya pun ia tau isinya.

"Bodoh! "

"Aku kakak yang buruk! " Jungkook berteriak tak terima. Tangannya mengepal penuh amarah. Menutup buku itu kuat. Jangan lupakan matanya yang penuh air matanya.

Amarah yang disertai tangisan yang begitu pilu.

.

.

Taehyung melangkah dengan semangat sembari membawa beberapa pakaian dan makanan menuju ruang inap Jungkook.

'Ceklek'

Mata Taehyung membulat saat tidak mendapati Jungkook di kamarnya. Kemana bocah itu?










ㅡtbc



Next chap ▣

Jungkook berlutut di depan gedung itu. Kedua tangannya menggenggam sebuah papan.

"Pergi kau! Orang gila! "

................

"Jungkook kau dimana? "

................

"Brengsek! Adikku tidak seperti itu!!! "

...............

"Kembalikan adikku!!! "

...............

"Begini saja, pergilah. Dan kembalilah dengan uang 50 jt Won di tanganmu! "

■■■■■■■■■■■■■■■




Wuaahhhhh... Mkin penasaran ga nih???
Kira-kira apaa penyebab kematian Yeonjun?
Isi disini! ➡

Btw... Update kali ini, aku mau ucapin terimakasih untuk kalian para readers+followers aku yang sellau mendukung cerita aku.
Karena apa? akun-ku ini akhirnya tembus 1k followers!!! Yeayy~ thanks all!!! ILY! ♡

Di tunggu yaa kelanjutan cerita ini trus.. 😘

Dan ayo berspekulasi untuk next chap! >3<

BELOFT (약속) - taekook ★ vkook •Brothership• [END]Where stories live. Discover now