Special Chapter 5

7.2K 730 148
                                    




Kediaman Jung Muda yang biasanya penuh keceriaan kini berubah, sulung yang sedang merajuk membuat Jaemin kelelahan. belum lagi twins yang terus menangis karena kehausan. Tangan Jaemin hanya 2, ya walaupun ada satu pengasuh yang membantunya tapiitu tidak membuat Jaemin bisa bernapas lega.

Bebas dari twins, Jaemin terus saja membujuk Jiwon. Si sulung ingin bermain ke tempat Soi, bukan Jaemin ingin melarangnya, tapi Jiwon ingin kerumah Soi dengan dirinya.

Itulah permasalahannya,

Jaemin tidak mungkin mengikuti apa yang Jiwon inginkan, Jeno sakit mana bisa dia meninggalkan rumah dan bermain ke tempat Hyunjin bersama dengan Jiwon. Yang ada detik itu juga Jeno masuk UGD karena tekanan darah langsung naik.

"Ayolah sayang, Papa lagi sakit. Tidak mungkin Mama ikut Wonnie kesana"

"Tapi Wonnie bosan Ma, twins tidak bisa di ajak bermain. Hiks"

Kepala Jaemin pening, Jiwon benar-benar seperti Jeno. tidak bisa di bantah. Keinginannya harus selalu terkabul. Jika seperti ini rasanya Jaemin ingin mengutuk Jeno yang selalu memanjakan sulungnya itu.

"Tidak bisakan Wonnie main sendiri, kan ada Mama"

"Mama dari tadi selalu ke Papa, Wonnie kesepian, hiks,, hwaahhh"

Tangis Jiwon pecah, wajah mungilnya basah dengan airmata. Jaemin sebenarnya tidak tega, tapi ya mau bagaimana lagi. Jeno benar-benar tidak bisa di tinggal. Seandainya saja Jeno mau di bawa kerumah sakit, mungkin kondisinya tidak seperti ini.

"Papa sedang istirahat, sekarang Wonnie sama Mama ya"

Jiwon menggeleng, berjalan mundur saat Jaemin berusaha untuk mengendongnya. Bibir kecil itu mengerucu kedepan saat seorang pelayan mendekatinya.

"Nyonya, maaf tuan memanggil anda"

Jaemin ingin mengumpat saat ini, belum juga bisa membujuk Jiwon eh Jeno sudah bangun.

"katakan padanya suruh tunggu" ucap Jaemin dengan wajah kesal

"Ma~, Wonnie ingin kak Jay, hiks"

"Kak Jay kan lagi di Thailand"

"Mama jahat, Wonnie ingin bertemu Soi mama larang, sekarang Wonnie ingin Kak Jay mama tidak kasih"

Bagaimana caranya Jaemin menjelaskan pada Jiwon?

Bukannya dia melarang atau apapun, tapi dia memang benar-benar tidak bisa mengabulkan apa yang di inginkan anaknya itu.

Jaemin hanya diam, melihat bagaimana Jiwon menangis lagi di depannya. Hatinya terasa sakit. Ibu mana yang tega melihat anaknya menangis kencang seperti ini. hati ibu mana yang tidak sesak melihat buah hatinya kesal padanya.

Rasanya Jaemin ingin ikut menangis, tapi mengingat posisinya dia mencoba untuk kuat. tidak ada Jeno berarti tanggung Jawab anak-anak ada di tangannya. Sebagai penganti Jeno dia harus bisa memberi contoh.

Hampir 5 manit Jiwon menangis, hingga akhirnya dia berhenti dengan sendirinya. Kaki kecilnya mulai berjalan kearah Jaemin. melihat Jiwon yang merantangkan tangan, dengan sigap Jaemin mengulurkan tangan untuk mengendongnya. Memeluk si sulung kedalam pelukannya.

"Wonnie kan sekarang sudah menjadi kakak, Wonnie tidak boleh seperti ini. ada waktunya Wonnie bisa bermain. Tapi tidak dengan memaksakan kehendak Wonnie pada orang lain. Itu tidak baik sayang" ucap Jaemin lembut

"Tapi kata Papa, Wonnie bisa mendapatkan apapun yang Wonnie inginkan"

"itukan kata Papa buka kata Mama, jadi Wonnie bisa mendapatkan dari Papa."

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang