fame #3

1.4K 216 43
                                    

Seiring berjalannya waktu, majalah yang mana Yeonjun menjadi modelnya sold out dimana-mana. Pekerjaan yang diinginkannya dan dengan hanya menjadi model majalah, penghasilannya lumayan. Akan tetapi, walaupun begitu ia tetap menggunakan banyak tenaganya; untuk bepergian ke sana-kemari, melakukan beberapa pemotretan yang dilakukan di luar negeri, dan sebagainya. Dan ketika ketenaran mengambilnya, ia tidak bisa mundur dari takdir itu. Setidaknya, Yeonjun juga mendapat cinta dari warga negara dan internasionalnya atas pekerjaannya.

Dimana ada ketenaran pasti banyak tawaran pekerjaan juga yang datang, seperti saat ini. Setelah melakukan pemotretan untuk majalah Vogue Korea, Yeonjun melakukan sedikit interview. Dalam interviewnya, beberapa pertanyaan dilontarkan mengenai dirinya dan beberapa proyek beberapa ini yang diadakan agensinya. Salah satu pertanyaan menarik perhatian Yeonjun, bukan mengenai agensi atau pekerjaannya, namun mengenai dirinya.

"Oke, pertanyaan yang kebanyakan dilontarkan di situs Pann." ucap penginterview, "Pertanyaan ini bisa dikategorikan sebagai fantasi, karena keberadaannya masih dipertanyakan."

Yeonjun mengangguk mendengarkan dengan teliti pertanyaan yang akan dijawabnya.

"Jika kau punya mesin waktu, di kenangan manakah kau akan kembali, Choi Yeonjun?"

Mesin waktu adalah hal yang mustahil adanya dan ilmuwan manapun belum bisa membuatnya. Tapi, akankah itu ada?

"Um,..." Yeonjun menundukkan pandangannya dari kamera, memikirkan kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan tentang mesin waktu. "Kalau aku punya mesin waktu untuk kembali ke masa lalu, aku akan kembali ke masa,... dimana temanku belum meninggal."

"Ooh, kalau bisa diceritakan kenapa temanmu ini meninggal, Yeonjun? Kuyakin penggemarmu juga ingin tau."

"Sebenarnya saat itu aku buta." Yeonjun menjelaskan dengan senyuman yang dia paksakan sebisa mungkin, "Aku buta, dia menderita tumor o--tak,... maaf, aku,..."

Yeonjun mengambil tisu yang disodorkan salah satu staff dan menghapus air matanya, walaupun begitu sebagai seorang profesional ia tidak boleh mengakhiri interview dengan menangis. Seorang publik figure tidak boleh selemah ini.

"Kami saling melengkapi satu sama lain,..." lanjut Yeonjun, "Tapi, suatu hari aku sudah mendapatkan donor untuk mataku,... dan saat aku ingin pertama kali melihatnya dengan kedua mata kepalaku sendiri, dia sudah tiada."

Ketika menceritakan apa yang terjadi di masa lalu, kejadiannya seakan terulang di hadapan matanya. Semuanya tergambar jelas di pikirannya itulah mengapa ia tidak dapat menahan air matanya lagi. Wajah Taehyun, senyumannya, sentuhan bibirnya, semuanya menusuk seperti layaknya sebuah belati tajam.

Beruntung itu adalah pertanyaan terakhir, jadi setelahnya Yeonjun bisa istirahat sejenak. Demi menghilangkan stress yang menguasainya, setelah menghapis makeup, Yeonjun membasuh wajahnya beberapa kali. Kemudian di depan kaca wastafel, ia menatapi wajahnya sendiri.

"Kenapa kau seperti ini, Choi Yeonjun?" ucapnya pada dirinya di cermin.

Lagi, Yeonjun membasuh wajahnya dan ketika ia kembali melihat ke cermin,... Taehyun, ada di belakangnya.

Memakai seragam sekolah.

Terkejut, Yeonjun otomatis menolehkan kepalanya untuk memastikan. Namun, dia hanya sendirian di toilet itu dan ketika ia kembali melihat ke cermin, Taehyun tidak ada di belakangnya.

"Apa aku sudah tidak waras?"

Tanpa memikirkan hal negatif lainnya, Yeonjun berjalan keluar dari toilet dengan wajah yang masih meneteskan air. Managernya menjelaskan beberapa pekerjaan lagi yang tersisa untuknya hari ini, hanya saja penjelasannya seakan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Sesuatu dalam dirinya setelah melihat bayangan Taehyun, tidak mau fokus.

☑️𝗣𝗔𝗦𝗧. [TaeJun][Yeonjun X Taehyun]Kde žijí příběhy. Začni objevovat